Gambar yang tertera pada foto di bawah ini adalah kumpulan barang-barang siswa yang tertinggal di sebuah sekolah dasar. Sengaja diletakkan di dalam tempat yang transparan agar mereka dapat melihat barang siapa saja yang tertinggal.Â
Botol air minum, jaket, buku bahkan handphone sering menjadi subyek barang-barang yang tertinggal. Jika barang tersebut tertinggal di dalam laci meja kelas, mungkin masih dapat dimaklumi.Â
Siswa kurang teliti atau buru-buru saat pulang hingga lupa memeriksa laci mereka. Tapi bagaimana jika barang-barang milik mereka tertinggal saat sedang menunggu jemputan, atau ditinggal saat bermain dengan temannya?
Sering saya amati, siswa selalu mengabaikan hal ini. Setelah menggunakan barang-barang pribadi mereka, lalu lupa untuk membawanya pulang. Mereka kerap meninggalkan barang-barang tersebut di sembarang tempat. Terutama saat mereka bermain.Â
Berbagai cara telah dilakukan sekolah ini, namun belum juga berhasil. Hampir setiap hari petugas kebersihan sekolah menemukan barang-barang yang tertinggal hampir di penjuru sekolah. Yang lebih miris adalah mereka tidak pernah mencari kembali barang yang tertinggal itu.Â
Botol air minum yang ketinggalan hari ini, akan diganti dengan yang baru besok. Setiap hari ada saja tabungan yang masuk berupa barang-barang milik siswa di kotak khusus barang yang tertinggal ini.
Beberapa aksi yang diadakan sekolah terkait kelalaian siswa terhadap barang milik pribadi telah dilakukan, seperti mengajak siswa untuk mengumpulkan dan membersihkan barang-barang yang tertinggal tersebut untuk disumbangkan ke panti asuhan atau tempat-tempat yang benar-benar membutuhkan.Â
Sekolah juga pernah mencoba melelang barang-barang tersebut dan hasilnya akan didonasikan untuk yang membutuhkan.Â
Guru juga bertindak untuk menegur anak yang barangnya tidak diambil dalam waktu yang lama. Namun mengapa masih saja kotak khusus barang yang ketinggalan ini masih terisi terus? Setelah penulis teliti, ada faktor dan peranan orangtua dalam hal ini.