Mohon tunggu...
Indah Muthiah
Indah Muthiah Mohon Tunggu... Administrasi - Content Writing

Penulis pemula yang sedang belajar story telling dan proofreading. Selalu ingin berbagi cerita yang bil hikmah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ada Orang atau Tidak?

26 Januari 2024   07:00 Diperbarui: 26 Januari 2024   09:46 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Halo para pembaca Cerpen Kompasiana!

Indahime here.

Kali ini saya mau berbagi cerita pendek bil hikmah dalam segmen tema "Selalu ada cerita di jalan." Selamat membaca!

*****

Suasana pagi di stasiun selalu ramai seperti biasanya. Banyak orang berlalu lalang. Banyak juga yang sedang duduk-duduk menunggu datangnya kereta. 

Disitulah aku. Duduk di antara kerumunan orang, memakai baju biru dengan rok hitam panjang, tak lupa pula kerudung biru, dan jaket dongker kesukaanku. Aku juga sedang menunggu kereta datang. 

Ya, aku berencana untuk bertamasya ke kota kakek-nenekku. Mumpung aku dapat cuti kerja seminggu. Asyik banget kan. Tapi saat itu aku belum menyadari bahwa akan ada sesuatu yang terjadi di dalam kereta. Ada apa ini?

Jarak dari kotaku ke kota kakek-nenekku sekitar 720 km panjangnya, bisa menghabiskan hampir sepanjang hari hanya di dalam kereta. Maklum aku naik yang kelas ekonomi. Jadi aku siap sedia membawa camilan, minuman, dan set tempur HP, casan, serta headset untuk nonton film. Maklum aku takut bosan karena naik kereta api antar kota cukup melelahkan juga. Apalagi aku sering bulak-balik ke kamar mandi. Tapi untunglah di setiap ujung gerbong kereta, ada kamar mandinya. 

Singkat cerita, sekitar pukul 10 pagi, keretaku datang. Aku kemudian bangkit dan bersiap-siap check-in tiket boarding pass. Aku memilih kursi yang agak dekat dengan kamar mandi. Supaya tidak mengganggu penumpang yang lain jika aku bulak-balik kamar mandi. 

Hari itu suasana cerah. Aku menikmati perjalananku dengan riang gembira. Aku nonton film kesukaanku sembari makan camilan. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Matahari menyinariku melalui jendela kereta. "Sepertinya diluar sana panas banget." Begitu pikirku. Saat itu aku berniat untuk tidur siang sebentar. Tapi tiba-tiba aku mendengar sayup-sayup suara di dekat kamar mandi. 

Wah ada apa ini?

Aku nengok ke belakang kursiku. Di balik pintu gerbong yang tertutup tidak terlalu rapat, aku melihat ada dua orang ibu-ibu sedang menunggu kamar mandi di gerbongku. 

Sekelebat aku juga melihat mas-mas berjalan menuju kamar mandi gerbong satunya. 

Karena aku kepo. Aku berdiri dan membuka pintu gerbong, kemudian mendekati mereka.

Kereta api antar kota kelas ekonomi kadang-kadang pintu kamar mandinya berat untuk ditarik atau didorong. Jadi orang-orang yang mau ke kamar mandi rela mengantri atau memilih ke kamar mandi gerbong lain.

Saat aku pura-pura mau ke kamar mandi dan berdiri di pinggir pintu masuk gerbong kereta, aku mendengar salah satu ibu-ibu—kita sebut saja Ibu A, nyeletuk, "ini lama banget ya, ga keluar-keluar,"

Ibu-ibu satunya lagi—kita sebut saja Ibu B, menimpali, "iya ya, lagi berak mungkin." 

Ku amati, Ibu A ini tidak mendorong sama sekali pintu kamar mandi. Atau sudah mendorong namun kurang kuat. Entahlah.

Tapi beliau seakan-akan sudah yakin di dalam ada orangnya. 

Sepertinya Ibu B juga memikirkan hal yang sama.

Jelas, karena memang pintunya tertutup rapat dalam waktu cukup lama. Ditunggu-tunggu tak kunjung keluar. Aku pun tidak bisa memastikan dengan jelas orang-orang yang keluar masuk gerbongku karena asyik menonton film sembari makan tadi. Jadi aku juga tidak tahu disitu ada orang atau tidak. Bisa jadi orang dari gerbong sebelah memakai kamar mandi di gerbongku. Pada akhirnya aku pun ikut menunggu dan mengantri.

Bermenit-menit pun berlalu. Tiba-tiba mas-mas dari kamar mandi gerbong satunya keluar. Wah ternyata aku benar. Mas-mas ini abis dari kamar mandi juga. Tak lama setelah aku senyam-senyum sendiri karena dugaanku benar. Sekelebat aku mendengar mereka bercakap-cakap lagi.

Ibu A bilang, "kita pindah ke sana aja yuk."

Ibu B jawab, "Ayuk, tapi WC jongkok ga ya? Maunya yang jongkok."

Ibu A tidak merespon.

Ibu B bertanya ke mas-mas yang keluar dari kamar mandi gerbong satunya.

Kebetulan dia melewati kami.

Ibu B: "Mas WC nya jongkok ga disitu?"

Mas-mas: "Jongkok kok Bu." Lalu dia beranjak pergi. Iya pergi begitu saja tanpa memedulikan kami yang sedang berdiri antri ke kamar mandi.

Keluarnya mas-mas itu praktis membuat Ibu-ibu tersebut pindah gerbong. "Kasihan ibu-ibu itu, pasti mereka sudah kebelet pipis," batinku dalam hati.

Pindah lah mereka ke gerbong satunya. Lalu aku maju mendekati kamar mandi gerbongku. Dalam hatiku "Ada orang gak ya? Apa aku ketuk-ketuk aja ya?" 

Aku pun mengetuk pintu kamar mandi itu. Bergeming. Tak ada jawaban. 

Aku coba mengetuk lagi pintu itu. Tetap tak ada jawaban. 

"Ini lama banget, ada orang atau tidak sih?" Dalam hati aku mulai kesal. 

Lalu aku memberanikan diri untuk mendorong pintu itu dan ternyata di dalamnya tidak ada orang.

Wah... 

Aku sampai tak sanggup berkata-kata, saking kagetnya. Sepersekian detik aku bengong sembari memegang kenop pintu kamar mandi.

Pintu kamar mandinya bisa aku buka dengan mudahnya.Karena tidak terkunci. Karena memang tidak ada orangnya. 

Ya ampun. Waktuku yang berharga. Aku pun masuk ke dalam kamar mandi dengan perasaan sedikit jengkel, tidak menyangka, dan ingin tertawa.

Fin.

***

Setelah kejadian itu aku melanjutkan perjalanan sampai ke kota kakek-nenek dengan selamat. Dari kejadian itu aku memberikan sedikit sudut pandang hikmah yang bisa diambil.

Kejadian itu mengajarkan kita tentang bagaimana situasi memengaruhi persepsi seseorang.

Tentang asumsi tak berdasar yang memengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan.

Jika saja Ibu A mau mencoba terlebih dahulu dengan mendorong kuat atau mengetuk pintu untuk memastikan kondisi di dalam kamar mandi. 

Maka skenarionya tidak berakhir seperti itu. Kasihan sekali karakter "aku" ini.

Jika saja Ibu A mau berusaha sejak awal melakukan pengecekan alih-alih berkomentar lama menunggu hal yang tidak ada atau pasti, yang akhirnya membuat karakter si "aku" kepo. Seharusnya tidak akan memakan waktu lama seperti itu.

Jika saja Ibu B mengambil inisiatif untuk membuktikan ada tidaknya orang dalam kamar mandi. Maka betapa malunya berasumsi sendiri tanpa ada bukti.

Apakah mereka salah?

Tidak. Mereka hanya memilih jalan yang lain. Yaitu pindah ke gerbong yang kamar mandinya dipakai mas-mas acuh tak acuh itu. Padahal ada jalan kemudahan bagi mereka di depan mata.

Sekian cerita pendeknya. Sampai jumpa di cerita pendek berikutnya dalam segmen tema "Selalu ada cerita di jalan." 

*****

Bagaimana para pembaca, cerpennya seru bukan?

Jadi hikmahnya:

Bagi kita yang melihat, kita tidak bisa memaksa atau menuntut pilihan jalan hidup seseorang.

Walaupun kita tahu hal mudah yang seharusnya sejak awal dilakukan.

Banyak orang memilih hal yang sulit dibanding hal mudah, namun tidak kepikiran.

Makanya saya sering mendengar istilah, "kalau ada yang sulit, kenapa dipermudah." Relate sekali.

Ya sudah. Hanya bisa dijadikan pembelajaran.

Untuk itu, marilah kita mengamati sekitar dengan lebih seksama. 

Karena hal kecil bisa menjadi pelajaran hidup yang amat berharga.

Cobalah untuk melakukan terlebih dahulu dalam rangka memastikan sesuatu sebelum mengambil keputusan.

Jangan membiarkan asumsi, persepsi, dan lain-lain yang belum tervalidasi membuat kita salah langkah menemukan jalan.

Jika cerpen ini bermanfaat dan menghibur, jangan lupa klik like dan komen di bawah ya. 

Jangan lupa share juga. Terima kasih banyak!

Feel Free DM Instagram @indah_i3 untuk masukan, kritik, dan sarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun