Mohon tunggu...
Indah sulistiawati
Indah sulistiawati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Penting nya pendidikan pancasila dan kewarganegaraan di kalangan mahasiswa

25 Desember 2024   09:19 Diperbarui: 25 Desember 2024   09:18 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Pendahuluan
Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara terdapat dalam undang-undang No. 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional. Selanjutnya dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis, serta bertanggungjawab dalam rangka
pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang. Namun fakta di lapangan belum menunjukkan hasil yang memuaskan (Trianto, 2009: 4).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya partisipasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Aqib (2004:67) menyatakan ada 3 faktor penyebab, yakni : 1) Siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain, 2) siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri,3) siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain. Sedangkan Trianto (2009 : 5) menyatakan yang menjadi masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik, hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (Belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses pemikirannya.
Demikian pula di SMA LAB Undiksha Singaraja tampak kecenderungan
mencerdaskan bangsa Sugiyono,2011: 42).
(Trianto,2009;1,
Memasuki abad
pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global. Upaya yang tepat untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat dipandang dan seyogianya berfungsi sebagai alat untuk membangun SDM yang bermutu adalah pendidikan. Untuk
mencapai tujuan pemerintah telah perbaikan-perbaikan
pendidikan nasional menyelenggarakan peningkatan mutu
ke-21, sistem
4

hasil belajar dan sikap sosial yang masih rendah, permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran PKn banyak dijumpai selama melaksanakan PPL- Real. Dipilihnya ilmu sosial 1 dalam penelitian ini karena berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan adapun permasalahan yang ditemukan yaitu :
1. Motivasi untuk mengikuti proses pembelajaran masih rendah, hal tersebut dapat terlihat pada antusiasme atau semangat siswa ketika guru sudah masuk ke dalam kelas untuk memulai pelajaran siswa masih banyak yang berada diluar, dan juga masih ada siswa yang belum mempersiapkan alat pelajaran,ditemukan siswa yang sedang ngobrol, jadi ketika guru memulai pembelajaran siswa kurang focus karena terjadinya keributan saat mempersiapkan alat pelajarannya.
2. Aktivitas dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar masih sangat rendah, hal ini terlihat pada guru yang masih
mendominasi
pembelajaran,
menyampaikan
ceramah, sehingga mengakibatkan siswa kurang berpartisipasi aktif dan merasa jenuh. Perilaku yang ditunjukkan yaitu dengan berbicara bersama temannya siswa bercanda dan menggangu temannya yang lain, sibuk bercermin, bermain laptop,
3.
ataupun membaca novel ketika guru sedang menjelaskan materi. Begitu juga interaksi antara siswa dengan siswa ditemukannya kurangnya ada interaksi sosial, karena siswa dalam kelas masing-masing memiliki grup untuk dijadikan teman bermain, bahkan ditemukan antara siswa di kelas terjadi perkelahian, dan dilihat dari kedisiplinan dalam proses pembelajaran juga masih kurang, karna masih ada siswa yang ketika pembelajaran sudah dimulai namun siswa masih diluar, dan ketika pembelajaran dimulai siswa tidak memperhatikan pembelajaran. Tugas- tugas yang diberikan juga tidak dikumpul tepat waktu oleh siswa. Hasil belajar yang diperoleh siswa cenderung masih rendah atau kurang maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil tes, baik itu dalam pengerjaan PR, dan hasil ulangan harian yang diperoleh siswa. Dimana dari 30 siswa masih ditemukan siswa yang mendapatkan nilai di bawah 77 KKM yang merupakan syarat ketuntasan dalam pembelajaran PKn. Dalam mengajar ada kecenderungan guru belum pernah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam melaksanakan pembelajaran masih menggunakan metode ceramah dan proses Tanya jawab belum efektif karena guru
dalam guru
proses cenderung dengan
materi masih mendominasi dalam proses pembelajaran, media yang digunakan dalam mengajar masih sangat minim untuk materi pembelajaran yang akan disampaikan, tidak adanya diskusi kelompok untuk melihat aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.
5. Sikap sosial siswa, Tekait dengan sikap sosial siswa di SMA Lab Undiksha Singaraja dapat dilihat dari toleransi siswa terhadap sesama siswa masih kurang itu terlihat dari sikap sehari-hari pergaulan siswa, misalnya yaitu ketika persembahyangan masih ada siswa yang bercanda, ketika teman sedang belajar diganggu, dilihat dari kerja sama siswa dalam belajar berkelompok misalnya belum terjalin kerja sama antar individu dalam kelompok maupun kelompok dengan kelompok. Begitu juga dengan tanggung jawab siswa masing sangat kurang, misalnya pada saat siswa melakukan pengumpulan tugas, masih banyak siswa yang tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, pada saat bel sudah berbunyi siswa masih banyak yang berada diluar kelas, bahkan dalam kelas pun siswa sering minta ijin keluar dengan alasan ke belakang (kamar mandi) padahal siswa tersebut berada di kantin, dan kadang-kadang sering membawa makanan ketika guru sedang mengajar dikelas.
Dari upaya peningakatan mutu, maka permasalahan seperti tersebut di atas harus dapat diatasi setidaknya dapat diminimalkan. Ada beberapa alternatif dalam model pembelaran kooperatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut antara lain : 1) Model Pembelajaran Tipe Jigsaw, 2) Model Pembelajaran Tipe Student Teams Achievment Division (STAD), 3) Model Pembelajaran Tipe Teams Games Tournament (TGT), 4) Model Pembelajaran Tipe Teams Assisted Individualization (TAI), 5), Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), 6) Model Pembelajaran Tipe Investigasi Kelompok, 7) Model Pembelajaran Tipe Numbered Head Together (NHT), 8) Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)
Dari beberapa alternatif pemecahan tersebut, penulis menggunakan alternatif kedua yaitu penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode Student Teams Achievement Division (STAD). Alasan penggunaan model ini adalah : 1) Melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjungjung tinggi norma-norma kelompok, 2) siswa aktif dalam membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama, 3) aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok maupun individu, 4) interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat, 5) memacu siswa
6

untuk menguasai kompetensi yang diajarkan oleh guru (Trianto, 2007: 50; Rusman, 2011: 227, Trianto,2009:68).
Berdasarkan alasan tersebut dipandang perlu mengangkat topik diatas menjadi sebuah penelitian dengan judul, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Sikap Sosial Siswa Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas XI Ilmu Sosial 1 SMA Laboratorium Undiksha Singaraja Tahun Pelajaran 2012/2013.
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian PTK dan dilaksanakan di Kelas XI Ilmu Sosial 1 SMA Laboratorium Undiksha Singaraja, tahun pelajaran 2012/2013, yang beralamat di Jatayu no 10 Singaraja, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali. Waktu pelaksanaan penelitian setiap hari selasa, pada tanggal 15 Januari, sampai dengan 19 Maret 2013.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Ilmu Sosial 1 semester genap SMA Laboratorium Undiksha Singaraja tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 30 orang siswa yang terdiri dari 20 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Objek penelitian ini adalah Model Pembelajaran Kooperatif STAD, Hasil belajar, dan Sikap sosial.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Prosedur kegiatan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mengacu pada Trianto
(2011:205) Tiap-tiap siklus terdiri dari lima tahapan yaitu : (1) penetapan fokus masalah penelitian, (2) perencanaan tindakan perbaikan, (3) pelaksanaan tindakan perbaikan, (4) analisis dan refleksi, dan (5) perencanaan tindak lanjut.
Metode pengumpulan data yaitu menggunakan metode observasi, wawancara, kuisioner, dan dengan menggunakan tes. Sedangkan Instrumen pengumpulan data yang digunakan disesuaikan dengan metode penelitian yaitu untuk mengukur sikap sosial menggunakan kuisioner sikap sosial dengan pola Likert dengan jumlah soal yaitu 15 butir, dan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa digunakan tes objektif dengan jumlah soal yaitu 20 butir. Sedangkan Data hasil belajar PKn siswa dalam penelitian ini dianalisis dengan metode analisis deskriftif kuantitatif.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, adapun hasil penelitian yang didapatkan adalah sebagai berikut :
1. Hasil Penelitian Siklus I
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I, peneliti melakukan penilaian proses pembelajaran yaitu hasil belajar dan sikap sosial siswa.
1.1. Hasil Belajar Siklus I
Hasil belajar siswa dikumpulkan dengan memberikan test Objektif yang dilakukan pada akhir siklus. Pada siklus I diperolah jumlah
7

2265 dengan rata-rata 75,5 dengan daya serap 75,5 %, jumlah yang yang belum mencapai KKM sebanyak 8 orang dan 22 orang siswa lainnya sudah mencapai KKM. Dengan demikian ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 73,33%. Jika dibandingkan dengan Pedoman PAP Skala Lima berada pada kategori "Cukup Baik". Berdasarkan data nilai tersebut belum tercapai sesuai dengan kriteria hasil belajar yaitu 80 % siswa mencapai KKM. Oleh karena itu pembelajaran PPKn dikelas XI Ilmu Sosial 1 pada siklus I dapat dikatakan belum tuntas. Untuk itu dilakukan tindakan siklus II yang tahapannya sama dengan siklus I.
1.2 Sikap Sosial Siklus I
Sikap sosial siswa yang diamati dalam pembelajaran di kelas yaitu; Toleransi, Kerjasama/Gotong Royong dan Tanggung jawab. Sikap sosial ini dilakukan selama 2 kali pertemuan, siswa yang mendapat kategori Amat Baik 36,67 % untuk Kategori Baik 53,33 %, Kategori Cukup 6,67 %, sedangkan Untuk Kategori Kurang Baik 3,33 %, dan kategori Tidak Baik 0% secara umum skor rata-rata sikap sosial siswa adalah 58,1 dan berada pada kategori Baik.
1.3 Refleksi Siklus I
Siswa masih belum paham betul dengan model pembelajaran
Kooperatif tipe STAD, Dalam proses pembelajaran pada saat peneliti menjelaskan materi di depan kelas maupun pada saat diskusi sedang berlangsung beberapa siswa ada yang berbicara dengan temannya maupun bercanda, Pada saat mengerjakan angket / kuesioner, siswa masih belum paham maksud dan tujuan dari pengisian kuesioner dan siswa masih tidak berani untuk bertanya maupun mengemukakan pendapat.
2. Hasil Penelitian Siklus II
Sebelum pelaksanaan tindakan siklus II, peneliti menekankan kembali mengenai langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran Kooperatif tipe STAD, memberikan motivasi dan semangat kepada seluruh siswa untuk lebih berani untuk bertanya maupun mengemukakan pendapat, Untuk mengatasi permasalahan keterbatasan waktu, peneliti hanya memberikan penjelasan secara garis besar mengenai materi.
2.1 Hasil Belajar Siklus II
Hasil belajar siswa dikumpulkan dengan memberikan test Objektif yang dilakukan pada akhir siklus. Pada siklus II diperolah jumlah 2695 dengan rata-rata 89,33 dengan daya serap 89,33 %, jumlah yang yang belum mencapai KKM sebanyak 8 orang dan 22 orang siswa lainnya sudah mencapai KKM. Dengan demikian ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 96,66%. Jika
8

dibandingkan dengan Pedoman PAP Skala Lima berada pada kategori "Sangat Baik". Berdasarkan data nilai tersebut sudah tercapai sesuai dengan kriteria hasil belajar yaitu 80 % siswa mencapai KKM. Oleh karena itu pembelajaran PPKn dikelas XI Ilmu Sosial 1 pada siklus II dapat dikatakan sudah tuntas.
2.2 Sikap Sosial Siklus II
Sikap sosial siswa yang diamati dalam pembelajaran di kelas yaitu; Toleransi, Kerjasama/Gotong Royong dan Tanggung jawab. Sikap sosial ini dilakukan selama 3 kali pertemuan, sikap sosial pada siklus II mengalami peningkatan dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat kategori Amat Baik 73,34 % untuk Kategori Baik 13,33 %, Kategori Cukup 10 %, sedangkan Untuk Kategori Kurang Baik 3,33 %, dan kategori Tidak Baik 0% secara umum skor rata-rata sikap sosial siswa adalah 59, 16 dan berada pada kategori Baik.
2.3 Refleksi Siklus II
hasil belajar dan sikap sosial dapat kita lihat sudah menunjukkan kemajuan atau peningkatan oleh siswa, sehingga kendala-kendala yang dihadapi oleh guru, peneliti maupun siswa sudah bisa diatasi dengan cara: (1) Memotivasi siswa untuk lebih aktif lagi dalam bertanya maupun mengemukakan pendapat, (2)
memberikan tutor penjelasan sehingga bisa mengerti dan dapat menjelaskan kepada anggota kelompoknya, (3) guru dan peneliti membimbing kelompok yang mengalami kesulitan pada saat mengerjakan tugas kelompoknya.
3. Pembahasan
Pada bagian ini akan dipaparkan pembahasan mengenai hasil penelitian yang sudah didapat peneliti berdasarkan analisis data yang sudah dilakukan. Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk mempertajam temuan yang sudah didapat maupun dianalisis dengan lebih teliti dengan melihat penerapan proses model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I maupun siklus II. Adapun hasil temuan pada penelitian ini adalah hasil observasi baik itu secara langsung oleh peneliti dan hasil analisis data pada siklus I dan siklus II. Adapun yang akan dibahas adalah hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II, dan sikap sosial pada siklus I dan siklus II serta kendala-kendala yang di hadapi dalam pembelajaran PKn dan alternatif pemecahan masalah dengan penerapan model kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XI IPS 1 tahun pelajaran 2012/2013 di SMA LAB UNDIKSHA Singaraja Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.
3.1 Hasil Belajar siswa
Dalam sistem pembelajaran dengan Model pembelajaran kooperatif STAD siswa ditekankan pada aspek "Akuntabilitas individual", artinya penilaian akhir atau indikator keberhasilan tetap ditujukan untuk
9

mengetahui penguasaan siswa terhadap materi atau kompetensi dasar yang akan dicapai dalam pembelajaran disekolah secara individu.
Berdasarkan perhitungan analisis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar Kewarganegaraan (PKn) dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada siklus I dan siklus II yang dapat di sajikan sebagai berikut di bawah ini.
a. Jumlah siklus I menunjukkan jumlah hasil belajar siswa 2265 sedangkan siklus II menunjukkan jumlah hasil belajar siswa sebesar 2695, dengan demikian terdapat peningkatan kualitas hasil belajar siswa kelas XI Ilmu Sosial 1 sebanyak 430.
b. Dilihat dari rata-rata (Mean) siklus I menunjukkan angka 75,5 sedangkan siklus II menunjukkan rata-rata 89,33 dengan demikian terdapat peningkatan 13,83.
c. Dilihat dari Daya Serap siklus I menunjukkan angka 75,5 % sedangkan siklus II menunjukkan rata- rata 89,33 %, dengan demikian terdapat peningkatan 13,83 %.
d. Dilihat dari ketuntasan Belajar (KB) pada siklus I menunjukkan 73,33% sedangkan siklus II menunjukkan 96,66%, dengan demikian terdapat peningkatan 23,33%
Melihat peningkatan hasil belajar siklus I dan siklus II tersebut di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) siswa kelas XI Ilmu Sosial 1 SMA Labotarium Undiksha Singaraja terhadap penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat dinyatakan sangat baik.
3.2 Sikap Sosial Siswa
Untuk mengetahui sikap sosial siswa terhadap model pembelajaran STAD, dalam penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner. Adanya peningkatan dari siklus I dan siklus II dimana pada siklus I siswa yang mendapat kategori Amat Baik 36,67 % untuk Kategori Baik 53,33 %, Kategori Cukup 6,67 %, sedangkan Untuk Kategori Kurang Baik 3,33 %, dan kategori Tidak Baik 0% secara umum skor rata-rata sikap sosial siswa adalah 58,1 dan berada pada kategori Baik. Dimana dikatakan pada siklus II mengalami peningkatan dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat kategori Amat Baik 73,34 % untuk Kategori Baik 13,33 %, Kategori Cukup 10 %, sedangkan Untuk Kategori Kurang Baik 3,33 %, dan kategori Tidak Baik 0% secara umum skor rata-rata sikap sosial siswa adalah 59, 16 dan berada pada kategori Baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap sosial dari siklus I ke siklus II telah mengalami peningkatan sebesar 1,06%.
Penelitian ini memiliki relevansi yang
hampir sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Gede Arsa, Fakultas
10

Pascasarjana Undiksha tentang pengaruh model kooperatif STAD terhadap hasil belajar dan sikap sosial dalam pembelajaran PKn di SMP Negeri 4 Pupuan. Ni Nyoman Umi Ruspita (2011) Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar tentang Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar pada Siswa Kelas IV Semester I SD Negeri 7 Banyuning Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2011/2012 dan Ketut Canggih Dhermawan (2013) Jurusan Pendidikan Sejarah dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif STAD untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Sejarah Siswa Kelas XI Ilmu Sosial 2 SMA Negeri 3 Singaraja Tahun Pelajaran 2012/2013. Dari penelitian yang diatas model pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan hasil belajar dan sikap sosial maupun kreativitas siswa.
3.3 Kendala-Kendala yang di hadapi dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan alternatif pemecahan masalah dengan penerapan model kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XI IPS 1 tahun pelajaran 2012/2013 di SMA LAB UNDIKSHA Singaraja Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.
Dalam pelaksanaan penelitian ini tidak hanya memiliki kelebihan saja, akan tetapi
disisi lain juga masih memiliki kendala- kendala yang harus di hadapi pada saat melaksanakan proses pembelajaran. Kendala- kendala ini muncul karena disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
(1) Siswa masih belum paham betul dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD sehingga siswa sering bingung dengan model pembelajaran ini yang menyebabkan proses pembelajaran tidak berlangsung dengan efektif.
(2) Siswa masih tidak berani untuk bertanya maupun mengemukakan pendapat hal ini disebabkan karena mereka takut untuk salah maupun di tertawai oleh teman-temannya sehingga mereka lebih memilih untuk diam.
(3) Beberapa siswa masih belum siap untuk menjadi tutor dalam kelompoknya yang menyebabkan tidak berjalannya proses pembelajaran sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan.
(4) Dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok masih ada kelompok yang belum bisa mempresentasikannya dengan baik, sehingga dari kelompok lain masih bingung dengan apa yang didiskusikan kelompok yang berada didepan.
(5) Pada saat proses pembelajaran baik itu pada saat guru menjelaskan materi maupun pada saat diskusi kelompok
11

sedang berlangsung beberapa siswa masih ada yang sibuk berbicara dengan temannya maupun bercanda sehingga proses pembelajaran tidak berlangsung dengan baik karena situasi kelas yang kurang kondusif menyebabkan banyak waktu yang terbuang dan waktu untuk presentasi menjadi kurang .
Kendala- kendala yang telah disebutkan diatas tidak menjadi penghalang bagi peneliti untuk melakukan penelitian, akan tetapi hal ini malah menjadi tantangan maupun motivasi bagi peneliti agar mencari solusi yang tepat untuk mengatasi kendala- kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Dengan melihat kendala- kendala yang terjadi peneliti mencari solusi untuk menghadapi hal tersebut, adapun solusi yang digunakan untuk mengatasi permasalah tersebut adalah: (1) peneliti menjelaskan kembali tentang model pembelajaran kooperatif STAD, sehingga siswa tidak lagi bingung dengan model pembelajaran ini, (2) memberikan motivasi dan semangat kepada seluruh siswa untuk lebih berani untuk bertanya maupun mengemukakan pendapat baik itu pada saat guru menjelaskan materi maupun pada saat proses diskusi sedang berlangsung, serta memberi penekanan kepada siswa dimana pada saat ada teman yang bertanya maupun mengemukakan pendapat siswa lain tidak diperbolehkan untuk tertawa, (3) Ikut serta dengan tutor yang belum begitu paham untuk menjelaskan
materi kepada kelompoknya, (4) selalu mengawasi proses diskusi yang sedang berlangsung dan jika terdapat kelompok yang mengalami suatu permasalahan maka peneliti dan guru akan membimbing kelompok tersebut, (5) memberikan penghargaan (reward) kepada siswa yang berani aktif bertanya atau mengemukakan pendapatnya serta kepada kelompok yang bisa mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik, (6) memberikan batasan waktu kepada semua kelompok pada saat mengerjakan tugasnya sehingga waktu tidak terbuang dengan sia-sia dan mencegah adanya siswa yang berbicara dengan temannya maupun bercanda.
C. Penutup
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat dibuat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
a. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Ilmu Sosial 1 SMA Labotarium Undiksha Singaraja. Hal ini dapat dilihat berdasarkan Jumlah siklus I menunjukkan jumlah hasil belajar siswa 2265 sedangkan siklus II menunjukkan jumlah hasil belajar siswa sebesar 2695, dengan demikian
12

terdapat peningkatan kualitas hasil belajar siswa kelas XI Ilmu Sosial 1 sebanyak 430. Dilihat dari rata-rata (Mean) siklus I menunjukkan angka 75,5 sedangkan siklus II menunjukkan rata-rata 89,33 dengan demikian terdapat peningkatan 13,83. Daya Serap siklus I menunjukkan angka 75,5 % sedangkan siklus II menunjukkan rata-rata 89,33 %, dengan demikian terdapat peningkatan 13,83%. Ketuntasan Belajar (KB) pada siklus I menunjukkan 73,33 sedangkan siklus II menunjukkan 96,66%, dengan demikian terdapat peningkatan 23,33%.
b. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan sikap sosial siswa kelas XI Ilmu Sosial 1 SMA Labotarium Undiksha Singaraja. Hal ini dapat dilihat adanya peningkatan dari siklus I dan siklus II dimana pada siklus I siswa yang mendapat kategori Amat Baik 36,67 % untuk Kategori Baik 53,33 %, Kategori Cukup 6,67 %, sedangkan Untuk Kategori Kurang Baik 3,33 %, dan kategori Tidak Baik 0% secara umum skor rata-rata sikap sosial siswa adalah 58,1 dan berada pada kategori Baik. Dimana dikatakan pada siklus II mengalami peningkatan dapat dilihat bahwa siswa yang
mendapat kategori Amat Baik 73,34 % untuk Kategori Baik 13,33 %, Kategori Cukup 10 %, sedangkan Untuk Kategori Kurang Baik 3,33 %, dan kategori Tidak Baik 0% secara umum skor rata-rata sikap sosial siswa adalah 59, 16 dan berada pada kategori Baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap sosial dari siklus I ke siklus II telah mengalami peningkatan sebesar 1,06%.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut.
a. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada penelitian ini hanya terbatas pada Standar Kompetensi menganalisis hubungan internasional dan organisasi internasional. Dengan demikian, disarankan kepada peneliti lain Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) juga perlu dilakukan pada pokok Standar kompetensi lainnya. Hal ini bertujuan untuk mengungkap apakah Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) juga dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa pada pokok bahasan lainnya.
b. Untuk pendidik, guru pembimbing (PKn) pada sekolah diharapkan hasil penelitian ini menjadi acuan atau
13

pedoman dan menjadi salah satu alternatif dalam menggunakan model Pembelajaran baik itu model pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) maupun model pembelajaran yang lainnya pada saat memberikan pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar dan sikap sosial siswa. Selain itu bagi peneliti dan guru yang ingin melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya: (1) Membutuhnkan persiapan untuk mengidentifikasi permasalahan dari kehidupan nyata para peserta didik, (2) waktu yang diperlukan dalam proses pembelajaran simulasi cukup lama sehingga memerlukan alokasi waktu yang cukup jelas antara tahapan belajar yang satu dengan tahapan belajar yang lainnya, (3) ketersediaan alat dan fasilitas penunjang kegiatan disekolah, (4) kecakapan dalam membuat kasus sesuai materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, (5) memaksimalkan fungsi guru sebagai fasilitator dan mediator.
c. Dalam penerapan model pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD), di awal pembelajaran sebaiknya guru menciptakan kondisi yang kondusif dengan cara menata sedemikian rupa lingkungan belajar sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru juga harus kreatif dalam mengaitkan materi dengan kasus kehidupan sehari-hari yang dekat dengan siswa. Memberikan penghargaan kepada kelompok maupun individu yang mendapat nilai tertinggi dan memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa akan lebih termotivasi lagi untuk belajar.
d. Penelitian ini hanya berdasarkan kepada hasil belajar dan sikap sosial sehingga diharapkan kepada peneliti yang lainnya untuk mengangkat prestasi belajar, kreativitas maupun aktivitas siswa baik itu bertanya, mengemukakan pendapat, sikap kritis siswa pada saat pembelajaran sehingga dapat menggali lebih dalam dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun