Mohon tunggu...
Indah Noing
Indah Noing Mohon Tunggu... Lainnya - Maminya Davinci

Ibu rumah tangga biasa, punya 3 krucils, pernah bekerja sebagai analis laboratorium klinik selama 10 tahun. Selalu berharap Indonesia bisa maju dan jaya tak kalah dari negeri yg baru merdeka.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ibu-Ibu,Mari Awasi Anak Kita dari Penculikan

31 Desember 2012   12:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:44 1990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ma, lihat tuh ada anak hilang!" kata anakku sambil tangannya menunjuk ke arah meja layanan pelanggan (Customer Service) di mall yang kami datangi. " Kok, kamu tahu kalau itu anak hilang?" tanyaku pada anakku. "Anak itu menangis ma, mencari mama papanya," jawab anakku. Benar saja tak berapa lama terdengar informasi telah diketemukan seorang anak hilang, disebutkan pula ciri-ciri anak dan pakaian yang dikenakan anak tersebut. Sepulang dari mall anak-anakku  bertanya padaku kiranya apa yang akan terjadi pada anak hilang tersebut. Mau tak mau aku jadi ikut memikirkannya, anak itu masih balita, mungkin umur 3 thn, mungkin belum bisa ingat identitas tentang dirinya seperti nama lengkap, nama orangtua, alamat, no.telpon. Akhirnya aku coba menjelaskan pastinya orangtua sang anak juga berusaha mencari anaknya tersebut dan bertanya ke petugas di meja layanan pelanggan mall dan akhirnya bisa berjumpa kembali. Bagaimana kalau anak tersebut memang sengaja dibuang oleh orang tuanya di mall? Entahlah.... Akhir-akhir ini baik di media cetak maupun media televisi sering juga diberitakan kasus anak hilang, penculikan anak, bahkan anak yang memang sengaja dibuang ataupun dibunuh ataupun dijual oleh orang tuanya sendiri walaupun sang anak baru dilahirkan. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi, dan tersering faktor ekonomilah yang menjadikan alasannya. Nah, tentang kasus penculikan anaklah yang sering memberi rasa was-was di hati para ibu terutama saat anak sedang tak berada di dekatnya. Topik penculikan anak kerap menjadi bahan obrolan para ibu bila mendengar kasus-kasus penculikan yang sedang terjadi dan diberitakan di banyak media  atau hanya sekedar untuk saling mengingatkan sesama ibu-ibu agar selalu mengawasi anak-anaknya. Penculik zaman sekarang semakin pintar, licik dan nekat saat melakukan aksi penculikan. Penculik bahkan tega menculik ke sekolah bahkan sekitar rumahnya. Ada yang sudah mengamati keseharian anak sebelum menculiknya, ada penculik yang bertindak sendirian, ada yang berkomplotan. Motifnya pun macam-macam, ada yang karena dendam pribadi, ada pula yang memang terlibat dalam sindikat penjualan anak. Ada pula penculik yang terlibat sindikat perdagangan organ tubuh manusia, maksudnya penculik hanya berniat mengambil organ tubuh orang yang diculiknya, misalnya ginjal. Beberapa temanku sesama ibu-ibu ada yang menceritakan tentang hal penculikan  anak dan menarik untuk kubagi dalam tulisan ini. Sobatku, Ibu Emil pernah bercerita tentang nasib naas yang menimpa tetangganya yaitu beberapa tahun yang lalu tetangganya itu seorang ibu pergi ke mall bersama seorang anak dan pengasuh (babysitter) nya. Sementara sang ibu pergi berbelanja kebutuhan sehari-hari, maka sang anak dan pengasuh pergi ke arena bermain di mall tersebut. Segala pengawasan ke anak itu diserahkan kepada sang pengasuh. Namun sayang sang pengasuh sering  berurusan dengan telepon selulernya, maka  teledorlah ia mengawasi sang anak sehingga anak tersebut hilang tak jelas berada di mana, hingga kini belum ketemu. Segala hal telah diupayakan demi ditemukannya sang anak.  Ujung derita sang pengasuh saat itu adalah pemecatan namun derita sang ibu tak berkesudahan hingga kini, sangat depresi dan stress. Bila ada anak-anak yang lewat di depan rumahnya, ia akan memanggil-manggil nama anaknya. Sobatku, Ibu Shanti juga pernah bercerita kejadian yang mengenai anak-anaknya.  Ibu Shanti dan 2 anaknya ini hampir setiap hari pergi ke mall, ada saja yang dilakukan setiap harinya di mall, mulai dari membeli kebutuhan rumah dan usahanya, juga pergi ke arena bermain ataupun hanya sekedar makan malam di restoran langganan. Kedua anaknya sudah terbiasa jalan-jalan atau lari-lari kecil di mall tanpa digandeng ibunya, maklumlah mereka sudah hapal belokan-belokan di mall itu  :-) Suatu hari saat kedua anak itu sedang jalan-jalan tiba-tiba ada seorang ibu yang langsung menggandeng tangan-tangan anak-anak itu dan mencoba membawanya pergi. Tentu saja orang lain yang melihatnya berpikir bila anak-anak tersebut digandeng oleh ibunya.  Untungnya ibu Shanti melihat kejadian tersebut dan sebelum jauh dari pandangannya ia langsung berteriak " Hei bu, mau dibawa kemana anak-anakku?!" Kontan ibu tersebut kaget dan melepaskan pegangannya dan meminta maaf katanya dia pikir itu tangan anak-anaknya lalu ibu itu pergi tanpa menggandeng seorang anak pun. Aneeeh gak siih?  Tidak ada yang mencurigakan pada penampilan ibu itu, biasa-biasa saja layaknya ibu-ibu, tapi siapa yang bisa tahu kalau dia adalah seorang penculik? Beberapa teman saya pernah mengalami kejadian seperti ibu Shanti, namun tak menghalangi niat kami para ibu-ibu dan anak-anak  untuk tetap pergi ke mall, tentu saja karena segala aktifitas belanja, bermain, makan-makan bisa dilakukan di mall.  :-) ,yang terpenting sejak kejadian itu kami selalu berusaha lebih mengawasi anak-anak kami. Sobatku yang lain, Ibu Linda bercerita tentang anaknya yang juga tiba-tiba digandeng oleh pria tak dikenal dan sudah dibawa masuk ke dalam lift suatu mall, untungnya sang pengasuh (babysitter) nya masih bisa mengejar pria tersebut hingga selamatlah sang anak. Betapa ibu Linda sangat bersyukur atas kejadian tersebut, anak semata wayangnya selamat tidak hilang. Nah cerita yang membuatku sampai ingin membuat tulisan di Kompasiana ini adalah cerita sobatku yang bernama Ibu Esther tentang modus penculikan anak yang cukup menyeramkan, katanya pernah ada berita tentang anak yang diculik di mall kemudian anak tersebut dibius hingga tidak sadar diri, lalu dibawa ke toilet. Di dalam toilet anak tersebut dicukur gundul dan digantikan baju oleh penculiknya, kemungkinan untuk menghilangkan ciri-ciri luar anak tersebut. Tapi untunglah tindakan penculikan tersebut berhasil digagalkan. Serem kan ceritanya? Terlepas benar atau tidaknya cerita bu Esther, yang pasti adalah cukup menambah rasa waspada kita terhadap penculikan anak yang kian marak terjadi. Penculikan bisa terjadi di mana saja, mall, tempat wisata, rumah sakit,  sekolah, taman bermain bahkan lingkungan rumah. Berita tentang penculikan anak atau kehilangan anak kerap ada di media. Namun apakah kita perduli? Mendengar ada orang yang kehilangan dan disebutkan ciri-cirinya, apakah kita perduli ikut memperhatikan kiranya ada melihat anak dengan ciri-ciri serupa? Pun bila di mall atau tempat wisata suara pengeras tentang informasi penting pun kadang tak terdengar kalah oleh suara keramaian yang ada. Dimanakah kita tingkat keperdulian kita? Suara yang manakah yang harusnya lebih kencang? Suara dari Pelayanan Informasi atau suara dari acara yang ada baik di mall atau tempat wisata? Bersama ini saya ingin mengingatkan agar para ibu kiranya lebih perduli akan keselamatan anak-anak kita. Mereka harus selalu dalam pengawasan kita, bila mereka tidak sedang bersama kita, usahakan mereka berada dekat dengan orang yang dipercaya misalnya: anggota keluarga yang lain, pengasuh, guru, temannya yang bisa saling mengawasi. Ingatkan sang pengasuh agar tak selalu berurusan dengan telepon seluler bila sedang mengawasi anak. Jangan melupakan saat anak-anak sedang bersama kita. Seorang nenek bercerita kepadaku tentang anaknya yang lupa membawa pulang anaknya (cucu si nenek) pulang ke rumah dari mall, padahal waktu berangkat ke mall ibu itu membawa  anaknya. Rupanya si ibu sudah terbiasa setiap harinya pergi kemana-mana tanpa membawa anak, jadi lupalah ia. Untung si anak sudah pintar, ia langsung datang ke security mall dan minta disambungkan telepon ke neneknya untuk segera dijemput pulang. Pihak sekolah maupun tempat kursus juga ikut mewaspadai penculikan anak,  bila ada  orang yang menjemput sang murid, maka pastikanlah orang itu itu adalah orangtua sang murid atau orang yang dipercayakan sang orangtua untuk menjemput sang anak. Pihak Rumah Sakit juga harus mewaspadai bilamana ada penculik yang berpura-pura menjadi petugas medis ataupun orang yang mengaku-ngaku membesuk di rumah sakit tersebut. Baik dilakukan demi  menghindari kejadian anak atau bayi yang diculik dari rumah sakit. Bila anak-anak kita sudah pandai mengingat atau menghapal, maka ajarkanlah untuk mengingat segala identitas tentang dirinya, mulai dari nama lengkap, nama orang tua, alamat rumah, no telepon rumah atau no telepon seluler orang tua.  Walaupun saat anak menyadari dia menjadi anak hilang, terkadang langsung panik dan tidak bisa mengingat semua identitas tersebut, cuma menangis saja. Namun saat rasa panik mulai hilang, pelan-pelan ia akan mengingat kembali identitasnya. Demikianlah pembaca yang budiman, kiranya tulisan ini bermanfaat. Tidak ada salahnya meningkatkan perhatian dan pengawasan anak-anak kita daripada kita menyesalinya nanti. Sekarang musim liburan pula, pasti banyak keluarga pergi ke tempat wisata, ibu-ibu jangan lengah pengawasan ke anak-anak yaa...   Selamat tahun baru 2013  :-)  :-) foto: dokumentasi pribadi.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun