Masa pandemi Covid 19 memang telah lama berlalu, namun ada beberapa pengaruh yang masih terjadi dan bahkan menjadi kebiasaan hingga sekarang. Beberapa di antaranya adalah perubahan gaya hidup, bidang kesehatan hingga bidang pendidikan.
Selama masa pandemi tersebut, sekolah -sekolah terpaksa diliburkan dan siswanya belajar dari rumah atau istilahnya belajar secara daring. Hebatnya lagi beberapa aplikasi pembelajaran secara daring bermunculan sehingga mempermudah jalannya kegiatan belajar mengajar dari jarak jauh.
Tidak hanya belajar online, banyak kegiatan lainnya yang juga akhirnya dilakukan secara online semasa pandemi itu. Pengusaha yang melakukan meeting dengan kliennya dengan menggunakan aplikasi zoom atau google meet, pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga medis dan pasien serta banyak lagi.
Menyoroti bidang pendidikan, tentu saja kita tidak ingin anak-anak negeri ini tertinggal dari hilangnya waktu belajar termasuk kegiatan yang merengkuh minat secara kompetitif, contohnya adalah perlombaan yang ternyata juga dapat dilakukan secara online.
Ya, lalu munculah istilah olimpiade online yang mewarnai kegiatan pendidikan kita pada masa belajar daring. Kegiatan ini termasuk efektif karena dapat melatih dan mengukur kemampuan akademik seseorang dari rumah. Mungkin jika pandemi tak menghilang, barangkali sah-sah saja jika olimpiade online ini masih dilaksanakan. Nyatanya, boleh dikatakan kita sudah terbebas dari pandemi Covid 19 ini, namun olimpiade online semakin marak bermunculan dan menggoda para siswa yang benar-benar memiliki kemampuan di bidang akademik untuk menjadi pesertanya.
Awalnya, suatu kebanggaan terpancar apabila berhasil merebut medali emas, perak atau perunggu. Bahkan ada yang sudah merasa senang jika namanya termasuk ke dalam babak final meski tak menang. Apalagi jika membawa nama daerah saat berlaga di tingkat nasional. Saat pandemi merebak dan ketika ia hampir menghilang di muka bumi ini, olimpiade online menjadi suatu kompetisi yang ditunggu-tunggu. Jelas, untuk menghilangkan rasa jenuh dan tentu saja dengan tujuan baik yaitu untuk terus mengaktifkan semangat belajar dan menimbulkan rasa ingin tahu yang luar biasa.
Seperti yang saya tuliskan, bahwa saat masih diberlakukannya belajar daring pandemi Covid 19, menjadi pemenang pada olimpiade  yang dilaksanakan secara online menjadi suatu kebanggaan, termasuk saya. Ya, saat itu saya sempat meraih medali emas pada olimpiade guru tingkat nasional. Sungguh suatu yang tak saya sangka sebelumnya. Banyak apresiasi yang diberikan orang-orang di sekitar saya. Hingga akhirnya saya didaulat sebagai guru berprestasi tingkat kota. Deg! "Bagaimana bisa?" itu lah sekelebat pertanyaan yang muncul pada diri.
Jelas saya senang, namun kekuatiran sempat melintas di dalam pikiran, bagaimana jika kualitas saya akan hal ini benar-benar diperhitungkan? Mungkin ini kebetulan, tapi juga tak bisa terlepas dari usaha saya dalam mengikuti lomba olimpiade guru ini. Jujur, saya memang mengerjakan sendiri tanpa bantuan siapapun. Saya mengerjakannya di rumah, saat kegiatan belajar mengajar daring masih diberlakukan. Jelas saya bangga pada diri sendiri, waktu itu...
Sekarang kegiatan sekolah sudah kembali normal, namun olimpiade online semakin marak bermunculan. Undangannya memenuhi laman sosial media para pemiliknya. Apalagi cara mengikutinya semakin mudah diakses, semua orang bisa mendaftarkan diri sebagai pesertanya.
Hal ini baik sekali, untuk sementara orang tua dan anak-anak bisa merasa lega karena tidak memerlukan waktu dan biaya untuk mengikutinya. Lomba online yang bermunculan tidak hanya olimpiade online saja. Ada lomba bercerita, menyanyi, melukis, pidato, foto dan lainnya. Jika lomba selain olimpiade, peserta harus menampilkan kemampuannya dalam bentuk video atau foto dan dinilai secara objektif. Itu artinya, kemampuan peserta lomba dapat langsung terlihat kualitasnya. Bagaimana dengan lomba olimpiade online yang tak mampu menunjukkan kemampuan pesertanya secara nyata? Apakah kualitasnya betul-betul terjaga?
Fenomena undangan lomba olimpiade secara online yang bermunculan di media sosial sudah sepatutnya disikapi secara baik terutama oleh satuan pendidikan. Perlu dipertimbangkan kembali maksud dan tujuan menyertakan siswa dalam lomba ini. Apakah untuk mencari prestasi yang membawa nama sekolah (satuan pendidikan) menjadi dikenal dan diapresiasi, atau hanya untuk melatih keterampilan para siswa untuk belajar mengukur kemampuan akademik melalui sebuah kompetisi?
Yang lebih menjadi bahan pertimbangan lagi agar sekolah tetap memberikan pendidikan kepada siswanya atau guru, adalah dengan memberikan pendidikan mental dan karakter. Penguatan mental seseorang dapat dilakukan dengan membuat tujuan yang sesuai dengan logika dan realistis. Mengikuti olimpiade online, tak ada salahnya. Namun alangkah baiknya kalau mempertimbangkan beberapa hal antara lain :
- memastikan sumber/penyelenggara yang legal (track record), sertifikat diakui pemerintah (Kemendikbud)
- apakah standar soal telah memenuhi syarat
- bagaimana sistem penyelenggaraan, penyeleksian dan keputusan pemenang
- penjurian
- reward atau apresiasi
Sudah selayaknya kita membuka pikiran dalam menyikapi hal ini. Sekolah harus terus memberikan pemahaman kepada siswa dan guru untuk lebih selektif mengikuti lomba secara online. Ini bukan berarti kita menahan hak seseorang untuk mengikutinya, tapi paling tidak kita sudah berusaha memberi pandangan bahwa untuk menguji kemampuan akademik maupun non akademik harus dilakukan secara logika dan realistis.
Medali emas mencerminkan hasil usaha yang terbaik di antara yang baik, yang tertinggi di antara yang tinggi. Medali bukanlah barang yang dapat dibeli dengan harga tertentu. Medali adalah simbol perolehan prestasi yang hakiki.
Jangan sampai kita biarkan anak/siswa kita mengumpulkan medali emas yang banyak, tanpa kita barengi dengan pendidikan karakter dan mental (berlaku jujur, bertanggung jawab, bernalar kritis dan berpikir logis).
Bagaimana tanggapan kita sebagai peraih medali emas, perak, atau perunggu dalam sebuah kompetisi seperti olimpiade online? Apakah sudah merasa puas dan bangga atau justru semakin penasaran untuk terus mencoba uji kemampuan di bidang ini? Lalu, apakah kita rela mengeluarkan biaya untuk menebus medali yang kita dapatkan dari hasil dan usaha kita? Semoga fenomena ini akan menemukan solusi terbaru dan terbaik guna mencerdaskan generasi bangsa ini. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H