Mohon tunggu...
Indah budiarti
Indah budiarti Mohon Tunggu... Guru - https://www.kompasiana.com/indahbudiarti4992

Guru biasa dalam kesederhanaan. Berani mencoba selagi ada kesempatan. Menulis untuk keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nilai Sebuah Piala

17 Februari 2021   22:28 Diperbarui: 18 Februari 2021   13:28 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menang, pasti tujuan semua orang yang mengikuti sebuah kompetisi. Juara adalah impian bagi para kompetitor. Segala usaha untuk mencapainya sudah pasti akan dilakukan. Belajar, mencoba, mencari, mengolah, serta melatih kompetensi pada diri. 

Meskipun dalam hati sudah diniatkan untuk tetap lega serta menerima kekalahan jika tidak berhasil. Ada yang menganggap bahwa kekalahan adalah kemenangan yang tertunda, " hmm..setuju gak sih??" atau ada yang bilang, kekalahan saat ini adalah cambuk bagi diri untuk berlatih dan berproses lebih maksimal untuk selanjutnya.

Sore itu aku berada di sebuah toko yang menjual dan menyediakan plakat, kartu nama, piagam, dan piala. Dengan mengantongi uang yang tidak terlalu banyak, aku berkeliling di ruangan yang dipenuhi oleh piala. 

Mataku mencari-cari piala dengan tampilan terbaik tapi dan tentu saja harganya terjangkau. Pilihanku tertuju pada sebuah piala dengan batu keramik di tengahnya, pada ujung atasnya terdapat bulatan dari bahan plastik namun terlihat seperti kaca bening. Cantik, cocok untuk dipersembahkan bagi muridku yang berhasil menjadi juara pada tingkat nasional.

"Kalau yang ini harganya lima ratus ribu, Bu...bahannya bagus dan kuat.." terang si mbak penjaga toko itu. 

"What?!" aku terkejut. Uang dikantongku tak sampai setengah dari harga itu.

"Bagaimana kalau yang ini Bu.. harganya sekitar dua ratus ribu," tawar si mbak manis itu. Ditunjukkannya sebuah piala dengan ukuran tinggi tidak sampai tiga puluh senti, terbuat dari bahan plastik, berwarna keemasan , dan seperti piala pada umumnya. Aku tidak begitu tertarik, karena bentuknya tidak terlalu spesial. Tetapi karena budget yang pas-pasan , piala itu aku pesan. Walaupun bentuknya sederhana, tapi masih bisa menjadi saksi  bukti prestasi muridku.

Piala memang menjadi bukti nyata akan pencapaian sebuah prestasi. Tetapi piala saja tidak cukup untuk mengapresiasi sebuah prestasi. Pengalaman mendapatkan piala pernah aku rasakan. 

Pada lomba yang pertama, aku cukup puas dan bangga dengan bentuk dan penampilan piala yang aku raih. terlihat unik dan memiliki kesan mewah. Tidak seperti piala yang pada umumnya yang bentuknya seperti menara yang menjulang. 

Konon, semakin tinggi ukuran sebuah piala, semakin tinggi tingkat juara yang diraih. Pialaku waktu itu bentuknya menyerupai dua ekor angsa kembar, dan terbuat dari keramik dan campuran kaca. Keren...tak ada duanya. Setelah kutelusuri pada pihak penyelenggara lomba, ternyata harganya hampir empat ratus ribu rupiah. Harga yang cukup fantastis bagi sebuah piala, enam tahun yang lalu.

Kadang, bagi sang juara, sebuah piala saja tidak cukup untuk memberikan rasa puas. Ada yang melengkapinya. Biasanya piagam, lebih puas lagi kalau disertai dengan uang pembinaan, goodie bag, atau voucher belanja dan sejenisnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun