[caption caption="Jakarta suatu hari nanti penduduknya bisa minum air yang langsung keluar dari kran air PAM (foto:dokpri)"][/caption]
“Silahkan diminum airnya mas, nanti kalau kurang silahkan ambil sendiri di kran sana” kataku sambil menyodorkan air minum kepada tamu di laboratorium tempatku bekerja dulu, 10 tahun yang lalu.
Tamu tersebut melihat keran yang kutunjukkan sambil bertanya bingung, “Seriuskah mbak, air krannya bisa dibuat minum ?”
Kontan semua karyawan lab yang mendengar langsung tertawa, “Ehehehe, mbak Indah cuma bercanda mas, air kran itu gak bisa buat minum, kalau mau ya harus dimasak dulu”, jawab teman kerjaku.
“Oh kupikir memang bisa diminum seperti di luar negeri” jawab tamu kami sambil tersenyum.
Pada tahun 2005 pertama kalinya aku mengunjungi Negara Hongaria, transit di bandara Changi Singapura, di sana aku menjumpai kran air yang bisa langsung diminum airnya. Pun saat transit di bandara Frankfurt pun aku menjumpai kran yang airnya bisa diminum langsung, kran-kran tersebut banyak dijumpai, biasanya di luar area toilet. Siapa saja yang ingin minum atau ingin mengisi botol minum bisa ambil di sana. Saat itulah aku yang norak menyadari betapa guyonanku kepada tamu di laboratorium dulu terasa tak lucu, karena benar katanya ada air yang bisa diminum langsung dari kran.
Di Negara Hongaria pun banyak aku menjumpai kran-kran yang airnya bisa langsung diminum, tak hanya ada di bandara, tapi di jalan, di taman bermain, lokasi wisata, wah merasa norak banget deh, sangat iriii bingit. Ingin sekali negeriku Indonesia juga bisa seperti itu. Lebih heran lagi saat mengetahui air keran yang terinstalasi di rumah di Hongaria pun ternyata bisa diminum. Air yang sama mengalir yang diperuntukan bagi kegiatan di rumah, seperti mandi, cuci, dan toilet adalah air yang bisa diminum.
Kebetulan dulu aku punya teman yang bekerja di Palyja, aku bertanya padanya, apakah air PAM yang diproduksi di sana bisa langsung diminum? Temanku tersebut menjawab “Bisa, kalau tak percaya datanglah ke kantor Palyja, namun bagi air kran yang mengalir di rumah tak bisa dijamin untuk langsung diminum yaa.. tetap harus dimasak terlebih dahulu”
Ah bikin penasaran. Aku ingin sekali datang, namun belum ada kesempatannya. Hingga akhirnya kubaca undangan nangkring Kompasiana bersama Palyja di kantor Palyja. PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) adalah operator penyediaan dan pelayanan air bersih untuk wilayah Barat DKI Jakarta. Beruntungnya aku bisa ikut di acara nangkring ini, jadi bisa mencari tahu jawaban atas uneg-uneg yang menggantung di kepalaku sejak lama, sejak 2005. 11 tahun yang lalu.
Bertempat di ruang Tirta Ananta, Instalasi Pengolahan Air (IPA) 1 Palyja Pejompongan, Jalan Penjernihan 1 No.1 Tanah Abang Jakarta Pusat, 30 Kompasianer siap mengikuti acara nangkring yang agendanya adalah mengunjungi instalasi pengolahan air bersih dan workshop Bersama Demi Air.
Kami para kompasianer diajak berkeliling melihat instalasi pengolahan air besih (IPA) Pejompongan. Pak Khamid dari Palyja adalah yang mendampingi kami, beliau menjelaskan secara rinci bagaimana prosesnya dari air yang kotor, kuning kecoklatan, diproses menjadi air bersih. Beliau dengan sabar menjawab pertanyaan dari kami para kompasianer.
[caption caption="Pak Khamid menjelaskan proses pengolahan air bersih kepada para kompasianer (Foto:dokpri)"]
Pak Khamid menjelaskan bahwa air baku yaitu air yang akan diolah menjadi air bersih, IPA Pejompongan mendapatkannya dari bendungan Jati Luhur yang dialirkan ke sungai Kali Malang, lalu dengan pompa air yang ada di Halim akan disedot ke pipa bawah tanah hingga sampai di IPA Pejompongan dan ditampung di Ventury. Selanjutnya, air akan mengalami beberapa tahapan proses yaitu: air akan ditambahkan Aluminium Chloro Hidrat dan kapur, lalu air akan masuk ke dalam 6 accelerator dan ditambahkan zat kimia koagulant disebut proses koagulasi, sehingga terbentuk lumpur-lumpur kecil (flok) di dalam air disebut proses Flokulasi. Flok-flok yang terbentuk akan turun mengendap di bagian bawah air disebut juga dengan proses sedimentasi, lalu air akan masuk ke 48 filter yang terbuat dari saringan pasir kwarsa lalu air mengalami filtrasi (penyaringan) turun ke 4 resorvoar di bawah tanah, 1 resorvoar menampung 8100 meter kubik air, lalu air tersebut dibubuhkan gas Chlor kalau dulu disebut kaporit sebagai desinfektan, disebut proses Desinfeksi,yaitu mematikan kuman-kuman patogen penyebab penyakit. Lalu air akan masuk ke ruang keldher yang merupakan penampungan terakhir air bersih sebelum dipompakan ke konsumen pelanggan PAM.
[caption caption="Para kompasianer sangat antusias melihat proses air di IPA Pejompongan (Foto:dokpri)"]
Aku langsung bertanya ke Pak Khamid, pertanyaan yang selama ini menggantung dalam anganku "Pak, apakah air yang sudah diproses ini bisa langsung diminum?"
"Bisa, tadi mbak minum air gak dari dispenser di ruangan?" tanya Pak Khamid
" Iya Pak, saya minum"
" Lha itu airnya langsung dari air yang sudah di proses di sini" kata Pak Khamid
" Kalau air PAM yang di rumah saya bisa langsung diminum gak pak?" tanyaku lagi.
" Sebaiknya direbus dulu mbak, instalasi pipa air kran yang mengalir ke rumah warga itu umurnya sudah tua, kira-kira 62 tahun, kemungkinan sudah terjadi korosi, belum lagi bila ada kebocoran baik sengaja oleh orang yang ingin mencuri air ataupun memang bocor, jadi bisa terjadi kontaminasi air" jawab Pak Khamid.
Jreng, jreng jadi kusudah tahu jawabnya. Horeeee..
Miris juga sih dengarnya kok negeri kita ketinggalan niih ama negeri tetangga deket, apalagi ama negeri tetangga jauh.
Tapi jadi gembira lagi deh, katanya Jakarta sebentar lagi juga akan punya kok air bersih yang bisa langsung diminum dari kerannya, mungkin sementara di tempat-tempat sarana umum dulu, seperti bandara, stasiun. Selanjutnya baru deh yang dialirkan ke perumahan. Wuidiiih keren eui.
[caption caption="Air produksi Palyja sebenarnya bisa langsung diminum lhoo.. tapi sementara ini baru ada di kantor Palyja dulu yaa.. bila instalasi pipa air minum sudah diganti yang baru, maka bisa jadi warga Jakarta akan bisa minum dari keran air di rumahnya. (foto: dokpri)"]
Nah,air yang diolah di IPA Palyja ini sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan tentang air bersih, yaitu Permenkes no.492 tahun 2010 dan juga tentang air minum adalah Permenkes 582 tahun 1995. Di IPA PAlyja ini ada ruang khusus untuk monitor pengawasan yang sudah tersentral dan terkomputerisasi, dinamai ruang DMCC (Distribution Monitoring and Control Center). DMCC Pejompongan ini adalah yang pertama ada di IPA-IPA di Indonesia. Fungsinya adalah memonitorisasi air baku, monitorisasi air curah/ olahan, kebutuhan untuk perwatan dan perbaikan. Adanya DMCC membuat sistem pelaporan jadi otomatis, yaitu tentang laporan hasil produksi dan laporan jaringan produksi.
[caption caption="Para kompasianer melihat ke ruang DMCC yang satu-satunya baru ada di Indonesia di Instalasi Pengolahan Air Bersih Pejompongan (foto:dokpri)"]
Nah, pasti di antara pembaca juga masih ada yang bingung yah, kenapa sih ada Palyja ada Aetra juga? Apo bedanyo?
Di Jakarta ini ada 15 stakeholders baik dari pusat ataupun daerah yang bekerja sama untuk tata kelola air, seperti Kementerian Pupera, Dinas Tata Air Jakarta,PAM Jaya, Palyja dan Aetra. Sejak 1 Februari 1997 Terbentuk kontrak kerjasama selama 25 tahun antara PAM Jaya (operator air bersih Jakarta) dengan Suez yang kini bernama PT.PAM Lyonnase Jaya (Palyja) juga dengan PT.Aetra. Di mana Palyja mengolah air di bagian barat Jakarta dan Aetra mengolah air di bagian timur Jakarta dengan sungai Ciliwung sebagai batas wilayah pelayanan.
