Indah Noing, sayur buntil, Jawa
" Anak-anak bule kok doyan sayur tumis kangkung, sayur bayam, sekarang juga doyan sayur buntil." Demikian kata pedagang sayur mayur di pasar saat ku membeli 2 ikat daun singkong. Aku sendiri yang jadi ibu dari anak-anak juga bingung kok. Menurutku selain karenacanak-anak telah mengerti manfaat sayur bagi tubuh, maka rasa sayur yang enaklah yang membuat anak-anakku doyan memakannya.
Mengenai sayuran daun singkong, biasanya kami hanya memakan daun singkong rebus bila sedang makan di rumah makan Padang. Memakannya bersama sambal hijau dan lauk pauk lainnya sungguh nikmat rasanya.
Namun suatu hari saat kami mampir ke rumah makan tradisional, aku melihat menu sayur buntil. Aduh menggoda sekali penampilannya. Aku jadi teringat dulu saat di kampung di Jawa Timur, aku sering makan sayur buntil. Ah jadi kangen ingin menikmati makan sayur buntil lagi. Akhirnya jadilah ku membeli 4 buntelan sayur buntil. Sesampainya di rumah, aku memanaskan lagi sayur tersebut dan memakannya bersama anak-anak.
Mendengar kata 'enak' maka dua anakku yang lainnya pun jd tertarik ingin menyicipinya, pertama terlihat mereka memicingkan matanya, namun rasanya buntil yang gurih-gurih pedas membuat mereka pun bilang enak. Akhirnya habislah cepat sayur yang memang cuma porsi sedikit tersebut.
"Sayur daun apa sih ini buu? Kok rasanya seperti daun kangkung yaa?" tanya Viki, putriku.
"Sayur ini namanya buntil, terbuat dari daun singkong bukan kangkung, beda bentuk daunnya lhoo.." jawabku.
"Singkong kata guruku adalah akar yg membesar bu, sama seperti wortel dan kentang" kata Viki lagi.
"Hhhm sepertinya begitu deh, kalian kan udah sering makan daun singkong rebus, hhhm tapi mungkin tidak tahu bentuknya sebelum direbus yaa? Baiklah kapan-kapan kita ke kebun singkong deh " kataku.
"Yeeeii, horeee" teriak ketiga anakku riang.
Saat yang ditunggu pun tiba, kami pergi ke perkebunan singkong di Bogor. Kami berjalan di pematang kebun bersama anak-anak di desa itu. Sungguh menyenangkan berada di alam desa yang menyegarkan.
Sekarang anak-anak pasti senang sekali bila disuruh membantu membantu memetik daun daun singkong, karena tangkainya bisa dibuat jadi kalung. Putriku ingin membuat banyak karena katanya ingin membagi ke teman-teman sekolahnya. Ada-ada saja. Ini sih termasuk mainan anak-anak zaman dulu, kalau anak-anak zaman sekarang membuat kalung dari manik-manik yang bagus-bagus bentuknya.Â
Sekarang mari yuk kita membuat sayur buntil. Lucu ya namanya, kurasa berasal dari kata 'buntelan' sayur deh, karena ya memang sayur buntil terdiri dari parutan kelapa muda yang ditambah bumbu urap, petai cina,  cabai  dan ikan teri, teri medan atau ikan yang kita selerakan, lalu dibungkus daun singkong yang sudah direbus, lalu diikat dengan benang besar, menyerupai buntelan bulat bulat.Selanjutnya buntelan tersebut dikukus sampai matang lalu disiram deh dengan kuah santan berbumbu lumayan pedas karena banyak terdapat cabe rawit yang masih utuh.
Daun singkong  direbus jangan sampai terlalu matang  dan daun menjadi hancur. Agar warna daun singkong tetap hijau segar sebaiknya tambahkan 2 atau 3 sendok garam ke dalam air rebusan tersebut. Bila sudah cukup matang, tiriskan dan daun siap digunakan.
Sayur buntil ini jarang dijumpai di Jakarta. Namun bila berada di daerah Jawa Tengah, Jogjakarta dan Jawa Timur, sayur ini sering dijumpai di warung makan. Selain dari daun singkong ada juga yang membuatnya dari daun pepaya maupun dari daun Talas.
Tentu saja ada trik khusus merebus daun pepaya yang pahit. Selain ada yang mencampurnya dengan daun singkong, ada pula dengan menambahkan beberapa daun jambu batu. Setelah direbus, dipisahkan dari daun jambu batu, dibilas berulang-ulang, maka rasa pahit bisa berkurang.
Daun talas pun katanya bisa membuat rasa gatal, maka katanya pun cara menghilangkannya pun adalah setelah daun talas dipetik, dijemur hingga layu, lalu dicuci bersih dengan air bersih mengalir. Pada saat merebus pun ditambahkan 2 hingga 3 sendok garam, lalu tiriskan, bilas lagi dengan air bersih mengalir. Nah rasa gatal dari daun talas bisa hilang dan rasa buntil sayur daun talas pun lebih lembut dan sedap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H