Mohon tunggu...
Indah Khomaria
Indah Khomaria Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Universitas Negeri Surabaya

Mengenai topik tentang banyaknya orang yang merasa salah dengan jurusan yang diambil.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Paham Pola Asuh Positif untuk Mengembangkan Rasa Percaya Diri Anak

18 Desember 2024   09:50 Diperbarui: 18 Desember 2024   09:47 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Tahu nggak sih bunda ?????

Dalam mendidik anak, banyak orang tua sering kali bertanya-tanya tentang metode terbaik yang bisa diterapkan agar anak tumbuh dengan rasa percaya diri yang kuat. Kepercayaan diri bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja namun terbentuk melalui pengalaman sehari-hari dan cara anak diperlakukan oleh lingkungan terdekatnya, terutama orang tua. Salah satu pendekatan yang kini banyak dianjurkan oleh para ahli adalah pola asuh positif. Dalam mengembangkan kepercayaan diri anak, orang tua harus bersabar dalam memberikan stimulus secara terus menerus, sampai kepercayaan diri mereka berkembang. Perkembangan psikologis dan otak anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Ketika anak sering terpapar kata-kata kasar atau bentakan, hal tersebut dapat menimbulkan dampak negatif, seperti memicu sifat agresif, menjadikannya pemalu, merasa tidak percaya diri, atau bahkan memiliki harga diri yang rendah.

Pola asuh positif berfokus pada cara mendidik anak dengan pendekatan yang mendukung, memahami, dan menghargai usaha anak. Tidak dengan menekankan hukuman dan tekanan berlebihan, pola asuh ini memprioritaskan komunikasi yang sehat, empati, dan penguatan positif. Anak-anak yang tumbuh dengan pola asuh positif cenderung lebih percaya diri, lebih mampu menghadapi tantangan, dan memiliki keterampilan sosial yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan dengan pendekatan otoriter atau permisif.

Terus yang benar itu gimana ya?? Mungkin ada tips and trick nih

Komunikasi merupakan pondasi utama dari pola asuh positif. Mengajak anak berdialog secara terbuka, mendengarkan pendapat mereka, dan memberikan respon yang penuh perhatian membantu anak merasa dihargai. Ketika anak merasa didengar, mereka lebih cenderung percaya pada kemampuan diri sendiri. Sebaliknya, komunikasi yang hanya berfokus pada kritik tanpa solusi bisa meruntuhkan kepercayaan diri anak. Misalnya, ketika anak gagal dalam ujian, bukan langsung dengan memarahi mereka, cobalah untuk bertanya, “Apa yang menurutmu sulit dari ujian itu?” atau “Bagaimana kita bisa belajar bersama agar kamu lebih siap untuk ujian berikutnya?” Pendekatan seperti ini menunjukkan dukungan dan membantu anak merasa bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar, bukan sesuatu yang memalukan. Berikan sebuah contoh yang baik untuk anak agar anak juga merasa mendapatkan kasih sayang yang sesuai.

  • Pentingnya Apresiasi dan Dukungan

Memberikan apresiasi yang tepat juga berperan besar dalam membangun rasa percaya diri anak. Namun, apresiasi tidak selalu berarti memuji hasil akhirnya. Lebih penting untuk menghargai usaha yang telah dilakukan.

Sebagai contoh, jika anak menggambar sesuatu, daripada hanya berkata, “Bagus sekali gambarnya!”, cobalah mengatakan, “Wah, Ibu lihat kamu sangat teliti dalam menggambar ini. Warna-warnanya juga dipilih dengan baik!” Dengan begitu, anak akan memahami bahwa usaha dan kreativitas mereka diakui.

  •  Memberikan Kebebasan yang Terarah

Pola asuh positif juga memberikan kebebasan bagi anak untuk mengambil keputusan sesuai dengan usia mereka. Kebebasan ini membantu anak merasa mampu dan mandiri. Namun, kebebasan tersebut harus tetap dalam kerangka batasan yang jelas. Misalnya, membiarkan anak memilih pakaian yang ingin dikenakan atau menentukan jadwal belajar mereka sendiri dapat memberikan mereka rasa tanggung jawab. Menurut American Psychological Association (APA), anak-anak yang diajarkan untuk mengambil keputusan sejak dini akan lebih mudah menghadapi situasi sulit di masa depan karena mereka terbiasa berpikir kritis dan mempertimbangkan konsekuensi dari pilihan mereka.

  • Konsistensi dan Empati dalam Menetapkan Aturan

Dalam pola asuh positif, menetapkan aturan yang konsisten sangat penting. Aturan yang jelas dan konsisten membantu anak memahami batasan yang ada dan merasa aman. Namun, aturan tersebut harus diberlakukan dengan empati dan pengertian. Misalnya, jika anak tidak boleh bermain gadget lebih dari satu jam sehari, orang tua harus menjelaskan alasan di balik aturan tersebut dan tetap konsisten dalam menerapkannya. Empati juga berarti memahami perasaan anak ketika mereka melanggar aturan. Daripada langsung memberikan hukuman, cobalah untuk mendiskusikan perasaan anak dan alasan mereka melanggar aturan. Pendekatan ini membantu anak merasa dihormati dan belajar untuk memahami konsekuensi dari tindakan mereka.

Adapun cara orang tua dapat menumbuhkana rsa percaya diri anak melalui interaksi sehari-hari dengan 

  • Model percaya diri

Anak-anak cenderung meniru cara berpikir dan berbicara orang tua mereka. Karena itu, jika ingin anak tumbuh dengan percaya diri, mulailah dengan memberi contoh yang baik dalam menghadapi situasi baru. Jangan sampai merendahkan diri sendiri atau menunjukkan sikap negatif ketika anak berbuat kesalahan. 

  • Terapkan optimis

Sebaliknya, dorong anak untuk melihat sisi positif dari setiap pengalaman. Sikap optimis akan membantu mereka mengatasi rasa takut dan kecemasan. Bantu anak untuk membiasakan diri melihat sisi baik dalam keseharian mereka, baik itu dalam bentuk keberhasilan kecil atau pelajaran dari tantangan yang mereka hadapi.

  • Bantu mereka memahami pembicaraan diri sendiri

Anak-anak dengan rasa percaya diri rendah sering kali berbicara negatif tentang diri sendiri. Di sinilah peran orang tua penting untuk mengarahkan mereka agar mengganti pikiran negatif dengan pesan positif yang membangun. Misalnya, alih-alih berkata “Aku selalu gagal,” bantu mereka berkata, “Aku sedang belajar dan akan terus mencoba.”

Nah, mungkin dari cara cara diatas bunda bisa menerapkan pola asuh yang lebih positif untuk anak agar anak kedepannya bisa tumbuh berkembang mejadi lebih baik.

Dengan menerapkan pola asuh positif, orang tua tidak hanya mendukung anak untuk menghadapi tantangan masa kini, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan hidup yang berharga untuk masa depan. Kepercayaan diri bukan hanya hadiah dari orang tua, melainkan investasi yang akan terus tumbuh dan berkembang sepanjang hidup anak.

DAFTAR PUSTAKA 

Ulya, N., & Diana, R. R. (2021). Peran Pola Asuh Orang Tua Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Pada Anak Usia. Jurnal Golden Age, 5(2), 304-313.

Dresyamaya Fiona. (2021). Membentak Anak, Memengaruhi Psikologis Dan Kesehatan Otak Sejak Dini. Https://Www.Orami.Co.Id/Magazine/Benarkah-Sering-Membentak-Anak- Membuat-Sel-Otaknya-Terputus/

https://unifam.com/blog/cara-membangun-rasa-percaya-diri-pada-anak

M Rahman, M. (2014). Peran Orang Tua Dalam Membangun Kepercayaan DiriP ada Anak Usia Dini. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru RaudhatulAthfal, 2(2), 285. https://doi.org/10.21043/thufula.v2i2.4241

Larasani, N., Yeni, I., & Mayar, F. (2020). Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Kepercayaan Diri Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak.Jurnal Pendidikan Tambusai, 4(3), 2368–2374.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun