Mohon tunggu...
Indah Noing
Indah Noing Mohon Tunggu... Lainnya - Maminya Davinci

Ibu rumah tangga biasa, punya 3 krucils, pernah bekerja sebagai analis laboratorium klinik selama 10 tahun. Selalu berharap Indonesia bisa maju dan jaya tak kalah dari negeri yg baru merdeka.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fabel] Kisah Sedih Persahabatan Anak Binatang Akibat Kebakaran Hutan

7 November 2015   11:43 Diperbarui: 7 November 2015   12:04 1641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Elly, Nyusi & Galam sedih melihat Sundis lemas tak berdaya :-("][/caption]

 

Indah Noing No.37

 

“Toloooong !!!   Toloooong !!   Ibu di mana engkau buuu?” Teriak Nyusi si kelinci kecil yang panik  belari ketakutan.
“Nyusi, ayo cepat ikuti aku !” Kata Elly si gajah kecil terengah-engah sambil berlari juga.
“Kawaaaaan !!! Jangan tinggalkan akuuu !!
Seketika Nyusi dan Elly langsung berhenti berlari tatkala mendengar suara Sundis si landak kecil berlari ketakutan.
“Sundis, kau naik saja ke punggungku, kita harus segera pergi dari sini, berbahaya buat kita bila tetap di sini,” kata Elly
Sundis yang kecil dan penuh takut di wajahnya segera naik ke punggung Elly, sebisa mungkin ia melawan rasa takutnya agar duri-durinya tidak bangkit membuat  kulit Elly terluka.

Mereka berlari secepat-cepatnya meninggalkan rumah dan lingkungan tempat mereka hidup selama ini. Saat ini mereka tak tahu harus menuju kemana, terlebih-lebih mereka pergi tanpa orang tua mereka.  Kebakaran hutan itu terjadi di saat orang tua mereka sedang pergi mencari makan untuk mereka.

Api dengan cepat melahap pepohonan yang memang sedang kekeringan karena musim panas yang telah berlangsung lama. Api dengan cepat merayap dari satu pohon ke pohon lainnya. Banyak penghuni hutan yang panik berlari pontang-panting tak tentu arahnya.

Elly, Nyusi dan Sundis sudah berada di area yang aman, tak ada pohon terbakar di sekitar mereka. Tampak di kejauhan di sebelah kanan dan kiri mereka hutan-hutan masih terbakar. Asap hitamnya membumbung tinggi ke angkasa.
“Aku haus” kata Sundis lemah
“Aku juga” kata Nyusi
“Kita harus kemana mencari air? Aku pun tak mengenali daerah ini. Kita terlalu jauh berlari tadi” Kata Elly yg juga sangat kelelahan.
Anak-anak hewan itu dilanda kebingungan yang sangat, selama ini mereka hanya bermain di dalam hutan mereka.

“Bruuukk !!”
Sundis terjatuh dari punggung Elly, ia pingsan mungkin karena lelah atau mungkin karena menghirup asap kebakaran hutan yang cukup pekat tadi.
“Sundis ! Sundis ! Bangunlah ! “ teriak Nyusi dan Elly.
“Oh bagaimana ini? “ mereka bingung.

“Hai, kalian di sini rupanya” panggil Galam si burung merpati sahabat mereka juga.
“Galam, Sundis pingsan, dapatkah kau menolong kami? Di manakah kami bisa mendapatkan air untuk  diminum?” Tanya Elly kepada Galam.
“Di dekat sini ada kampung penduduk, aku tadi minum di sana” jawab Galam.
“Elly, sebaiknya kau jangan pergi ke kampung itu, bahaya buatmu, mungkin saja kau bisa terluka”  kata Galam lagi.
“Aku saja yang pergi” sahut Nyusi
“Aku akan ambil air untuk kalian,” lanjut Nyusi.
“Baiklah Nyusi, aku dan Sundis akan menunggumu di sini,” kata Elly
“Aku akan menemanimu ke kampung itu Nyusi, kutahu kamu sering bingung arah pulang ke rumahmu, apalagi kita sekarang berada di tempat asing,” kata Galam.

Nyusi dan Galam berangkat mencari air. Tak berapa jauh Nyusi melihat perkampungan. Mereka langsung menuju sumur di belakang suatu rumah, diminumnya air yang ada di ember dekat sumur. Nyusi minum air cepat-cepat saking hausnya. Sambil minum ia teringat Sundis dan Elly.
“Ah aku harus segera membawa air untuk mereka,” desah Sundis.
“Nyusi, bisakah kita membawa kelapa ini untuk Sundis dan Elly? “ Tanya Galam.
Nyusi memegang kelapa itu dan ia mendengar bunyi air kelapa.
“Bisa Galam, mari kita kembali pulang ke tempat tadi” sahut Nyusi.
Nyusi menendang dua kelapa  selama perjalanan, ia berharap Sundis segera sadar dari pingsannya, untung ada Galam yang mengiringi langkahnya sehingga ia tak tersesat jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun