Contohnya, Yanto-Murah hati. Lalu mereka mengumpulkan stik yang telah ditulis di dalam sebuah tempat seperti kotak atau toples. Kemudian satu persatu dari mereka mengambil kembali stik tersebut tanpa melihatnya.Â
Bagi anak yang mendapatkan warna stik yang sama, otomatis menjadi satu kelompok. Setelah mereka terbagi menjadi kelompok dengan stik warna yang sama, mereka diminta untuk berkumpul dan mengenal satu sama lain.Â
Sebelum tugas kelompok dilakukan, masing-masing anggota harus menyebutkan nama teman dalam kelompok beserta kelebihan yang mereka miliki. Dengan begitu, anak akan belajar menghargai dan merasa dihargai.
Mengapa pembagian kelompok kerja murid sangat penting? Jawabannya sederhana, agar tujuan kegiatan ini tercapai. Ada kalanya bagi beberapa guru, hal ini tidak dijadikan beban bagi mereka, bahkan ada yang berpikir seperti ini, "yang penting anak-anak sudah memiliki kelompok dan saya hanya menunggu hasil akhirnya saja."
Jika ada guru yang salah menanggapi kutipan dari Albert Einstein tersebut di atas maka dapat diartikan bahwa guru tidak mengajar murid-muridnya tetapi ia hanya sebagai penyedia tempat saja. Guru melepaskan murid-muridnya melaksanakan tugas dalam kelompok tanpa ada pendampingan, dan akhirnya guru hanya menuntut haknya saja, yaitu hasil kerja para murid.
Belajar dengan berbagai cara dan metode yang berbeda memang tidak membosankan. Apalagi dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka, belajar dalam kelompok  adalah proses anak menuju ke arah melatih kepedulian, empati, kesetiakawanan serta bernalar kritis dan tentu saja menyenangkan.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H