“ Nek, aku pamit yaa.., sabarlah nek, kurasa suatu saat nanti ada waktu buat nenek mengalami masa-masa indah, semoga cita-cita cucu nenek bisa terwujud ya nek, “ aku salami tangan si nenek yang aduuh kasar banget kulit telapak tangannya.
“ Mas tolong buatkan dua bungkus soto buat si nenek yaa.. Ayam dan kuahnya yang banyak mas, biar cucu nenek senang.” Kataku.
Si nenek tak bisa berkata-kata, matanya penuh air mata, akupun tak sanggup berbicara lagi. Kupeluk si nenek walaupun ia baru kukenal di warung soto ayam Suroboyo di Pulogadung ini.
Aku langsung membayar semua soto yang tadi kupesan. Aku langsung pergi kembali ke halte bus Trans Jakarta Pulo Gadung, lalu naik bus jurusan Cempaka Sari. Aku mau ke rumah ibu, mengetahui keadaannya langsung. Kuharap aku selalu menjadi anak ibuku yang baik. Bila pun nanti aku punya anak, aku tak mau punya anak seperti si Indah anak nenek pengemis itu. Aku pun ingin anak-anakku pun tidak mengalami nasib seperti Johan dan Niki, semoga Tuhan masih memberiku dan mas Sigit kekuatan untuk mencari nafkah membiayai hidup sekeluarga. Pun semoga masih diberi rezeki untuk bisa berbagi kepada sesama.
************************************************************************************************************
Oleh Indah Noing
No.9
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H