Kau sembunyi pada warna putih
dengan harum menguasai udara
dalam taman yang timbul tenggelam.
Bertindihan dengan hangat
dan dingin tubuhku,
pemikat gelap waktu yang kelak kupetik
sebagai bunga.
Gunung bergidik tersentuh jemarimu,
meluruhkan tanah yang kuat menopang.
Laut gemetar ditiup sakal, hangat
nafasmu yang menciptakan gemuruh ke bibir pantai.Â
Kaukah maut? Atau hanya bayang-bayang yang kelak mengulurkan tangan? Isyarat panjang yang musti kuterjemahkan.
Maut yang setia pada hidupku.
Maut yang dengan sabar mencintaiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H