Mohon tunggu...
Indah Laela Tanjung
Indah Laela Tanjung Mohon Tunggu... -

pendiam

Selanjutnya

Tutup

Politik

Review Gerakan Mahasiswa dan Pemuda

28 Oktober 2011   03:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:24 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Review Gerakan Mahasiswa dan Pemuda

Gerakan mahasiswa dan pemuda indonesia dapat dipetakan dalam 5 (lima) gelombang nasionalisme (siklus 20 tahunan)

Mahasiswa dan Pemuda dalam 5 Gelombang Nasionalisme (Siklus 20 Tahunan)

Gelombang Pertama : 1908

Berdasarkan sejarah, gerakan kebangkitan nasionalisme Indonesia diawali oleh Boedi Oetomo di tahun 1908, dengan dimotori oleh para mahasiswa kedokteran Stovia, sekolahan anak para priyayi Jawa, di sekolah yang disediakan Belanda di Djakarta.

Tahun dan nama organisasi sebagai tonggak kebangkitan nasional Indonesia, masih menjadi obyek perdebatan para ahli sejarah, karena Boedi Oetomo, tidaklah menasional organisasinya, tetapi hanya melingkupi Jawa saja. Jadi patut dipertanyakan sebagai tonggak kebangkitan nasional Indonesia.

Para mahasiswa kedokteran di Stovia, merasa muak dengan para penjajah, --walaupun mereka sekolah di sekolah penjajah—dengan membuat organisasi yang memberi pelayanan kesehatan kepada rakyat yang menderita.

Gelombang Kedua: 1928

Setetah Perang Dunia I, filsafat nasionalisme, mulai merambat ke negara-negara jajahan melalui para mahasiswa negara jajahan yang belajar ke negara penjajah. Filsafat nasionalisme itu banyak mempengaruhi kalangan terpelajar Indonesia, misalnya, Soepomo ketika merumuskan konsep negara integralistik banyak menyerap pikiran Hegel. Bahkan, Soepomo terang-terangan mengutip beberapa pemikiran Hegel tentang prinsip persatuan antara pimpinan dan rakyat dan persatuan dalam negara seluruhnya. Demikian pula, pada masa ini banyak diciptakan lagu-lagu kebangsaan yang sarat dengan muatan semangat nasionalisme seperti Indonesia Raya, Dari Sabang Sampai Merauke, Padamu Negeri, dan sebagainya.

Selain Soepomo, Hatta, Sutan Syahrir pun sudah aktif berdiskusi tentang masa depan negaranya, ketika mereka masih belajar di benua Eropa, atas beasiswa politic-etis balas budi-nya penjajah Belanda. Mereka inilah di masa pra & pascakemerdekaan yang nantinya banyak aktif berkiprah menentukan arah biduk kapal Indonesia.

Di dalam negeri sendiri, Soekarno sejak remaja, masa mahasiswanya bahkan setelah lulus kuliahnya, terus aktif menyuarakan tuntutan kemerdekaan bagi negerinya, lewat organisasi-organisasi yang tumbuh di awal abad 20. Soekarno menjadi penghuni langganan penginapan gratis di penjara Sukamiskin dan penjara-penjara yang lainnya.

20 tahun setelah kebangkitan nasional, kesadaran untuk menyatukan negara, bangsa dan bahasa ke dalam 1 negara, bangsa dan bahasa Indonesia, telah disadari oleh para pemoeda yang sudah mulai terkotak-kotak dengan organisasi kedaerahan seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Sumatera dan sebagainya, kemudian diwujudkan secara nyata dengan menggelorakan Sumpah Pemoeda di tahun 1928.

Gelombang Ketiga : 1945

Pada nasionalisme gelombang ketiga ini, mahasiswa danpemuda menyandra Soekarno-Hatta ke Rengas-Dengklok agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Kurang dari 20 tahun (hanya 17 tahun), sejak Soempah Pemoeda dikumandangkan, cita-cita mengisi kemerdekaan mengalami pembelokan implementasi di lapangan, karena Soekarno yang semakin otoriter.

Akhirnya Soekarno banyak ditinggalkan oleh para koleganya yang masih memegang idealismenya, dan mencapai puncak pada saat Hatta, sebagai salah seorang proklamator mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden karena tidak kuat menahan diri untuk terus menyetujui sikap dan tindakan sang Presiden Soekarno.

Gelombang Ke-empat : 1966

Tepat 20 tahun setelah kemerdekaan, terjadi huru-hara pemberontakan G30S/PKI dan eksesnya. Tanpa peran besar mahasiswa dan organisasi pemuda serta organisasi sosial kemasyarakatan di tahun 1966, Soeharto dan para tentara tidak mungkin bisa ‘merebut’ kekuasaan dari penguasa orde-lama Soekarno.

Tetapi sayang, penguasa Orde Baru mendepak para pemuda dan mahasiswa yang telah menjadi motor utama pendorong mobil RI yang mogok, sekaligus penggantian sopir dari Soekarno ke Soerharto. Bahkan sejak akhir tahun 1970-an para mahasiswa dibatasi geraknya dalam berpolitik dan dikungkung ke dalam ruang-ruang kuliah di kampus lewat NKK/BKK. Sebaliknya para tentara diguritakan ke dalam tatatan masyarakat sipil lewat dwifungsi ABRI.

Gelombang Kelima : 1998

nBangunan rumah “Negara RI” dapat dijaga ketat dengan laras senapan ABRI lebih dari 20 tahun, yaitu hingga mencapai 1,5 kali lipatnya menjadi 32 tahun. Tetapi akhirnya goyah, walaupun bukan oleh gugatan para pemuda dan mahasiswa, tetapi oleh krisis moneter, yang menyingkap kain penutup “bangunan” negara RI, sehingga menampakkan pilar-pilar penyangganya yang sudah demikian kropos, digerogoti rayap-rayap gemuk lewat jejaring KKN.

nGelombang krismon yang melanda Asia Tenggara, dimanfaatkan dengan baik oleh para mahasiswa dan pemuda, yang sudah termarjinalkan lewat laras ABRI, begitu muak melihat kenyataan bangunan RI.

nPara pemuda berhasil menjatuhkan Soeharto dari kursinya. Tetapi sayang, para penggantinya tak dapat menyatukan seluruh kekuatan bangsa. Bahkan para pengganti Soeharto cenderung lebih parah dalam menggerogoti pilar-pilar bangunan yang masih tersisa.

Catatan Tentang Gerakan Mahasiswa


  • Belandaskan politik nilai
  • Bergantung pada momentum, cendrung tidak menciptakan momentum
  • Rentan dan sulit membangun isyu bersama
  • Tidak memiliki figur pemersatu
  • Kaya visi miskin strategi

Parlemen jalanan

Bunuh diri kelas

Kolaborasi/sinergi


  • Pemenang tanpa trofi

1966

1974

1989

1998

2000-an

Visi

Nilai-nilai: keadilan sosial, kebebasan, kemanusiaan, demokrasi dan solidaritas kepada rakyat tertindas

Nilai-nilai: keadilan sosial, kebebasan, kemanusiaan, demokrasi dan solidaritas kepada rakyat tertindas

Nilai-nilai: keadilan sosial, kebebasan, kemanusiaan, demokrasi dan solidaritas kepada rakyat tertindas

Nilai-nilai: keadilan sosial, kebebasan, kemanusiaan, demokrasi dan solidaritas kepada rakyat tertindas

Nilai-nilai: keadilan sosial, kebebasan, kemanusiaan, demokrasi dan solidaritas kepada rakyat tertindas

Sasaran

Strategis

Pimpinan Nasional

Strategi Pembangunan

Pimpinan Nasional dan perubahan struktural

Pimpinan Nasional dan perubahan struktural

Pimpinan Nasional dan perubahan struktural

Organisasi

Ekstra Kurikuler (KAMI dan Ormas Pemuda)

Dewan Mahasiswa

Komite Solidaritas Mahasiswa, buruh, tani, dan kelas menengah

Jaringan Mahasiswa formal dan non formal (Forkot, FKSMJ dll)

Jaringan Mahasiswa formal dan non formal (BEM, Forkot, FPPI, KAMMI dll)

Aliansi

strategis

Angkatan Darat

Intelektual politisi oposisi

Buruh, tani, intelektual, kelas menengah

Intelektual politisi oposisi, kaum miskin kota, kelas menengah dan profesional

Intelektual

politisi oposisi, kaum miskin kota,

kelas menengah, profesional, buruh dan tani

kondisi Politik

(Birokrasi

dan Militer)

Friksi tajam Soekarno, AD dan PKI

Friksi tajam Jend. Soemitro dan Aspri Soeharto

Friksi politik relatif kecil

Friksi tajam Soeharo versus 14 menteri, Jend. Wiranto Versus Letjen. Prabowo. S.

Friksi tajam Eksekutif Versus Legislatif

Friksi "kecil" Gusdur Versus Megawati Versus Angkatan Darat

Kondisi

Ekonomi

Inflasi 600%

Pertumbuhan relatif tinggi

Pertumbuhan rata-rata 7%

Depresiasi 708% dan Inflasi 82,4%

Pertumbuhan – 14%

Depresiasi sektoral 165% dan Inflasi 9,4%

Pertumbuhan 4-5%

Korban

Mahasiswa 5-7 meninggal, rakyat sekitar satu juta orang

Mhs luka-luka, sejumlah rakyat meninggal

Mhs luka-luka

Mahasiswa 12 orag meninggal, ratusan luka, 1500 rakyat meninggal

Mhs luka-luka, ribuan rakyat meninggal karena kerusuhan SARA

Aktivis,

Pemimpin Mahasiswa

Tidak ada penahanan dan pemecatan

Penahanan rata-rata 1-2 tahun

Penahanan rata-rata 3-8 tahun dan pemecatan

Penahanan harian dan denda

Belum ada penahanan

Hasil

Soekarno digulingkan, PKI dibubarkan

Soeharto tetap berkuasa, perbaikan kebijakan ekonomi

Soeharto tetap berkuasa, tidak ada perubahan kebijakan signifikan

Soeharto dan Habibie digulingkan, agenda reformasi macet total

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun