Mohon tunggu...
Indah Lutfiana
Indah Lutfiana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - manusia yang terus berproses

Mahasiswa Psikologi, Santri Krapyak, ISTJ.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Bullying di Pesantren: Dampak Pola Asuh yang Tanpa Sadar Melahirkan Pelaku Bullying

16 Maret 2024   22:22 Diperbarui: 16 Maret 2024   22:26 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagian besar para ahli meyakini bahwa keluarga menjadi pendorong utama dalam terjadinya masalah emosional yang dialami individu, yang nantinya berpotensi menyebabkan permasalahan sosial jangka panjang (Sheila Aurellia & Erdina Indrawati, 2024). Keluarga adalah model sekaligus contoh yang menjadi sumber belajar bagi setiap individu. Oleh sebab itu, sudah seharusnya keluarga berusaha semaksimal mungkin untuk memberi contoh yang baik agar kelak menjadi dasar pembentuk perilaku yang baik pula bagi anak-anaknya.

Namun pada kenyataanya, tidak semua keluarga memberi perhatian pada hal penting tersebut. Sebagai contoh, masih ada keluarga yang menerapkan pola pengasuhan otoriter pada setiap anaknya.  Pada penelitian yang dilakukan Dewi dan Susilawati (2016), didapatkan kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoriter dengan gejala perilaku agresif pada remaja. Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang memaksa anak untuk selalu mengikuti standar yang ditetapkan orang tua. Anak cenderung tidak diberi ruang untuk berpendapat apalagi menolak ketetapan dari orang tuanya. Ketika anak tidak mampu menyesuaikan diri dengan standar dari orang tua, ia akan mendapatkan perilaku yang bersifat hukuman dari orang tuanya. Anak yang terus menerus mendapatkan hukuman tanpa bisa menolak lama kelamaan memendam emosi marah, namun tidak bisa diluapkan sebab ia takut dengan orang tuanya. Emosi marah yang terus dipendam dan semakin menumpuk, suatu hari harus dilepaskan pada sebuah objek. Dan akhirnya anak memilih untuk melampiaskan emosi marah tersebut pada sesuatu yang ada di sekitarnya, misalnya pada teman atau hewan.

Pada kasus lain, mungkin ada anak yang tetap taat dan mengikuti standar dari orang tua, sebab ia belum memiliki kekuatan dan keberanian untuk mengatakan perasaannya. Namun, seiring perkembangan diri seorang anak, tidak menutup kemungkinan jika suatu hari ia akan menolak dan memberontak, hingga akhirnya menjadi anak yang memiliki perilaku agresif. Anak yang dibesarkan pada lingkungan dengan pola asuh otoriter serta memiliki kecenderungan berperilaku agresif, bisa saja mencontoh perilaku yang ia lihat dan pelajari dari orang tuanya (Sheila Aurellia & Erdina Indrawati, 2024).

Dari penjelasan diatas, bisa disimpulkan bahwa salah satu penyebab terjadinya kasus bullying di lingkungan pesantren adalah adanya kecenderungan perilaku agresif pada diri pelaku bullying. Perilaku agresif ini sangat mungkin dipelajari seorang remaja dari kedua orang tuanya yang menerapkan pola asuh otoriter, atau bisa juga sebagai bentuk pelampiasan dari emosi marah yang terus menerus dipendam dalam diri remaja. 

Penjabaran ini hanyalah satu dari sekian banyak kemungkinan yang menjadi penyebab perilaku bullying di lingkungan pesantren. Tentunya ada banyak faktor lain yang mempengaruhi individu dalam setiap proses perkembangannya. Maka dari itu, kita tidak bisa dengan mudah menghakimi seseorang tanpa berusaha untuk memahami latar belakang kehidupannya terlebih dahulu.

Semoga saja tulisan diatas bisa menambah pengetahuan yang nantinya menjadi bahan pertimbangan dalam menyikapi permasalahan bullying yang masih terus terjadi dalam dunia pendidikan di negara ini.

Referensi

Dewi, N. P. A. R., & Susilawati, L. K. P. A. (2016). Hubungan Antara Kecenderungan Pola Asuh Otoriter (Authoritarian Parenting Style) dengan Gejala Perilaku Agresif Pada Remaja. Jurnal Psikologi Udayana, 3(1), 108--116. https://doi.org/10.24843/jpu.2016.v03.i01.p11

Nugroho, S., Handoyo, S., & Hendriani, W. (2020). IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB PERILAKU BULLYING DI PESANTREN: PENDAHULUAN Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan merupakan institusi yang tidak bisa diabaikan Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional yang lahir dan tumbuh bersamaaan deng. 17(2).

Rahmat, C. P., Ilahi, F. N., Cahyo, G. N., & Sugara, H. (2024). Perilaku agresif pada remaja: dampak dan pencegahannya. 7(3), 21--26. https://doi.org/10.26539/teraputik.732700

Robert A. Baron., D. B. (2015). Psikologi Sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun