[caption caption="Sumber: facebook, Dokter Dionisius Giri Samudra meninggal dunia akibat malaria"][/caption]Hari ini tanggal 12 November 2015 adalah 51 tahun Indonesia memperingati Hari Kesehatan Nasional. Tahukah kalian sejarah adanya Hari Kesehatan Nasional? Ternyata, tanggal 12 November itu dipilih untuk memperingati hari yang sama pada tahun 1959 ketika Pak Soekarno Presiden pertama kita mencanangkan Gerakan Pemberantasan Malaria dengan melakukan penyemprotan nyamuk secara simbolik di desa Kalasan, sekitar 10 km sebelah timur kota Jogjakarta. Di mana pada masa itu penyakit malaria merupakan penyakit yang terbanyak diderita penduduk hampir di seluruh wilayah NKRI.
Ratusan ribu jiwa meninggal dunia akibat dari penyakit malaria ini, karenanya Pemerintah berusaha melakukan pembasmian malaria yang diharapkan penyakit ini bisa dieliminasi dari tanah air. Kala itu bersama WHO, USAID, Pemerintah melakukan pembasmian malaria dan merencanakan pada tahun 1970 malaria akan hilang dari bumi Indonesia. (sumber bacaan di sini )
[caption caption="Pak Soekarno melakukan penyemprotan nyamuk tanggal 12 November 1959 sumber: http://promkes.depkes.go.id/hari-kesehatan-nasional/"]
Dokter muda ini tak dapat ditangani di tempat tugasnya karena kurang fasilitas memadai sehingga musti dirujuk ke Rumah Sakit lain di Makasar, Sulawesi Selatan. Â Namun karena biaya evakuasi dan lama perjalanan bila menggunakan pesawat pun menjadi kendala penyelamatan nyawa si dokter muda. (sumber bacaan: di sini)Â
Kejadian dokter meninggal akibat penyakit malaria bukan baru hari kemarin saja terjadi, sebelumnya tanggal 13 Mei 2015 Dhanny Elya Tangke, dokter muda yang mengabdi untuk program Pegawai Tidak Tetap Kementerian Kesehatan, di Distrik Oksibil dan Waime, Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, meninggal dunia akibat sakit malaria di Rumah Sakit Abepura, Jayapura, Papua.
Sungguh miris mengetahui penyakit malaria tidak hanya merenggut nyawa penduduk biasa namun tenaga medis pun bisa terkena sebagai resiko tertular dari pekerjaannya. Padahal tenaga medis seperti dokter, perawat, analis laboratorium, radiolog, psikiater, fisioterapi, bidan dan lain-lain yang mau membaktikan dirinya untuk bertugas di pedalaman terutama di daerah timur Indonesia tidaklah banyak, selain medan lapangannya yang sulit ditempuh, kendala juga ada pada sarana dan fasilitas.  Panggilan jiwanya untuk mengabdi kepada sesama, memberi manfaat ilmu yang telah didapatnya demi kesembuhan orang lainlah yang membawanya mau bertugas ke sana.  Mereka bagai pahlawan kesehatan di daerah pedalaman. Selayaknya para petugas medis tersebut mendapatkan fasilitas yang sesuai dengan kondisi lingkungan tempat mereka tugas, tidak hanya fasilitas yang mensejahterakan kehidupan mereka namun juga fasilitas jaminan kesehatan.
Kini kita juga sedang gencar-gencarnya mempromosikan wisata Indonesia yang banyak belum kunjungi keindahannya, terutama daerah wisata di wilayah timur Indonesia. Namun bagaimana kita mau meningkatkan wisata keindahan wilayah timur Indonesia bila ancaman malaria bisa mengintai siapa saja termasuk ke  wisatawan yang berkunjung ke sana? Sangat sedih kan bila wisatawan sehabis bersenang-senang menikmati keindahan alam di sana lalu beberapa hari kemudian meninggal karena malaria akibat digigit nyamuk di sana? Sebaiknya wisatawan yang ingin wisata ke daerah yang rawan penyakit malaria, sebelum pergi wisata ke sana, datanglah ke dokter dan minta diberikan obat anti malaria, maka dokter akan memberi resep obat anti malaria dan memberitahu aturan mengkonsumsinya. Jangan lupa memakai anti nyamuk yang memang bagus mencegah malaria.
Kejadian dokter muda Dionisius ini semoga menjadi  perhatian bagi Pemerintah dan kita semua rakyat Indonesia,  betapa tidak mudahnya menanggulangi penyakit malaria yg memang banyak terjadi di wilayah timur Indonesia. Semoga pembangunan pemerataan bidang kesehatan bisa diwujudkan ke seluruh penjuru tanah air, segala sarana prasarana kesehatan ada terpenuhi. Segala usaha kesehatan baik  yang sifatnya preventif, promotif dan kuratif, rehabilitatif  lancar dilakukan, turut menunjang segala penelitian demi ditemukannya obat ampuh anti malaria, apalagi dikabarkan bahwa obat kina pun sudah resisten buat parasit malaria, kini obat  Artemisinin adalah obat yang biasa digunakan untuk pengobatan malaria, namun begitu di Thailand sudah ditemukan juga malaria yang resisten terhadap Artemisinin. Semoga saja segera diketemukan obat ampuh menyembuhkan penyakit malaria. Aamiin
Bagi penduduk yang tinggalnya di daerah rawan malaria, mari yuk jangan lengah bila kasus malaria mulai berkurang jumlahnya di lingkunganmu. Tetap waspada bahaya malaria, tetap melakukan upaya-upaya yang bisa mengurangi populasi nyamuk misalnya penyemprotan nyamuk karena nyamuk Anopheles sebagai vector pembawa parasit malaria ini pupulasinya bisa meningkat pesat pada musim penghujan. Mari yuk kita berantas malaria, mari kita wujudkan daerah-daerah endemic malaria akan bebas malaria di tahun 2030.
Kita masih di bulan memperingati hari pahlawan & hari kesehatan nasional, petugas medis yang berani terjun ke pedalaman bagai pahlawan yang benar-benar mengabdikan hidupnya bagi pembangunan bidang kesehatan. Semoga kejadian dokter muda wafat dalam pengabdiannya menjadi pengingat kita semua untuk lebih perduli dan bermanfaat bagi saudara-saudara kita terutama di wilayah timur sana.Â
Selamat jalan dokter Dionisius Giri Samudra, semoga semua amal ibadahmu diterima Tuhan & kiranya engkau beristirahat dengan tenang di sisi-Nya. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran. Aamiin
Â
Â
Sumber : http://promkes.depkes.go.id/hari-kesehatan-nasional/
kunjungi juga  http://www.kompasiana.com/indahnoing/mengenal-lebih-dekat-analis-laboratorium-kesehatan-di-pedalaman_54f3dd817455139e2b6c80c9
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H