Warga Tegal beraksi melawan praktik yang cenderung membungkam kebebasan menentukan pemilih untuk mencoblos pasangan calon bupati dan wakil bupati sesuai nuraninya. Hari Senin, 25/11/2024, di lokasi Kabupaten Tegal tepatnya Slawi, Dukuh Waru, Adiewerna dan Lebak Siu muncul plakat di tiang tiang listrik.
Orang orang menyebutnya sebagai "Aksi Tempel Tempel." Tulisan dalam huruf warna hitam di kertas putih itu antara lain berbunyi, antara lain; Memilih Pemimpin Cerdas: Hukume Wajib !!!, ada juga kalimat lain yang berbunyi, "Teh Poci Teh  Gelas  Meng TPS Pilih Sing Cerdas"  juga "Pengen Tegal Maju??? Pilih Sing Cerdas.
Kalimat kalimat  itu bertujuan untuk menyadarkan warga bahwa pemberian sembako, uang dan juga barang barang oleh pasangan calon peserta Pilkada 2024 beresiko. Aksi itu telah berlangsung sejak sehari sebelumnya dan akan meluas ke semua wilayah Kabupaten Tegal.
Menurut Mika Pratama, Koordinator Relawan Khusus (Resus) Jaga Suara Wilayah Pantura Barat selaku penanggungjawab aksi, resiko yang dimaksud adalah hilangnya peluang warga untuk memilih calon pemimpin terbaik menurut nurani mereka.
Pemberian yang disodorkan oleh orang orang yang mendatangi warga selalu menjadi alat untuk mengarahkan atau mengikat warga agar memilih calon tertentu. Tentu sebagian orang terlena namun ada juga yang menerimanya dengan mengabaikan keharusan yang dimaksud sang pemberi.
Pilkada merupakan moment bagi warga Kabupaten Tegal untuk menentukan pemimpin terbaik yang bisa membawa wilayah itu maju dan sejahtera. Untuk itu yang harus dihindari adalah memilih calon pemimpin yang di mata warga tingkah lakunya buruk seperti tidak merakyat terlihat sombong, visi dan misinya tak dipahami warga dan tak menguasai permasalahan warga.
Seharusnya calon pemimpin Kabupaten Tegal adalah sosok yang cerdas berpendidikan yang baik. Dia juga harus berangkat dengan ketulusan, berani meninggalkan kepentingan sendiri, bila perlu melepaskan apa yang dimilikinya demi memajukan warga.
Saat ini kondisi sosial ekonomi Kabupaten Tegal belum menyenangkan. Banyak warga masih tergolong miskin, meskipun pemerintah yakin bahwa kini kondisinya lebih baik. Akurat atau tidak angka ataupun data yang disampaikan BPS kemiskinan tetap saja masalah di sana. https://tegalkab.bps.go.id/id/news/2024/07/29/430/penyampaian-rilis-kemiskinan-kabupaten-tegal-tahun-2024.html
Senyatanya warga masih menghadapi kekurangan fasilitas jamban, pemerintah masih harus membantu. Padahal jamban merupakan indikator dasar kesejahteraan yang  terkait dengan kualitas hidup terutama bidang kesehatan. Selain jamban, warga juga tetap membutuhkan pasokan air bersih.