Bentuk kerjasamanya adalah pendelegasian pengelolaan air bersih dari PAM Jaya kepada swasta dalam bentuk kerjasama. Segala asset utilitas akan dikembalikan kepada PAM Jaya pada saat kontrak berakhir.
Tentang Tarif air Pam, sebenarnya sejak tanggal 15 Januari 2007 belum ada kenaikan tarif hingga kini, sudah 9 tahun lho belum naik-naik tarif. Tarif air bersihditentukan berdasarkan luas bangunan/persil dan peruntukannya, jadi ada kelompok pelanggannya ya... Dan perlu pembaca ketahui air baku yang dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air bukan gratis lhoo. Palyja membelinya.
Di Jakarta ada 13 sungai, namun setelah dicek, hampir semuanya tidak ekonomis lagi untuk dijadikan air baku dan diolah menjadi air bersih. Rata-rata sungai sudah sangat tercemar, terutamanya oleh amonia dan detergen yang merupakan limbah rumah tangga, bukan limbah industri. Hal ini disampaikan oleh Pak Budi Susilo, Directur Customer Services Palyja dalam acara workshop "Bersama Demi Air" kepada para kompasianer. Hadir pula narasumber lainnya yaitu: Ibu Meyritha Maryanie, selaku Corporate Communication and Social Responsibility Division Head Palyja, Ibu Irma Gusyani, selaku Deputy Operational, Ibu Nancy Elvina, dan Pak Toto Wirananto selaku Kepala Department Primary Construction.
[caption caption="Workshop Bersama Demi Air ini acaranya menarik, narasumber siap menjawab pertanyaan para kompasianer yang semangat banget mencecar (foto:dokpri)"]
Sumber air baku buat Palyja didapat dariPasokan air luar Jakarta adalah sebesar 94,3 % yaitu dari Jatiluhur 62,5%, IPA Serpong 31%, Cikokol 0.8% dan air baku tersebut bukan gratis. Sedangkanpasokan dari dalam Jakarta hanya 5,7 %, yaitu dari kali Krukut 4% dan Cengkareng drain 1,7%.
Diolah oleh 7 IPA (Instalasi Pengolahan Air), yaitu IPA 1 dan 2 di Pejompongan, IPA Cilandak, IPA Taman Kota, Distribution Central Resorvoar 4 dan 5, Instalasi Pengambilan Air Baku Kanal Banjir Barat. Nah kini Jakarta terancam mengalami Krisis Air Baku dikarenakan kebutuhan rakyat Jakarta akan air mengalami peningkatan.
Berdasarkan studi Pam Jaya, Dengan 10 Juta penduduk yang tinggal di Jakarta, dan diperkirakan untuk kebutuhan air kira-kira perorang butuh 100 liter/hari maka berarti butuh 26.100 liter/detik. Sedangkan Palyja dan Aetra hanya dapt memenuhi sekitar 17.000 liter/detik, sehingga mengalami defisit sebanyak 9.100 liter/detik. sehingga Palyja memiliki tantangan yang saat ini harus dihadapi yaitu mengenai tambahan air baku dan peningkatan kualitas air baku yang ada saat ini, pengembangan dan peningkatan distribusi jaringan, penanganan tindakan ilegal, sinergi multistakeholder.
Di IPA Pejompongan 1,2 dan IPA Cilandak pengolahan air bersih masih bersifat konvensional, yaitu proses pengolahan air seperti yang diuraikan Pak Khamid tadi di atas.
Sedangkan teknologi Pengolahan air di IPA Taman Kota adalah dengan biocell, memanfaatkan mikroorganisme alami dalam proses pengolahan air minum.
Lalu di Instalatasi Pengambilan Air Baku Kanal Banjir Barat mengunakan teknologi pemanfaatan bakteri alami dengan bantuan media tumbuh bakteri alami tersebut yang disebut "meteor" atau "Moving Bed Biofilm Reactor" (MBBR). MBBR ini mampu menghilangkan 87% amonia Teknologi ini merupakan teknologi pertama dan satu-satunya di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Rencananya teknologi MBBR ini akan dilakukan pula di IPA Cilandak di Juni tahun 2016 ini, tujuannya adalah untuk menghilangkan bau amonia hingga 70% sehingga produksi air bersih tidak terganggu akibat makin buruknya kualitas air baku sungai Krukut. Diharapkan teknologi tersebut dapat memenuhi kebutuhan akan air baku untuk diolah menjadi air bersih.
