Yang keempat adalah mebel hardaning Ponco Trio sebaiknya kita pandai-pandai mengekang atau menahan gejolak hawa nafsu. Yang kelima Mulyo kuno Ponco waktu yakni kehormatan seseorang kemuliaan seseorang dicapai dengan mengerjakan atau Istiqomah menjalankan.Â
Yang keenam adalah neng neng anu neng bisa diartikan tenang tidak emosional Hening pikirannya jernih Nung atau gunung mampu menempatkan diri sehingga mencapai yang dituju atau gunung. Yang ketujuh ada yang terakhir Bruno ing Samudra wirayang J atau segerombol Wina.
Segala peristiwa dalam kehidupan hendaknya bisa dipahami sebagai perwujudan dari kodok qodarnya Allah dan segala ciptaannya pula akan kembali kepada Allah subhanahuwata'ala.Â
Condro sengkolo yang ada di atas pintu untuk masuk ke cungkup itu dalam tulisan Jawa Kalau dibunyikan adalah Mulyo kuno Ponco waktu diartikan tahun tahun Saka itu adalah 1531 tahun Saka. Kalau di hubungkan dengan tahun masehi itu adalah bertepatan dengan tahun 1609 masehi ini merupakan perlambang atau ada simbolis yang ada kaitannya dengan nuansa nuansa religius.
Mulyono Ponco waktu itu berarti adalah menitikberatkan bahwa dalam kehidupan ini salat lima waktu itu ditekankan akan halnya Condro sengkolo membuat yaitu tanda tahun yang berupa gambar yang bisa dibunyikan Segoro tunggal atau Truno seng Samudro Wira. Kalau diartikan tahun yaitu tahun 1544 tahun Saka kalau itu di hubungkan dengan tahun masehi itu adalah bertepatan dengan tahun 1622 Masehi.
Pada tahun-tahun itu itu adalah kalau di derajat itu adalah dalam pemangkuan kekuasaan cucunya Kanjeng Sunan Drajat yang bernama Raden Permadi yang bergelar Panembahan adikusumo. Kalau dihubungkan dengan kerajaan di Jawa waktu itu itu adalah pada masanya dari pangeran sultan hadiwijoyo atau Kerajaan Pajang menuju ke Keraton Mataram.
Selain Sapto piweling yang sangat terkenal di masyarakat terpatri di hati masyarakat hanya adalah empat pesan atau pesan moral yang lebih dikenal dengan sebutan catur piwulang.
Yang pertama wenehono teken marang wong Kang wutuh berilah tongkat kepada orang yang buta bisa diartikan dan ajarkanlah ilmu atau amalkanlah ilmu agar orang menjadi pandai menjadi mengerti menjadi tahu.
Yang kedua wenehono pangan mana wong Kang duwe artinya berilah makan sama orang yang kelaparan bisa diartikan sejahterakanlah kehidupan masyarakat yang kurang mampu.
Yang ketiga menehono payung marang wong Kang kudanan yakni penjabarannya berilah perlindungan atau bantuan atau pertolongan kepada mereka yang teraniaya atau yang kurang beruntung dan yang keempat wenehono busono marang wong Kang wudhu berilah pakaian sama orang yang telanjang bisa diartikan ajarkanlah akhlak atau budi pekerti kepada mereka-mereka yang tidak punya malu atau tidak punya tata krama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H