Di antara kebiasaan aneh yang saya miliki, saya rasa yang paling tidak bisa dicerna akal sehat adalah makan es krim di pagi hari. Bukan setiap hari tapi hanya  kadang-kadang tapi selalu di pagi hari. Misalnya setelah lari pagi, sebelum pulang suka iseng masuk mini market dan keluar dengan membawa satu stick es krim.Â
Percuma dong larinya? Ehehe entahlah. Atau dengan sengaja pergi jalan kaki untuk beli es krim pagi-pagi. Rasanya bahagia menikmati es krim saat anak-anak sekolah sedang sibuk berangkat sekolah. Mungkin seperti menaikkan mood di pagi hari.
Tapi tidak semua jenis atau rasa es krim saya suka karena cukup rewel soal urusan rasa, ditambah lagi cukup sensitif terhadap dingin. Saya jeli terhadap kualitas rasa dan saya juga biasanya hidung saya langsung mampet kalau makan sesuatu yang dingin. Â
Biasanya rasa es krim yang kurang pas di lidah saya juga mempunyai tingkat dingin yang kurang bisa ditolerir juga buat saya. Pernah kan merasakan makan es krim yang di lidah dominan dingin sehingga sulit untuk mengenali rasa asli es krim itu sendiri? Nah, saya juga sampai picky seperti itu terhadap es krim. Sampai saat ini salah satu es krim yang setia saya konsumsi dan memenuhi keinginan saya adalah Campina.
Ternyata bukan hanya saya yang suka setia terhadap jenis makanan yang saya konsumsi tapi Campina juga setia dan punya komitmen. Es krim Campina ini ternyata memang tidak begitu saja lolos menjadi es krim yang memenuhi harapan-harapan saya selama bertahun-tahun.Â
Dari perjalanan Factory Tour ke PT. Campina Ice Cream Industry Tbk bersama Kompasiana Onloc kemarin (31/7) saya jadi paham bagaimana Campina setia menjaga kualitasnya. Berarti saya tidak salah setia juga pada Campina. Â
Dari Garasi Rumah Hingga Punya Nama
Pada 22 Juli 1972, Bapak Darmo Hadipranoto dan istrinya membuat es krim Campina di garasi rumahnya yang terletak di Jalan Gembong Sawah, Surabaya.
Hanya berselang satu tahun sejak memulai produksi es krim, usaha bapak Pranoto sudah berkembang pesat. Kemudian pada tahun 1973 es krim Campina mendapat kunjungan dari Gubernur Jawa Timur saat itu, yaitu H.M. Noer. Penjualannya pun mulai berkembang tidak hanya dari garasi rumah, namun mulai dijajakan menggunakan sepeda, freezer hingga van.
Usaha yang berawal dari garasi terus berkembang hingga akhirnya memindahkan lokasi produksi ke kawasan SIER pada tahun 1985. Tidak berhenti di situ, tahun 1994 PT. Ultrajaya Milk Industry juga turut memperkuat daya saing es krim Campina. Hingga seperti yang terlihat sekarang, distribusi produk Campina telah menyebar hingga ke seluruh wilayah di Indonesia.