Bismillahirrohmaanirrohiim...Saya Indah Handayani CGP Angkatan 3 dari Instansi SMP N 2 Rajabasa Kabupaten Lampung selatan, akan membuat sebuah rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran Saya dari awal sampai saat ini pada program guru penggerak ini.
- Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Pada Modul 1.1 dijelaskan tentang filosofi pendidikan Indonesia pemikiran dari Ki Hajar Dewantara, bahwa "pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya". Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. Kemudian Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak” . Jadi tugas kita sebagai guru adalah hanya bisa menuntun anak murid kita agar mencapai tujuan pendidikan yang sebenaranya.
Berdasarkan pandangan KHD terkait Pratap Triloka yang dikenal dengan semboyannya yaitu ing ngarso sung tuladha yang diartikan sebagai seorang pemimpin dalam hal ini guru hendaknya mampu memberikan contoh/tauladan yang baik kepada muridnya, inilah prinsip pertama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Keteladanan menjadi sebuah hal yang penting karena akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan orang-orang yang dipimpinnya terhadap dirinya. ing madya mangun karsa yang diartikan bahwa seorang pemimpin mampu membangun karsa/kemauan atau pemberi semangat/motivasi, sehingga pembelajaran yang dilakukan akan terasa mudah atau ringan dan akan semakin mempererat hubungan antara guru dengan murid, namun tidak melanggar etika jalur pendidikan. Dengan menerapkan ing madya mangun karsa, guru diharapkan mampu menjadi rekan sekaligus sebagai pengganti orang tua murid, sehingga guru mampu mengetahui kebutuhan belajar murid. Salah satu kebutuhan belajar murid adalah keterampilan mengambil keputusan sehingga menjadikan murid manuia yang berbudaya dan bagagia sebagai bagian dari anggota masyarkat. Tut wuri Handayani yang artinya seorang pemimpin mampu memberikan dukungan, arahan, dan semangat kepada muridnya. Berdasarkan hal tersebut di atas guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil sebuah keputusan yang tepat dan bijaksana serta berpihak kepada murid yang merupakan pusat dalam sistem pendidikan.
- Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita bisa berpengaruh kepada bagaimana kita mengambil sebuah keputusan. Karena keputusan-keputusan yang diambil oleh seseorang akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh orang tersebut. Ketika seseorang memiliki nilai-nilai positif yang tertanam dalam dirinya seperti religius, mandiri, reflektif, Kolaboratif maka keputusan yang akan diambil adalah yang bisa memberikan manfaat untuk banyak orang walaupun tidak semua menyukainya.
- Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Coaching merupakan ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu permasalahan yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dalam proses coaching Pendamping atau Fasilitator sebagai coach akan menggali potensi yang dimiliki oleh muridnya (CGP) dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga kami CGP dapat menemukan potensi yang terpendam dalam diri untuk dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain, serta mampu mengambil keputusan yang tepat dengan resiko yang paling kecil dan memberikan manfaat paling banyak. Dalam proses pembelajaran Fasilitator atau pendamping berperan sangat baik sebagai coach karena kami bisa menyelesaikan tugas-tugas kami sesuai waktu yang telah ditentukan. di Modul 2.3 pun dipelajari tentang keterampilan coaching yang membantu kami sebagai guru untuk menghadapi dan bagaimana interaksi yang baik dengan peserta didik.
- Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Ketika seorang guru mampu mengelola dan ,menyadari aspek sosial emosionalnya dengan baik maka itu akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusannya sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Pengelolaan dan menyadari aspek sosial dan emosional akan memberikan manfaat:
- memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri)
- menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
- merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
- membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi)
- membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
Maka dari itu akan mempengaruhi seorang guru dalam mengambil keputusannya .
- Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Sebagai manusia kita pasti pernah dihadapkan akan suatu masalah dimana masalah tersebut merupakan suatu bujukan moral (Benar Vs Salah) atau suatu dilema etika (Benar Vs Benar). Ketika dihadapkan dengan salah satunya maka secara naluriah kita akan mengambil keputusan sesuai dengan prinsip-prinsip yang sudah kita yakini dan kita anut. Jika nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar, dapat dipertanggung jawabkan, dan dilakukan demi kebaikan orang banyak. Sebaliknya jika seorang guru belum memiliki nilai-nilai yang positif atau sudah kehilangan idealismenya sebagai seorang guru maka keputusan yang diambil akan cenderung digunakan untuk mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.
- Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.