Setelah dua rangkaian kejadian itu, bergilirlah kehebohan satu persatu mulai dari Kaesang Pangarep putra bungsu Jokowi dilantik sebagai ketua umum PSI di usianya yang masih seumur jagung dari kacamata masuk ke partai politik, pengumuman Cawapres Prabowo Subianto yakni Gibran Rakabuming putra sulung Jokowi yang baru menjabat Walikota Solo seumur jagung dan Mahmud M.D sebagai Cawapres Ganjar Pranowo. Dari situlah cerita pertarungan antar elit mulai berkoar-koar.
Sasaran dari para Capres dan Cawapres tentu tak lain adalah masyarakat sendiri. Dibanding mendengarkan pertarungan elit politik, mereka justru disuruh untuk mendapatkan hati rakyat guna keberhasilan mereka yang 90%. Masyarakat Indonesia yang sosoknya mudah disetir dan digiring dalam pandangan para elit politik, harus bisa dimanjakan semanja-manjanya supaya hati mereka tidak pergi ke lain. Untuk itu, kampanye-kampanye yang diterjunkan harus wow supaya mereka dimabuk senang.
Tapi pada kenyataanya, meski para kalangan elit itu masyarakat juga, mereka tak bisa mengungkiri fakta bahwa jika sudah dimanja maka belum tentu hati menetap. Masyarakat yang memang sepertinya sudah bosan dengan keributan menjelang pilpres memilih memanfaatkan apa yang ada di mata mereka untuk kesejahteraannya. Masalah memilih itu gampang, asal perut kami kenyang, siasat licik nan gokil pun bisa dilakukan. Contohnya misal Capres dan Cawapres melakukan kampanye dan membagikan sembako atau uang maupun material lainnya, mereka datang menghampiri dan mendapatkannya. Dan Ketika Capres dan Cawapres lain juga ikut datang, mereka juga datang dan menghampiri. Namun saat pemilihan berlangsung, apa yang mereka terima dari calon pemimpin yang kemarin berkampanye belum tentu menggerakkan hati mereka.
Pesta demokrasi alias Pilpres tahun 2024 mendatang memang tak sebeda dengan pilpres-pilpres sebelumnya, namun dia unik sekaligus bisa dibilang memantik sesuatu yang baru di sejarah pemilihan presiden Indonesia. Dan reaksi masyarakat justru santai-santai saja sebab yang bertarung itu para elit politik, yang susah dan tidak tidur itu elit politik, bukan mereka. Bagi masyarakat, dibanding ikut memikirkan hal seperti itu terlalu sangat jauh, lebih baik melihat saja siapa yang memang nanti terpilih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H