Mohon tunggu...
Indah budiarti
Indah budiarti Mohon Tunggu... Guru - https://www.kompasiana.com/indahbudiarti4992

Guru biasa dalam kesederhanaan. Berani mencoba selagi ada kesempatan. Menulis untuk keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

I am Sorry Helen!

4 November 2024   10:40 Diperbarui: 4 November 2024   10:41 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Helen, mengapa kamu ngomel-ngomel tak jelas!" bentakku kepada salah satu murid di kelas ini. Anak perempuan itu baru saja kutegur. Saat kembali ke bangkunya, aku lihat dia mengomel dengan teman di sebelahnya.  Aku yang baru saja meluapkan emosiku kepada semua murid di kelas ini semakin kesal.

Hari itu aku mengajar mata pelajaran bahasa Inggris, di dua jam terakhir. Saat semua orang  sudah mencapai puncak kelelahan. Aku dan murid-muridku harus melewati saat-saat tak nyaman setiap hari Senin. Pukul dua belas lewat tiga puluh menit, waktunya tubuh beristirahat dari berbagai kegiatan sejak pagi.

Entah mengapa juga, hari itu adalah hari yang penuh warna-warna gelap bagiku. Sudah tiga hari belakangan ini aku diterpa sebuah masalah yang tak kunjung usai. Emosi dan gelisah adalah dua hal yang sering mendera hati dan pikiran.

Tidak biasanya aku sebegitu kesal terhadap kelas itu.Semua gara-gara mereka ribut.

Hari-hari kemarin aku selalu mampu melewati jam-jam mengajar dengan penuh suka cita di kelas ini.

Aku dan murid-muridku berbaur dalam kasih dan menyatu dalam ikatan batin. Pembelajaran bahasa Inggris selalu menjadi mata pelajaran yang seru di kelas itu, setiap Senin setelah jam dua belas siang.

"Kalau memang kalian tidak mau belajar, ya tinggal bilang saja sama saya. Saya tidak akan masuk kelas, atau kalian yang keluar kelas!" emosiku semakin menjadi-jadi.

Helen dan teman-temannya terdiam. Mata-mata mereka seakan menanti aksiku selanjutnya. Aku mencoba menghela napas tapi malah rasa sesak yang menghalang.

Helen masih saja mengomel, menggerutu atau apalah itu. Dia seakan tidak takut kalau kumarahi lagi. Hal ini membuat aku semakin kesal. Dia terlalu berani. Dari sikapnya yang balik mengomel setelah kuomeli menunjukkan perlawanan dari dirinya. Aku tak mau tinggal diam, masih dalam keadaan emosi aku memanggilnya.

"Helen, ke sini kamu...cepat!"

Anak perempuan cantik itu awalnya tak beranjak dari bangkunya. Aku memelotinya, dia malah pura-pura tak melihatku. Teman yang duduk di belakangnya mendorong-dorong tubuhnya agar mau berdiri dan menghadapku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun