Peneliti memulai penelitian dengan menghitung banyaknya kafein yang dikonsumsi oleh partisipan. Untuk menghitung konsumsi kafein, peneliti menggunakan  kuesioner tervalidasi tanggal 1 Mei 1980 hingga April 2004 dan 2.607 kasus depresi teridentifikasi.Â
Hasilnya, peneliti memaparkan wanita yang mengonsumsi satu sampai dua cangkir kopi berkafein per hari memiliki risiko depresi relatif sebanyak 0.85. Sedangkan mereka yang mengonsumsi tiga hingga empat cangkir kopi setiap harinya berisiko lebih rendah, yakni sejumlah 0.80. Peneliti menyimpulkan bahwa risiko depresi menurun  seiring meningkatnya konsumsi kopi berkafein.
Penelitian lain juga memperkuat asumsi bahwa kopi dapat cegah depresi. Penelitian dilakukan oleh Qingdao University Medical College, China, menganalisis 15 penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki efek positif  kopi pada depresi. Hasil penelitian diterbitkan pada Maret 2016  dalam Australian and New Zealand Journal of Psychiatry. Dari hasil analisis ditarik kesimpulan bahwa kemungkinan mengalami depresi menurun 8% dengan menyesap secangkir kopi berkafein setiap harinya
Kafein dalam kopi menghentikan aktivasi reseptor dari sistem emosi yang dapat menyebabkan kelelahan dan mengurangi motivasi. Saat seseorang mengalami depresi, semangat dan motivasi dalam diri pun menurun drastis. Kafein membantu  seseorang untuk merasa lebih termotivasi serta mempunyai rasa senang. Dari penjelesan ini, terjawab sudah bagaimana kafein dalam kopi dapat meningkatkan motivasi dan kesenangan yang artinya  berefek positif untuk depresi.Â
Tak kalah mencengangkan, hasil satu penelitian lain seolah seiya dengan penelitian tentang kopi yang dianggap baik untuk depresi. Sebuah artikel yang dipublikasikan tahun 2013 dalam Public Helath Nutrients  mengisyaratkan bahwa meminum kopi dapat menurunkan risiko depresi. Hasil penelitian dimuat dalam artikel jurnal berjudul Coffee, Tea and Caffeine Intake and the Risk of Severe Depression in Middle-aged. Penelitian dilakukan oeh Rusuunen A, et al  dari University of Eastern Finland.
Tujuan penelitian ini tak lain adalah  mencoba menggali lebih dalam pengaruh  konsumsi kafein terhadap depresi. Partisipan penelitiannya adalah 2.232 laki-laki bebas depresi di Eastern Finland. Partisipan dibagi menjadi empat kelompok: bukan pengonsumsi kopi (82n), pengonsumsi ringan (517n), pengonsumsi rata-rata (1243n) dan pengonsumsi berat (390n). Setelah penelitian usai, ditemukan bahwa pengonsumsi kopi berat memiliki risiko depresi lebih kecil dibandingkan mereka yang bukan pengonsumsi.
Penelitian pertama menunjukan bahwa risiko depresi menurun seiring meningkatnya konsumsi kopi. Senada dengan penelitian pertama, hasil  penelitian kedua menunjukan bahwa risiko menurun 8% dengan mengonsumsi secangkir kopi setiap harinya. Seolah setuju dengan kedua penelitian sebelumnya,  penelitian terakhir, dengan jumlah partisipan yang terbilang cukup banyak, memaparkan hasil serupa.  Hasilnya, disimpulkan bahwa risiko depresi lebih kecil bagi pengonsumsi kopi berat dibandingkan non-pengonsumsi.
Menilik hasil dari ketiga penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa asumsi bahwa kopi dapat mengurangi risiko depresi bukanlah mitos belaka. Seiring berkembangnya zaman, berbagai penelitian tentang kopi pun ikut berkembang. Tak disangka, hasilnya mencengangkan sekaligus membahagiakan bagi coffee lovers seluruh dunia.Â
Tentunya, ketiga penelitian tersebut bukanlah satu-satunya sumber informasi hubungan kopi dan depresi. Namun, berbagai penelitian ini diharap dapat membantu menjawab sejuta tanda tanya besar yang muncul tentang kopi.
Faktanya, kopi dapat tangkis depresi. Anda yang ingin jauh dari depresi atau sedang galau dan berisiko depresi, yuk ngopi! Tak ada salahnya meminum kopi dan rasakan manfaatnya. Â Nothing is perfect, begitu juga kopi yang walaupun bermanfaat untuk depresi, namun terlalu banyak mengonsumsi kopi juga tidak baik. Jadi, konsumsilah kopi sewajarnya saja dan stop drinking unhealthy beverages!
References:
coffeeandhealth.org
pdfs.semanticscholar.org
jamanetwork.com
mayoclinic.org
www1.villanova.edu
hsph.harvard.edu