Szalburg, kota keempat terbesar di Austria yang setiap tahunnya selalu menarik banyak wisatawan untuk mengunjunginya. Tak cuma karena kota ini dikenal sebagai kota kelahiran beberapa komponis musik klasik terkenal seperti Johan Strauss, Franz Peter Schubert dan juga Mozzart.
Kota ini juga dikenal karena sebagai lokasi dibuatnya film The Sound of Music yang sangat melegenda. Keindahan alam yang ditampilkan dalam film musical tersebut membuat banyak penonton terkesan dan terpesona, berharap suatu hari nanti bisa mengunjungi Szalburg.
Perjalanan mengunjungi Szalburg membuat mata ini terpesona, saya seperti berkunjung ke negeri dongeng. Indah sangat dirasakan, memandang pegunungan Alpen, lembah-lembahnya yang menghijau dan puncak-puncaknya yang kadang masih tampak putih bersalju.
Di Szalburg ini ada tempat wisata yang juga menarik untuk dikunjungi, namun letaknya tidak di atas permukaan tanah lho. Justru dengan mengunjungi tempat wisata ini kita jadi mengetahui mengapa kota ini dinamakan Szalburg. Szalburg berasal dari 2 kata, Szal yang berarti garam dan burg yang berarti benteng. Jadi nama Szalburg berarti Benteng Garam. Mari saya ajak pembaca mengikuti jalan-jalan saya dan keluarga di tambang garam tertua di dunia yang berada di Szalt Mine Hallein- Halsttatt – Szalburg.
2500 tahun yang lalu, para penambang Celtik menggali terowongan di bawah kota Szalburg, yang ternyata menemukan banyak sekali garam di dalamnya. Kemungkinan memang benar adanya bahwa pada zaman es dulunya Eropa merupakan lautan yang akibat proses alam berubah menjadi daratan. Sehingga, setelah penggalian dalam pegunungan ini bisa ditemukan bebatuan yang mengandung garam. Akhirnya mereka mengetahui bahwa garam ini menambah cita rasa yang enak bila ditambahkan ke dalam makanan atau masakan.
Bisa dibayangkan dong, ternyata orang zaman dulu makan tuh tanpa garam, pasti terasa hambar. Saking garam ini benar-benar enak dan dibutuhkan , mereka menyebut garam ini sebagai emas putih. Bahkan kala itu para penambang Celtik setelah bekerja mau digaji hanya dengan garam. Mugkin itulah sebabnya kata “gaji” dalam bahasa Inggris disebut dengan kata “salary” yang kemungkinan berasal dari kata “salt” yang berarti garam.
Pemandu wisata tambang menjelaskan dengan rinci tentang tambang ini. Selain itu juga wisatawan akan diperlihatkan film drama tentang sejarah tambang ini dan kota Szalburg. Seru juga, kami serasa sedang menonton layar tancep di dalam goa.
Akhirnya kami semua berhasil meluncur di perosotan ini, senang sekali. Rupanya zaman dahulu para penambang tidak perlu berlama-lama untuk turun 50 meter ke bawah tanah. Walaupun kini di samping perosotan ada tangga, namun pastinya butuh waktu yang lebih lama menuruni anak tangga tersebut dibandingkan dengan cukup meluncur saja di perosotan.
Adanya music yang mengiringi penyeberangan di atas danau ini dan juga pencahayaan di sekitar danau membuat suasana sangat syahdu dan misterius. Apalagi mengingat tadi kami juga melihat “Man in Salt” penambang kayu yang ditemukan sudah meninggal dunia dan menjadi mumi yang terawetkan oleh garam.
Kami jadi membayangkan betapa sulitnya para penambang Celtik saat ribuan tahun yang lalu dalam mencari garam, tak semudah zaman kini. Zaman kini, kalau kita mau garam cukup beli ke warung juga ada, gak perlu mencari ke goa. Terkadang kalau kepepet kehabisan garam cukup ketok pintu tetangga untuk minta sedikit garam, hehehe masih musim gak sih kalau lagi gak punya garam lalu kita minta sedikit ke tetangga?
Di sini kita akan menjumpai pipa-pipa kayu tua yang dulu digunakan untuk teknik proses pemisahan garam dari zat-zat lainnya. Kami juga melihat peralatan pencahayaan yang dipakai di goa ini sejak tahun 500 sebelum masehi hingga saat ini. Yang lebih menarik adalah ternyata di bawah tanah ini kami melewati perbatasan antara 2 negara yaitu Austria dan Jerman. Perbatasan yang sederhana, di dalam goa pula, cuma dengan selangkah kami sudah berada di negara lain.
Sebuah benteng yang merupakan benteng terbesar di Eropa dibangun sangat lama, dimulai pada tahun 1077 hingga dilanjutkan hingga abad ke 15 da 16, sehingga bentuknya menjadi seperti sekarang yang terlihat. Tentu saja di masa keemasan emas putih, benteng semakin diperluas dan dipercantik. Benteng tinggi di atas bukit tersebut bernama Festung Hohenszalburg.
Note: semua foto dokumentasi pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H