Di sela-sela Work From Home (WFH) yang memasuki minggu ke-3, saya membuka laman Kompasiana dan membaca artikel dari para kompasianer. Bagi seorang newbie seperti saya, saya ingin tahu bagaimana cara pandang seseorang dalam menulis sebuah konten artikel. Dan saat itulah saya melihat pengumuman bahwa akan diselenggarakan kegiatan "A to Z Kompasiana, Optimasi Konten Blog Kamu di Kompasiana". Tanpa berpikir panjang, saya segera mengisi form dan mendaftar. Hanya dalam kurun waktu 8 jam, saya pun sudah berhasil terdaftar sebagai peserta.
Saya adalah seorang anggota baru di Kompasiana. Sebenarnya ini akun kedua saya, tetapi karena saya lupa password maka saya memutuskan untuk membuat akun Kompasiana kembali. Saya senang menulis dan menumpahkan kata-kata menjadi kalimat. Job description di kantor saya juga nyerempet dengan menulis artikel, yaitu membuat dan merilis berita untuk website dan media sosial di suatu instansi pemerintah. Saya menulis untuk menyampaikan aspirasi dan informasi bagi masyarakat baik internal maupun eksternal.
Setelah diingatkan 30 menit sebelumnya oleh Kompasiana melalui email, saya pun langsung menyiapkan laptop dan tentunya internet dari tethering handphone saya. Dan saya baru tahu kalau ternyata kelas blogshop ini memang baru pertama kali dilaksanakan. Imbas dari Covid-19 yang mengharuskan kita untuk tinggal di rumah, Kompasiana sudah membuat kegiatan yang benar-benar sedang saya butuhkan untuk lebih mengenal Kompasiana lebih dalam.
Loh, ini kan temanya untuk optimasi konten blog, bukan tentang Kompasiana. Tapi yang saya rasakan sebagai newbie, saya seperti diceritakan mengenai Kompasiana oleh Mbak Widha Karina (pemateri). Dan itu cukup membuat saya untuk tidak beranjak dari layar laptop sambil taking notes paparan beliau dengan microsof word.
Mbak Widha membuka paparan dengan menjabarkan bagaimana para editor harus bekerja keras untuk mereview konten yang sudah di-posting oleh Kompasianer. Selain itu beliau menjelaskan pelanggaran yang dilakukan oleh Kompasianer dalam membuat konten. Pelanggaran terbesar yaitu pelanggaran orisinalitas dimana pada Bulan Maret kemarin terdapat 3246 konten yang melanggar dengan presentase mencapai 16%. Pelanggaran orisinalitas termasuk pula gambar tanpa keterangan sumber, copy paste, dan juga pengutipan yang terlalu banyak.
Berulang kali Mbak Widha menyebutkan bahwa Kompasiana termasuk User Generated Content (UGC), dimana fokus dan tanggung jawab isi konten terletak pada user atau pengguna. Dalam hal pelanggaran orisinalitas, beliau memberikan solusi untuk meminimalisir pelanggaran-pelanggaran tersebut. Salah satunya yaitu masukkan gambar dengan sumber yang jelas, kalau tidak jelas lebih baik menggunakan gambar sendiri. "Banyakin opini, ciptakan karya baru, cantumkan sumber jika ada sumber" ungkapnya.
Pembahasan terakhir yang benar-benar membuka pengetahuan saya terhadap Kompasiana adalah terkait dengan artikel-artikel yang sudah direview akan dimasukkan ke dalam 4 macam artikel: Terbaru, Pilihan, Artikel Utama (Headline) dan FA (Featured Article). Saya yang benar-benar awam dalam membuat konten blog jadi benar-benar tertarik untuk mendalaminya. Hal baru lainnya yaitu akun centang hijau dan centang biru, dimana hal tersebut yang membedakan para kompasianer yang sudah banyak membuat konten dan tulisannya mendapatkan review yang baik dari editor.
Pertanyaan terakhir dari Mbak Widha membuat saya berpikir, "Kita nulis dan buat konten tuh untuk apa?"
Berikut ini adalah jawaban saya. Saya hanya ingin mengekspresikan pemikiran saya yang terkadang tidak dapat terungkap melalui kata-kata. Saya juga ingin terus belajar dan memahami banyak hal dengan menulis. Saya ingin seperti saat masih sekolah, dimana saya tidak takut menjadi seorang newbie, dan malah mendapatkan juara 3 pada lomba sinopsis. Ketertarikan kepada dunia menulis kini datang lagi, dan saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.Â
Kalimat terakhir sebelum Mbak Widha mengakhiri pertemuan pertama blogshop ini adalah,
"Apapun peraturan yang berada diluar sana, kita harus enjoy menulis. Terus latihan dengan niat untuk membuat konten berkualitas"
