Mohon tunggu...
Indah Mutia
Indah Mutia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi bermain basket

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengembangan Kurikulum di Sekolah dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan

6 Desember 2023   13:27 Diperbarui: 6 Desember 2023   13:36 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstrak

Kurikulum merupakan wahana belajar mengajar yang dinamis sehingga perlu dikembangkan dan dinilai secara terus menerus berkelanjutan sesuai denga perkembangan yang ada dimasyarakat. Pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang menentukan bagaimana kurikulum akan berjalan. Sehingga dalam penyusunan pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan langkah - langkah sebagai berikut: Perumusan Tujuan, Menentukan Isi, Memilih Kegiatan, dan Merumuskan Evaluasi. Sehingga dalam penyusunan pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan langkah-langkah: 1) Perumusan Tujuan, 2) Menentukan Isi, 3) Memilih Kegiatan,4) Merumuskan Evaluasi. Dengan beberapa model, seperti; model Beauchamp yang dikenal dengan model terbalik, Hida Taba, dan banyak lagi model menurut akhli -- akhli yang dapat dijadikan referensi bagi guru maupun sekolah untuk melakukan pengembangan kurikulum dan didasarkan pada karakteristik wilayah atau daerah.

Kata Kunci: kurikulum, pengembangan kurikulum, langkah-langkah pengembangan kurikulum

Abstract

The curriculum is a vehicle for learning dynamic that needs to be developed and assessed continually ongoing in accordance with the existing development community. Curriculum development is a process that determines how the curriculum will be run. Thus, in the preparation of curriculum development should consider steps as follow: Formulation Interest; determining content, choosing activity, and formulate evaluation. Thus, in the preparation of curriculum development should consider steps: 1) Formulation of Objectives, 2) Determine Content, 3) Choose activities, 4) to formulate evaluation. With some models, such as; Beauchamp models, known as the model upside down, Hida Taba, and more models according to experts that can be used as a reference for teachers and schools to develop curriculum and is based on the characteristics of the area or region.

Keywords: curriculum, curriculum development, curriculum development steps

 

 

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah upaya untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu hidup dengan baik dalam masyarakatnya, mampu mengembangkan dan meningkatkan kualitas hidupnya sendiri, serta berkontribusi secara bermakna dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas masyarakat dan bangsanya Sementara itu, ada indikasi yang menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih belum meningkat secara signifikan. Dari dalam negeri diketahui bahwa NEM SD (Nilai Ebtanas Murni Sekolah Dasar) sampai sekolah menengah relatif rendah dan tidak mengalami peningkatan yang berarti. Dari dunia usaha juga muncul keluhan bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan kerja yang baik. Ketidakpuasan berjenjang juga terjadi, lulusan SD kurang baik untuk mengikuti pembelajaran di Sekolah Menengah, dan kalangan perguruan tinggi merasa bekal lulusan sekolah menengah belum cukup untuk mengikuti perkuliahan Tilaar mengemukakan bahwa pendidikan nasional dewasa ini sedang dihadapkan pada empat krisis pokok yang berkaitan kuantitas dan kualitas, relevansi atau efisiensi eksternal, elitisme dan manajemen.

Lebih lanjut dikatakan bahwa setidaknya ada enam masalah pokok dalam sistem pendidikan nasional. (1) menurunnya akhlak dan moral peserta didik, (2) pemerataan kesempatan belajar, (3) masih rendahnya efisiensi internal sistem pendidikan, (4) status kelembagaan, (5) manajemen pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional, (6) sumber daya yang belum profesional. Menghadapi hal tersebut, perlu dilakukan pemerataan terhadap sistem pendidikan secara kaffah (menyeluruh), terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Secara idel (teoritis) perubahan kurikulum dimungkinkan terjadi setelah dilaksanakan selama sepuluh tahun, itupun harus didasari oleh hasil pengkajian dan penilaian secara mendalam. Di samping itu, kurikulum harus dinamis dan adaptif terhadap segala perubahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang terus berkembang. Dinamis berarti terus berkembang menuju arah yang lebih baik dan menjawab tantangan zaman, adaptif berarti mampu menjawab kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan serta diperlukan oleh masyarakat. Tampaknya pihak Depdiknas menilai bahwa kurikulum 1994 sudah ketinggalan zaman (out of date) yang sudah tidak mampu lagi menjawab tantangan dunia yang semakin kompetitif, tidak mampu lagi menjawab kebutuhan masyarakat.

METODE PENELITIAN

Teknik pengumpulan data berupa tinjauan pustaka atau penelitian tertulis digunakan sebagai sumber informasi utama dalam penelitian ini. Data dikumpulkan melalui penelusuran literatur di perpustakaan, katalog online, database jurnal, dan sumber terpercaya lainnya. Sumber yang digunakan antara lain buku-buku perkembangan kurikulum pendidikan, artikel jurnal, serta karya-karya para ahli. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis penelitian tertulis. Studi literatur yang berkaitan dengan topik yang dibicarakan diidentifikasi dan diseleksi. Ini diikuti dengan pembacaan kritis terhadap penelitian tertulis untuk memahami konteks, argumen, dan gagasan penulis. Data yang relevan diekstraksi dan dianalisis secara sistematis untuk mencari pola, tema, dan pemahaman terkait kontrak pembelajaran pendidikan dan klasifikasinya. Selain itu, pendekatan komparatif juga dilakukan untuk membandingkan dan mengevaluasi perbedaan pandangan ulama dan ulama dalam penggunaan dan pemahaman pendidikan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh pemahaman menyeluruh dan menarik kesimpulan yang kuat dari hasil analisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Konsep Pengembangan Kurikulum

Menurut Nasution dalam kajian Ahmad (1998: 10) istilah kurikulum berasal dari atletik yaitu curere yang berarti berlari. Dari istilah atletik, kurikulum mengalami pergeseran arti kedunia pendidikan, yakni sejumlah mata pelajaran diperguruan tinggi. Menurut Muhaimin (2003: 182) pengertian kurikulum dalam arti yang sempit merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pengertian ini mengeris bawahi adanya 4 (empat) komponen pokok dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi/ bahan, organisasi dan strategi. Sedangkan pengertian kurikulum secara luas, kurikulum merupakan segala kegiatan yang dirancang oleh lembaga pendidikan untuk disajikan kepada peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan (institusional, kurikuler, dan intruksional). Pengertian kurikulum sebagaimana tercantum dalam UUSPN No.20 Tahun 2003 adalah sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (UUSPN, No. 20 Tahun 2003, Bab 1 Ayat 19).

Berdasarkan rumusan diatas dapat diketahui bahwa pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Dalam pengertian itu, sesungguhnya pengembangan kurikulum adalah proses siklus, yang tidak pernah berakhir.

b. Prinsip Pengembangan Kurikulum

Prinsip umum pengembangan kurikulum menyangkut 5 hal yaitu:

1. Prinsip Relevansi

Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevansi keluar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi keluar maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-kompoenen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian. Relevansi internal ini merupakan suatu keterpaduan kurikulum.

2. Prinsip Fleksibilitas

Prinsip fleksibiltas menunjukkan bahwa kurikulum adalah tidak kaku. Hal ini berarti bahwa di dalam penyelenggaraan proses dan program pendidikan harus diperhatikan kondisi perbedaan yang ada di dalam diri peserta didik.

3. Prinsip Kontinuitas

Prinsip kesinambungan dalam pengembangan kurikulum menunjukkan adanya saling terkait antara tingkat pendidikan, jenis program pendidikan, dan bidang studi.

4. Prinsip Praktis

Kurikulum harus mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efesiensi. Efisiensi merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dan pengeluaran (berupa waktu, tenaga, dan biaya) yang diharapkan paling tidak menunjukkn hasil yang seimbang.

5. Prinsip Efektivitas

Dalam dunia pendidikan, masalah efektivitas dapat ditinjau dari segi efektivitas mengajar guru dan efektifitas belajar murid. Efektivitas mengajar guru menyangkut sejauh mana jenis-jenis kegiatan mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektivitas belajar murid menyangkut sejauh mana tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan dapat dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh.

c. Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum Berbasis Kompatansi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangkan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performans tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Dalam dokumen kurikulum 2004 dirumuskan bahwa kurikulum berbasis kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil balajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumberdaya pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi berorientasi pada : (1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian penglaman belajar yang bermakna dan (2) keberagaman yang dapat di infestasikan sesuai dengan kebutuhannya. Terdapat tiga landasan teoritis yang mendasari KBK. Pertama, adanya pergesaran dari pembelajaran kelompok, kearah pembelajaran individual. Kedua, pengembangan konsep belajar tuntas atau belajar sebagai penguasaan adalah suatu falsafah pembelajaran yang mengatakan bahwa dalam sistem pembelajaran yang tepat semua peserta didik dapat mempelajari semua peserta didik dapat mempelajari semua bahan yang diberikan dengan hasil yang baik. Ketiga, pendefinisian Kembali pada bakat.

d. Landasan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi berlandaskan pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan nasional. Landasan hukum pusat penetapan kebijakan umum dan pengembangan kompetensi menurut PP No. 25 tahun 2000 pasal 2 ayat 2 yaitu kewenangan daerah adalah membuat silabus, panduan-panduan pembelajaran dan penilaian sesuai dengan kebutuhan masing-masing dan menentukan sumber-sumber belajar yang cocok untuk mendukung pembelajaran.

e. Tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Tujuan kurikulum berbasis kompetensi adalah mendirikan atau memberdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan pada peserta didik, sesuai dengan kondisi lingkungan. Manfaat diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa: memperoleh pendidikan yang lebih sesuai dengan kebutuhan perkembangan dan perkembangan psikologisnya.

2. Bagi guru: Memperoleh kelonggaran untuk memanfaatkan keahlian profesionalnya baik dalam pengelolaan pembelajaran maupun peningkatan potensi dan kesenangan belajar siswa.

3. Bagi masyarakat: Memiliki peluang untuk merekrut tamatan sesuai dengan kebutuhan baik di pendidikan lanjutan dunia nyata maupun dunia kerja.

f. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi

Depdiknas mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.

2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan atau metode yang bervariasi.

4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam Upaya penguasaan dan pencapaian suatu kompetensi.

g. Prinsip Pengembangan dan Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Sesuai dengan asas-asas yang mendasarinya, proses pengembangan KBK harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa prinsip. Setiap prinsip pengembangan dan pelaksanaan KBK seperti yang dirumuskan depdiknas dalam kerangka dasar kurikulum 2004 seperti berikut:

a) Prinsip Pengembangan

Terdapat sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam proses pengembangan KBK, yaitu:

1. Peningkatan keimanan, budi pekerti luhur, dan penghayatan nilai-nilai budaya.

2. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika.

3. Penguatan Integritas Nasional.

4. Perkembangan Pengatahuan dan Teknologi Informasi.

5. Pengembangan Kecakapan Hidup.

6. Pilar Pendidikan.

7. Komprehensif dan Berkesinambungan.

8. Balajar Sepanjang Hayat.

b) Prinsip Pelaksanaan

1. Prinsip ini mengandung pengertian, bahwa melalui KBK penyediaan tempat yang memberdayakan semua peserta didik secara demokratis dan berkeadilan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap sangat diutamakan.

2. Barpusat pada Anak

3. Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan

4. Kesatuan dalam Kebijakan dan Keberagaman dalam Pelaksanaan.

h. Perkembangan pengelolaan kurikulum SD di Indonesia

1. Kurikulum pada awal kemerdekaan

Ki hajar Dewantoro (1945) melakukan langkah pembaharuan system pendidikan dan pengajaran. Langkah awal itu adalah membuat pedoman penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang berlandaskan pada falsafah kebangsaan Indonesia. Kurikulum ini menekankan bahwa pendidikan harus menguatkan rasa cinta nusa dan bangsa. Selain pembaharuan ideologi pendidikan,pada awal kemerdekaan itu juga telah disusun pembaharuan kurikulum Pendidikan dan pengajaran, Kurikulum sekolah dasar lebih mengutamakan filosofis ideologis. Proses penyusunannya relative singkat, tanpa disertai dengan data empiris.

2. Kurikulum tahun 1947 (Rencana Pelajaran 1947)

Pada masa revolusi segala sesuatu harus terselanggara secara cepat dengan sumber yang sangat terbatas. Ini berlaku juga dalam usaha membangun sistem pendidikan dan pengajaran nasionak untuk mengganti sistem kolonial, termasuk usaha menyusun Rencana Pelajaran 1947. Namun, situasi republik yang masih bergolak dan kondisi yang serba kekurangan menyebabkan Rencana Pelajaran 1947 baru bisa dilaksanakan di sekolah-sekolah pada tahun 1950. Oleh karena itu, banyak yang menyebut sejarah perkembangan kurikulum Pendidikan di tanah air diawali dari kurikulum 1950. Pada perkembangannya Rencana Pelajaran 1947 lebih dirinci lagi setipa mata pelajarannya, yang dikenal dengan istilah Rencan Pelajaran Terurai 1952.

3. Kurikulum Tahun 1964 (Rencana Pendidikan)

Rencana Pendidikan 1964 melahirkan kurikulum 1964, yang titik beratnya pada perkembangan daya cipta,rasa karsa,karya dan moral, yang kemudian lebih dikenal dengan istilah Pancawardhana. Disebut pancawardhana karena mata pelajaran di klasifikasikan ke dalam lima bidang studi, yaitu kelompok perkembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keterempilan, dan jasmani.

4. Kurikulum Tahun 1968

Penyusunan kurikulum 1968 merupakan usaha penertiban Rencana Pendidikan 1964. Dengan kata lain,kurikulum itu harus mencerminkan kemurnian Pancasila dan UUD 1945 sebagaimana ditetapkan dalam berbagai keputusan MPRS tahun 1966.

5. Kurikulum Tahun 1975

Pendekatan kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar Pendidikan lebih efisien dan efektif. Yang melatarbelakanginya adalah  pengaruh konsep di bidang manajemen, Yaitu MBO (management by objective). Kurikulum sekolah dasar 1975 terdiri atas tujuh unsur pokok yang termuat dalam 3 buku, yaitu (a) Dasar, tujuan, dan prinsip-prinsip, (b) Struktur Program Kurikulum, (c) Garis besar Program Pengajaran, (d) Sistem Penyajian, (e) Sistem penilaian, (f) Sistem Bimbingan dan Penyuluhan, dan (g) Pedoman Supervisi dan Administrasi.

6. Kurikulum Tahun 1984

Pemikiran tentang perlunya perbaikan kurikulum pendidikan terus berkembang. Menurut para ahli kurikulum, penekanan terhadap tujuan dan materi saja tidaklah cukup untuk menghasilkan lulusan yang jempolan. Oleh karena itu,lahirlah kurikulum 1984 yang mengusung Process Skill Approach.

7. Kurikulum Tahun 1994

Polemik mengenal CBSA hanya tinggal sayup-sayup seiring dengan kehadiran kurikulum Kurikulum 1994. Kurikulum 1994 ini lebih merupakan perpaduan dari kurikulum 1975 dan 1984, atau antara pendekatan tujuan dan pendekatan proses.

8. Kurikulum Tahun 1999 (Suplemen Kurikulum 1994)

Kehadiran Suplemen Kurikulum 1994 ini diantaranya dilatarbelakangi terjadinya perubahan besar dalam politik di Indonesia yang dikenal sebagai Reformasi 1998. Era reformasi ini ditandai dengan berbagai perubahan penting dalam dunia Pendidikan. misalnya keinginan untuk menjadikan siswa berfikir kritis, mampu melihat dan menganalisis, dan kemampuan-kemampuan lain yang tidak berkembang pada era orde

baru.

9. Kurikulum Tahun 2004

KBK mengubah secara relative radikal kurikulum sebelumnya. Digunakannya istilah kompetensi dan life skills menandai perubahan radikal itu dalam kurikulum pendidikan indonesia. Sayangnya, KBK yang sudah diuji cobakan sejak 2001 dan telah dilaksanakan di berbagai sekolah sejak tahun 2004 tidak pernah disahkan secara resmi menjadi kurikulum nasional. Dengan demikian, KBK menjadi draf kurikulum yang akan disempurnakan lagi oleh kurikulum selanjutnya yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

10. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Selanjutnya Badan Standard Nasional Pendidikan (BNSP) mengusulkan standar isi dan standar kompetensi lulusan yang sesuai dengan PP Nomor 19 Tahun 2005. BNSP mengembangkan panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). Setiap satuan pendidikan (termasuk sekolah dasar) diharapkan dapat mengembangkan kurikulum yang diimplementasikan di satuan pendidikan masing-masing. Bagi yang belum siap mengembangkan kurikulum, dapat menggunakan model yang dikembangkan oleh BNSP dan pelaksanaannya tetap disesuiakan dengan kondisi sekolah.

11. Kurikulum 13

urikulum Tahun 2013 adalah kurikulum pendidikan yang diterapkan di Indonesia. Kurikulum ini dikenal juga dengan sebutan Kurikulum 2013 atau K-13. Kurikulum ini merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan mengalihkan fokus dari pembelajaran yang berorientasi pada ujian ke pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan potensi peserta didik.

KESIMPULAN

Dalam pembahasan dapat disimpulkan bahwa Pengembangan kurikulum di sekolah merupakan aspek krusial dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Beberapa kesimpulan yang dapat diambil terkait dengan peran pengembangan kurikulum dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Relevansi dengan Tuntutan Zaman: Pengembangan kurikulum perlu mempertimbangkan perubahan dan tuntutan zaman. Kurikulum yang relevan akan mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dan peluang di era yang terus berkembang.

2. Pengakomodasian Keanekaragaman Siswa: Kurikulum yang dirancang dengan baik harus mampu mengakomodasi keberagaman peserta didik, baik dalam hal bakat, minat, maupun gaya belajar. Pendekatan satu ukuran tidak cocok untuk semua tidak lagi memadai.

3. Pentingnya Pengembangan Keterampilan Holistik: Selain pengetahuan, kurikulum harus memberikan penekanan pada pengembangan keterampilan holistik, seperti keterampilan berpikir kritis, kreatif, berkomunikasi, dan berkolaborasi, yang sangat penting dalam kehidupan dan karier.

4. Pengembangan Karakter dan Moral: Kurikulum seharusnya tidak hanya berkutat pada aspek akademis, tetapi juga memberikan perhatian pada pengembangan karakter dan nilai-nilai moral. Siswa perlu dibimbing untuk menjadi individu yang bertanggung jawab dan beretika.

5. Keterlibatan Komunitas dan Stakeholder: Pengembangan kurikulum yang efektif membutuhkan keterlibatan aktif dari komunitas dan stakeholder pendidikan. Partisipasi mereka dapat membantu memastikan bahwa kurikulum mencerminkan kebutuhan lokal dan mengakar dalam realitas sosial setempat.

6. Evaluasi dan Penyesuaian Berkelanjutan: Proses evaluasi dan penyesuaian terus-menerus sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Pembaruan perlu dilakukan berdasarkan umpan balik dari guru, siswa, dan pihak terkait lainnya agar kurikulum tetap relevan dan efektif.

7. Penggunaan Teknologi Pendidikan: Integrasi teknologi pendidikan dapat meningkatkan efektivitas kurikulum. Pemanfaatan alat-alat digital dan sumber daya daring dapat memperkaya pengalaman belajar dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan di era digital.

Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut dalam pengembangan kurikulum, sekolah dapat berperan aktif dalam meningkatkan mutu pendidikan dan menciptakan lingkungan belajar yang optimal bagi perkembangan peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang. 2002.

E Mulyasa. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002.

Fatah, Nanang. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: CV Andira. 2000.

Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2006.

Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum, Teori Dan Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2007.

Kwartolo, Yuli. Catatan Kritis Tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi. "Jurnal Pendidikan Panabur". Vol. 1 No. 1, 01 Maret. 2002.

M. Ahmad dkk. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Pustaka Setia. 1998.

Nasution. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 1990.

Sugiarti dkk. Desain Penelitian Kualitatif Sastra. Malang: Univeritas Muhammadiyah Malang. 2020.

 

 

 

2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun