Salah satu bukti adanya akulturasi budaya yang ada di Indonesia adalah banyaknya bagungan-bangunan, terutama tempat ibadah dengan arsitektur yang dipengaruhi oleh corak kebudayaan lain. Salah satu dari bukti adanya bangunan akulturasi budaya adalah tempat ibadah Klenteng Sanggar Agung.
Arsitektur Klenteng Sanggar Agung
Klenteng Sanggar Agung memang sangat unik, karena lokasi klenteng ini yang dibangun di atas laut. Dari kejauhan klenteng ini nampak seperti teluk kecil yang menjorok ke laut dengan pohon bakau yang tumbuh di sekeliling halaman Klenteng. Bangunan dengan luar sekitar 4000 meter persegi dan kental dengan ciri khas Bali kombinasi bangunan budaya Jawa.
Klenteng sanggar Agung dengan kekuatan arsitektur yang mampu menampilkan multikultur yang unik. Pada bagian atap menggunakan corak Bangunan Jawa, sementara bangunan bawah lebih kuat dengan nuansa Bali nya.
Hal ini yang membuat Klenteng Sanggar Agung cenderung nampak seperti rumah tradisional dibandingkan terkesan pada gaya klenteng, vihara ataupun kuil pada umumnya yang dominan dengan corak karakteristik China nya.
Kesan desain Klenteng Sanggar Agung memang sengaja membawa ciri khas Indonesia agar tidak konstan pada satu corak saja. Unsur budaya China masih dilekatkan pada beberapa bagian seperti di bagian bulatan pagar.
Klenteng Sanggar Agung bisa disebut sebagai representasi harmoni kondisi psikologi dan budaya antara masyarakat dengan umat Tri Dharma.
Pembangunan Klenteng Sanggar Agung
Klenteng Sanggar Agung atau seringkali dikenal dengan sebutan Klenteng Hong San Tang memiliki ciri khas yang bisa memudahkan untuk dikenali. Hal ini dikarenakan terdapat patung Dewi Kwan Im yang memiliki ketinggian 20 meter berada di tepi laut. Dalam kepercayaan Tri Dharma, klenteng ini dipersembahkan kepada Nan Hai Guan Shi Yin Pu Sa.
Klenteng Sanggar Agung dulunya dibuat untuk persembahan Nan Hai Guan Shi Yin Pu Sa atau Bodhisatwa Kwan Im laut selatan. Sekitar tahun 1978, tanggal 15 bulan 8 imlek sebelum Klenteng Sanggar Agung, sebuah klenteng dibangun sekitar 500 meter di sebuah lokasi sanggar agung sekarang, yakni Klenteng Kwan Kong Bio.
Karena suatu hal, klenteng harus dipindah sebanyak tiga kali sampai akhirnya Sanggar Agung dibangun dan secara resmi digunakan. Pada tahun 1999 klenteng tersebut secara resmi dipindahkan ke lokasi sekarang yakni, Klenteng Sanggar Agung. Itulah mengapa, beberapa patung dewa yang ada di Klenteng Sanggar Agung sebenarnya sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.
Pendiri Klenteng Sanggar Agung ialah keluarga Soetadji Yudho. Pembangunan diselesaikan tepat pada 1999 ini diresmikan tepat pada tahun baru imlek. Dimana keluarga Soetadji ini berkeinginan untuk memunculkan semangat spirituak Tri Dharma dengan membangun klenteng yang sekaligus dapat dijadikan ikon di kota Surabaya.
Sedangkan arsitektur Klenteng Sanggar Agung adalah Yusach NH, merupakan seorang arsitektur yang dikenal dengan karya-karya besarnya seperti Twin Dragon Park di Pulau Kemala Kalimantan Timur, Gapura Kya-Kya Kembang Jepun di Surabaya, Patung Gajah Mada Mojokerto Jawa Timur, serta Patung Raksasa Dewi Kwan Im yang dibangun dua tahun berikutnya, tepatnya pada 2001.
Dewi Kwan Im dengan Dua Naga Surgawi
Pembangunan patung Dewi Kwan Im dilakukan karena ada latar belakangnya. Dimana sebelum patung ini dibangun, pada suatu malam ada seorang karyawan Klenteng Sanggar Agung yang melihat penampakan perempuan dengan jubah putihnya sedang berjalan diatas air saat ia hendak menutup klenteng.
Keberadaan patung Dewi Kwan Im membuat tampilan klenteng menjadi semakin megah. Patung dengan ketinggihan 20 meter ini terletak di sebelah timur klenteng. Tepat dibawah kaki patung Kwan Im terdapat sepasang Naga Surgawi sebagai penjaga dengan masing-masing memiliki tinggi 6 meter. Untuk melengkapi patung Kwan Im dibuat pula dua patung pengan dengan nama penjaga Shan Nan dan Tong Nu dengan empat maharaja langit pelindung empat penjuru dunia.
Dari bawah gerbang patung  Dewi Kwan Im Pengunjung dapat menyaksikan keindahan jembatan Suramadu yang nampak cantik terutama pada malam hari.
Memasuki bagian dalam Klenteng Sanggar Agung pengunjung akan disambut dengan dua patung singa yang keduanya memiliki filosofi sendiri.
Untuk patung singa batu yang berada di sebelah kanan melambangkan kekuatan Yin, berkekuatan negative, menerima serta membawa seekor anak singa.
Sementara singa bagian kiri melambangkan kekuatan Yang, memberikan kesan positif, memberi serta membawa sebuah bola.
Lokasi dan Tiket Masuk
Terletak di Surabaya, Jawa Timur. Klenteng Sanggar Agung merupakan salah satu klenteng yang melayani peribadatan tiga agama yakni Konghucu, Budha dan Teoisme. Klenteng Sanggar Agung didirikan pada tahun 1999 di Daerah yang saat ini masuk wilayah Pantai Kenjeran. Berlokasi di Jl. Pantai Ria Kenjeran, Sukolilo Baru, Bulak, Kota Surabaya, Jawa Timur.
Lokasi menujju klenteng Sanggar Agung sangat mudah untuk dijangkau. Hanya dengan bantuan gmaps smartphone anda sudah dapat menemukan lokasi wisata iconic ini.
Harga tiket masuk bervariasi tergantung jenis transportasi yang digunakan. Untuk motor dikenakan tarif Rp. 5000, mobil Rp. 10.000, dan pejalan kaki Rp. 2.500,-
Jam oprasional Klenteng Sanggar Agung dari buka hingga tutup adalah 24 jam, karena masuk dalam Ken Park serta masih belum diketahui nomor telp penanggung jawab tempat ini.
Klenteng Sanggar Agung bukan hanya sebagai tempat beribadah tapi juga sebagai tempat tujuan wisata yang ramai dikunjungi. Klenteng Sanggar Agung merupakan tempat wisata dengan spot foto yang Instagramable. Pesona kece bangunan khas Tiongkok dengan warna dan ornamen menariknya  dapat menghipnotis pengunjung. Cocok untuk hunting fotografi dengan spot menarik di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H