[caption caption="Bentuk dari MBBR (Moving Bed Biofilm Reactor) sebagai media tumbuh mikroorganisme alami yang mampu mengurai hingga 87% amonia dalam sungai"]
Sebenarnya tanggung jawab pemenuhan air baku adalah tanggung jawab kita bersama, masyarakat pengguna air, pemerintah pusat dan daerah, operator pengolahan air bersih. Upaya yang dilakukan oleh operator pengolahan air yaitu Palyja adalah dengan mengurangi kehilangan air yang disebut dengan NRW (Non Revenue Water), air yang tidak mendapatkan penghasilan padahal airnya terkonsumsi. Kehilangan air tersebut bisa terjadi akibat faktor komersial, misalnya: pelanggan mengubah meterannya, memasang kran air sebelum meter air, membuat sambungan dan pemakaian ilegal. Kehilangan air yang disebabkan faktor teknik meliputi : kebcoran pipa jalan,tanaman tumbuh di tanah yang gersang, air keluar dari jalan secara tiba-tiba.
Upaya yang dilakukan Palyja demi mendeteksi adanya kebocoran adalah dengan menggunakan metode gas helium, metode kamera JD7 yaitu kamera yang dapat merekam audio visual kebocoran pada pipa primer. Selain itu juga menggunakan metode suara Correlator. Secara Komersial pun Palyja telah mengganti meteran air, ada yang karena anomalinya ataupun karena usia meteran sudah tua. Juga dijumpai kasus sambungan ilegal dan penyalahgunaan.
Kita sebagai masyarakat pengguna air jg musti ikut Kegiatan Bersama Demi Air, demi pemenuhan air baku, marilah kita berhemat air, dimulai dari hari ini, di rumahku dan di lingkunganku. Menggunakan air sebijaksana mungkin, hemat bukan berarti pelit, hindari terjadinya pembuangan air secara sia-sia, misalkan pada saat sikat gigi ataupun cuci tangan jangan biarkan air mengalir tanpa penggunaan, matikan kran bila tak digunakan. Bila kran air bocor, lekas ganti yang baru, sediakan stok cadangan kran bila sewaktu-waktu ada kran bocor ataupun rusak bisa lekas diganti. Kalo bisa menggunakan air daur ulang, misalkan untuk menyiram tanaman bisa menggunakan air hujan atau air bekas cuci beras. untuk menyiram WC bisa menggunakan air bekas cuci baju.
Kita semua harus memastikan di lingkungan kita tidak ada kebocoran pipa air bersih agar pasokan air lancar dan tidak tercemar.
Bila kita semua sudah terbiasa mempunyai sikap peduli terhadap pentingnya air bagi kehidupan kita, bisa jadi kita tidak mengalami kekurangan air baku yang akan diolah sebagai air bersih. Dengan teknologi yang semakin berkembang pun diharapkan makin banyak air baku yang bisa dihasilkan.
Siapa tahu Palyja juga siap untuk teknologi desalinasi yaitu merubah air laut menjadi air tawar. Tentunya itu adalah proyek yang mahal dan besar. Namun penting sekali masyarakat harus teredukasi tentang pemanfaatan air seperlunya, tidak boros, tidak mencuri air Pam. Kita akan bisa memiliki sarana air minum yang langsung dari kran, bila sudah tidak ada lagi orang yang melakukan kecurangan seperti mencuri air dengan membuat sambungan pipa sendir karena pipa harus benar-benar terinstalasi steril dari kontaminasi kotoran dari luar pipa.
Ayo yuuk Bersama kita Cegah Kehilangan Air. Gak sabar kan menginginkan Jakarta ibu kota negara kita punya instalasi pipa baru yang mengalirkan air bersih yang sebenarnya pun kini sudah layak langsung diminum kok. Minimal fasilitas-fasilitas umum punya dulu deh kran air siap diminum, sepeti bandara, stasiun, terminal, taman bermain.
[caption caption="Pompa di pinggir-pinggir jalan di Hongaria yang hingga kini masih dipakai, mengeluarkan air yang juga produksi pengolahan air bersih yang bisa langsung diminum tanpa dimasak terlebih dahulu. Pompa udah kuno, ya memang instalasi pipa juga kuno. (foto:dokpri)"]
[caption caption="Ini kran air minum yang ada di pinggir jalan khusus pesepeda di Hungary, unik bentuknya (foto:dokpri)"]
[caption caption="Ini mirip air mancur tapi airnya bisa langsung diminum juga, ada di depan stasiun metro Praha Cheko (foto:dokpri)"]
Catatan: semua foto dokumentasi pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H