Mohon tunggu...
Indah Noing
Indah Noing Mohon Tunggu... Lainnya - Maminya Davinci

Ibu rumah tangga biasa, punya 3 krucils, pernah bekerja sebagai analis laboratorium klinik selama 10 tahun. Selalu berharap Indonesia bisa maju dan jaya tak kalah dari negeri yg baru merdeka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mencetak Generasi Suka Membaca Dimulai dari Taman Lingkungan Sekitar

6 Februari 2016   12:01 Diperbarui: 6 Februari 2016   14:47 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Taman lingkungan bisa lebih dimaksimalkan lagi pemanfaatannya sebagai sarana edukasi anak-anak juga"][/caption]“Bu, kita mampir ke taman yuk, lihat ada apa tuh? Kenapa banyak buku di sana?” pinta anak sulungku yang juga sedang bersepeda di depanku. Sontak aku menengok ke arah taman di sebelah kiri jalan, jadi sama penasaran juga ingin tahu ada apa di taman sore itu. Akhirnya aku dan ketiga anakku membelokkan sepeda kami masing-masing ke arah Taman Mak Engket.

Taman Mak Engket ini adalah taman lingkungan yang terletak di jalan Tarian Raya Barat, masuk di wilayah RW 07, Kelurahan Kelapa Gading Timur, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sejak taman ini diperbaiki, diperindah penampakannya dengan sarana bermain anak, banyak anak yang jadi suka datang ke sana. Pepohonan yang tinggi dan rimbun membuat taman sejuk dan segar dinikmati di sore harinya. Kami sering bersepeda sore melewati taman ini, terkadang kami juga mampir ke taman ini untuk beristirahat sejenak atau bermain ayunan. Namun baru kali ini taman terlihat lebih ramai, banyak anak-anak dan yang lebih menarik ada buku-buku yang terpajang di kursi taman.

[caption caption="Sebagian buku yang terpajang di kursi taman, cukup menarik kan?"]

[/caption]Seorang ibu menyambut kedatangan anak-anakku, dengan ramahnya mempersilahkan anak-anak memilih buku yang mau dibacanya. Sontak anak-anak langsung ceria dan berlari ke arah buku-buku berada, memilihnya lalu membacanya di lokasi yang menurutnya nyaman buat membaca. Anak-anak ada yang membaca di ayunan, ada yang membaca di kursi, ada yang membaca di lantai taman. Kulihat ibu yang yang tadi menyambut kami juga mau membacakan buku cerita bagi anak yang belum bisa membaca. Duuuh... sosok yang menarik deh, aku jadi ingin berkenalan dengannya.

Ibu Irene Anakotta, adalah nama ibu pemilik buku-buku di Taman Mak Engket ini. Rupanya sudah setahun ini beliau pada setiap hari Jumat datang ke taman membuat taman bacaan bagi anak-anak yang datang. Beliau berangkat dari rumahnya menuju taman dengan berjalan kaki membawa tas beroda berisi kira-kira 60 buku. Mungkin cuma 2 jam beliau berada di taman karena bila maghrib sudah tiba semua anak pulang ke rumahnya masing-masing.

Sebenarnya Bu Irene sudah 3 tahun melakukan kegiatan seperti menyediakan perpustakaan bagi anak-anak di sekitar rumahnya. Berawal dari rumahnya yang kerap didatangi anak-anak tetangganya, dan mereka membaca buku koleksi putra Bu Irene yang kini sudah kuliah Fakultas Hukum di Universitas Indonesia. Hampir setiap hari anak-anak berkunjung ke rumahnya, tak hanya membaca buku, terkadang mewarnai gambar, menonton film untuk kemudian menceritakan intisari dari film tersebut. Bu Irene juga mengajari anak belajar membaca bagi anak-anak usia prasekolah.

Suatu hari teman Bu Irene mengetahui hal tersebut dan memberinya ide agar Bu Irene membuat perpustakaan bagi anak-anak tersebut. Mengingat minat dan budaya suka membaca orang Indonesia masih sangat rendah maka setujulah Bu Irene yang kemudian membuat perpustakaan Taman Bacaan Anak “Lentera Bunda”, koleksinya bukunya hingga kini kira-kira ada 200 buku. Ketika melihat Taman Mak Engket yang kini sudah bagus dan banyak anak yang mengunjungi taman, Bu Irene berkeinginan membuat anak-anak di taman agar dapat menyukai buku dan juga mempunyai minat baca yang tinggi.

Ibu Irene menggelar buku-buku yang dibawanya di kursi taman. Anak-anak yang datang ke taman boleh membacanya, beliau juga memperbolehkan bila ada anak yang membaca buku sambil bermain.

“Anak-anak seumur mereka masih suka bermain, jadi saya biarkan saja mereka sebentar bermain lalu sebentar membaca lalu bermain lagi. Yah memang dunia mereka masih dunia bermain, kita harus sabar menumbuhkan minat mereka menyukai buku dan membaca buku,” begitu kata beliau.

“Dengan membaca buku bersama-sama temannya, maka diharapkan ada interaksi sosial juga pada anak-anak tersebut, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, akan butuh orang lain dalam menjalani hidupnya,” lanjutnya lagi.

[caption caption="walau anak-anak ini belum bisa membaca hanya dengan melihat gambar-gambarnya saja sangat diharapkan minat bacanya bisa tumbuh"]

[/caption]

[caption caption="Bermain, membaca buku bersama-sama bisa menambah erat persahabatan anak-anak pengunjung taman"]

[/caption]Melihat kawasan lingkungan Kelapa Gading dengan sosial ekonomi masyarakat kelas menegah ke atas, sangat dimungkinkan anak-anak tersebut mempunyai banyak koleksi buku bacaan juga di rumahnya, bukunya mungkin juga bagus-bagus. Mungkin juga di rumahnya orang tunya sudah menyediakan rak khusus buku-buku bacaan. Namun sayang bila buku-bukunya hanya menjadi pajangan rumah saja, kemungkinan saja orangtuanya sibuk bekerja sehingga sedikit sekali kesempatannya untuk mengajari anak suka membaca buku, terlebih bila orang tua pun masih sibuk berkutat dengan telepon genggamnya.

Bagaimana mau mengajari anak suka membaca buku, bila mama-papanya sibuk dengan telepon genggam, alasan klise orangtua bila diprotes anak adalah, “Aaah ini juga Mama/Papa lagi sibuk baca buku elektronik di handphone, Nak,” hehehe padahal mah sebenarnya lagi asyik ngobrol bersama teman-teman di media sosial. Mustinya justru pada saat di rumahlah orang tua harus meluangkan waktunya untuk menumbuhkan minat anak agar gemar membaca buku.

[caption caption="Anak juga suka diajari cara membaca buku cerita oleh Ibu Irene."]

[/caption]Tidak mudah juga menumbuhkan minat baca kepada anak-anak yang sudah sering berkutat dengan gawai seperti telepon genggam pintar, tablet, playstation. Buku-buku menjadi kurang menarik bagi mereka. Nah, adanya Taman Bacaan Anak Lentera Bunda milik Ibu Irene di taman walaupun hanya ada setiap Jumat sore saja diharapkan dapat mencetak generasi-generasi muda yang suka membaca buku. Banyak anak yang pada awalnya datang hanya ingin bermain, salah satunya Dewa namun setelah melihat anak-anak lainnya asyik memilih buku lalu membacanya membuat Dewa tertarik ikut melakukan hal yang sama.

Aku juga melihat satu anak mungkin berumur 5 tahun yang datang ke taman bersama mama dan kakaknya, namun anak itu sama sekali tidak tertarik dengan buku-buku, kutawari buku bacaan ia sama sekali tidak mau. Ia malah sibuk bermain dengan handphone milik kakaknya. Mamanya juga bercerita bila saat di rumah pun anaknya seperti itu, tidak suka membaca buku. Ibu Irene pun meneceritakan bahwa ada juga dijumpai anak-anak yang selalu sibuk dengan handphone namun akhirnya lambat laun jadi berubah menyukai buku karena adanya interaksi sosial di taman, anak tersebut beberapa kali jadi suka main ke taman dan mulai ikut suka membaca buku. Walaupun beberapa anak masih belum bisa membaca dan mereka tetap meminjam buku, membaca dengan melihat gambar-gambarnya saja, namun besar kemungkinan minat suka buku dan membacanya akan tumbuh.

[caption caption="Membaca buku bisa dilakukan di mana saja, tak hanya di dalam ruangan"]

[/caption]Ibu Irene sangat berharap agar kita sebagai masyarakat dapat memanfaatkan taman bermain tidak hanya sebagai tempat bermain anak, tapi juga menjadi tempat edukasi bagi pengunjung taman. Anak-anak bisa bermain, bersosialisasi dengan anak-anak lainnya, mereka jadi suka membaca, terlebih karena membacanya bersama teman-temannya, maka kadang ada kalanya terdengar anak-anak saling bercerita dan mendiskusikan bacaannya. Anak-anak akan merasa senang riang gembira berkumpul bermain, membaca buku bersama, walaupun mereka berasal dari suku, berbeda etnik namun mereka bisa berteman, bersahabat, interaksi sosial mereka ada, rasa kepedulian kepada sesama juga bisa tumbuh.

[caption caption="Semangat mencipta generasi suka membaca walau hanya membawa 60 buku dalam tas trolinya"]

[/caption]Ibu Irene juga tak pelit membagi tips agar kegiatannya ini bisa menjadi contoh bagi orang lain yang ingin melakukan kegiatan seperti dirinya yang membuka taman bacaan bagi anak-anak, yaitu:
- kita harus mempunyai niat yang teguh untuk mempunyai taman bacaan anak, berarti hari-hari kita banyak yang dicurahkan bagi anak-anak yang datang ke taman bacaan kita.
- kita harus mempunyai buku-buku bacaan tentunya.
- kita harus sabar dan penuh kasih sayang kepada anak-anak dengan karakter yang berbeda-beda
- kita harus komitmen, bila taman bacaan diadakan setiap Jumat, maka setiap Jumat kita harus berada di taman, jangan sampai anak-anak menunggu kehadiran kita. Bila tak bisa datang sebaiknya mengonfirmasi ke penjaga taman atau menginfokan ke anak-anak seminggu sebelumnya.
- keberadaan taman bacaan milik kita sebaiknya kita infokan ke pengurus warga dan warga di sekitar lingkungan kita, sehingga bila kita ingin mengadakan suatu acara maka warga bisa ikut mendukung acara kita tersebut, misalnya acara HUT kemerdekaan RI.

Wah, semoga nih tips-tips dari Ibu Irene bisa membuat taman-taman bermain yang ada di Jakarta khususnya dan di mana pun hingga pelosok negeri kita Indonesia bisa mempunyai taman bacaan juga. Taman Mak Engket bisa menjadi contoh bagi taman lingkungan lainnya. Akan makin banyak orang-orang baik seperti Ibu Irene yang mau membuat taman bacaan demi mencetak generasi-generasi yang suka membaca buku demi mencapai kemajuan bangsa. Sikap suka membaca tidak hanya terbatas di dalam ruangan juga bisa membudaya, membaca bisa dilakukan di mana saja, menghindari diri dari suatu kejenuhandan juga bisa menambah ilmu dan wawasan.

Kini aku dan anak-anakku juga hampir setiap jumat datang ke taman ini. Bila maghrib sudah menjelang, maka kami pulanglah ke rumah masing-masing. Namun hampir di setiap kepulangan itu ada saja anak yang bertanya kepada Ibu Irene, “Ibu, apakah besok sore Ibu akan datang lagi?”

“O tidak, Ibu akan datang lagi pada Jumat minggu depan nak,” jawab Ibu Irene.
Betapa anak itu menantikan kedatangan Ibu Irene lagi dan lagi di taman pada setiap sore hari. Rupanya buku-buku itu telah memikat hatinya juga.

“Kita bisa membangun Indonesia tidak selalu dengan hal-hal yang besar, tapi kita bisa juga melalui hal-hal kecil di sekitar kita dengan kasih yang besar, contohnya dengan memanfaatkan ruang hijau taman bermain ini.“ Itulah kata-kata yang kuingat dari bu Irene kepadaku jumat sore kemarin.

Ibu Irene's motto is: "Not all of us can do a great things, but we can do small things with great love".

Foto: Dokumen pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun