Yanti terpaksa memulung dengan membawa dua anaknya. Di tepi jalan itu, di atas jalur pedestrian. Tenaganya selalu ia sediakan secukup-cukupnya untuk mendorong gerobak dengan dua roda.
Gerobak kayu yang didesain seadanya, dengan penutup dari plastik yang diletakkan di bagian depan gerobak. Tempat ia menaruh si kecil yang baru berumur dua tahun saat tidur atau lelah.
Yanti, perempuan muda berusia sekitar dua puluhan itu datang dari Palembang, tepatnya dari daerah Limo Ulu. Ia berkisah bahwa memulung di kota Jambi terpaksa dilakoni guna menyambung hidup.
Merantau dari Palembang dan menyusul sang suami di Jambi yang juga bekerja sebagai pemulung. Mungkin impiannya mendapatkan kerja yang lebih baik di Jambi. Namun nasib berkata lain.
Saya juga tak ingin menyia-nyiakan waktu untuk menggali lebih dalam mengenai kehidupannya saat ini. Bermodalkan gerobak kayu, Yanti terpaksa mengasuh kedua anaknya di jalanan. Tak peduli panas ataupun hujan.
Jika target memulungnya tak tercapai, Yanti dan pemulung-pemulung dengan gerobak akan mencoba keberuntungannya dengan duduk menunggu di tepi jalan, di atas jalur pedestrian.
Namun jika rezeki datang, mereka akan tersenyum lebar. Ya, akhirnya mereka tak lagi memulung tetapi hanya duduk menunggu uluran tangan orang-orang yang peduli.
Ruas jalan RB Siagian pernah tampak tak cantik saat bulan Ramadhan yang lalu. Bukan hanya satu atau dua manusia gerobak (begitu saya menyebutnya) yang rela menunggu di sepanjang jalan itu. Menunggu sedekah orang-orang yang ingin meningkatkan amal ibadahnya di bulan yang suci itu.
Hampir semua manusia gerobak adalah wanita dan anak-anak di bawah umur. Mereka seakan di paksa dan diekploitasi untuk mendapatkan uang atau makanan. Sungguh, sebuah pemandangan yang membuat hati saya miris saat itu.
"Apakah cukup hasil dari memulung untuk sewa kontrakan?" tanya saya kepada Yanti. Ia masih bisa tertawa saat mendengarnya, "Ya.. saya cukup-cukupkan, ada suami saya juga yang membantu."
Yanti pasti berusaha menutupi kenyataan. Ia sendiri mengakui bahwa hasil dari memulung tak cukup untuk memenuhi makan kedua anaknya.