Karya sastra puisi termasuk ke dalam salah satu karya yang paling banyak di kenal oleh masyarakat awam. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa sudah tak asing lagi dengan kehadiran puisi yang berisi sajak-sajak penuh makna di dalamnya. Karya sastra puisi yang muncul akibat ide atau gagasan seorang penyair ini menjadi bukti adanya keindahan bahasa yang bisa dirangkai secara indah dan menawan hati pembacanya. Tak hanya memiliki diksi yang elok saja, karya sastra puisi ini juga membantu para penyair dan tentunya para pembaca untuk mewakili perasaan-perasaan yang sedang mereka alami baik itu perasaan sedih, bahagia, kecewa, bahkan marah. Puisi dianggap sebagai perwakilan suara hati yang mungkin tak bisa diungkapkan secara gamblang dan hanya bisa dipendam di dalam diri. Kehadiran karya sastra puisi yang sudah bertahun-tahun lamanya ini tentu patut diapresiasi. Apresiasi sebuah karya sastra puisi mengandalkan sense of beauty atau tingkat persepsi seseorang atas suatu nilai-nilai estetika. Maka dari itu, terkadang setiap apresiasi antara satu individu dengan individu yang lain bisa saling bersinggungan. Hal ini wajar dan nyata adanya karena sesorang tidak bisa menentukan persepsi ornag lain sesuai dengan kehendaknya.Â
Apresiasi karya sastra puisi dapat didefinisikan lebih jauh lagi sebagai suatu proses yang mencakup pemahaman, penikmatan, dan penghayatan. Apresiasi berlangsung melalui proses mengenal, memahami, menghayati, dan menilai dari suatu hal atau karya yang ada dalam suatu kehidupan. Apresiasi tidak hanya diartikan sebagai kegiatan menilai saja tetapi juga memahami dan menilisik secara utuh mengenai pemaknaan yang ada dalam sebuah puisi. Kegiatan ini memberikan sebuah penghargaan terhadap wujud konkret karya sastra yang ditulis oleh seorang penyair. Berbagai nilai yang ada dalam karya satra puisi dapat ditelaah dan dijadikan sebagai pedoman atau alat untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Salah satu nilai yang dapat ditelaah dalam sebuah karya sastra puisi adalah mengkaji dari segi unsur stilistika dalam puisi.
Stilistika merupakan sebuah wujud dari cara penyair untuk menggunakan sistem tanda yang sejalan dengan gagasan yang akan disampaikan. Singkatnya, unsur stilistika ini mengkaji kompleksitas dan kekayaan unsur pembentuk bahasa yang digunakan dalam sebuah karya sastra puisi. Unsur stilistika menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan dalam puisi selain menjadi pembawa makna juga menjadi suatu keindahan bahasa (Endraswara, 2011: 72) . Tanpa adanya keindahan bahasa yang digunakan, untaian-untaian kalimat dalam puisi akan terasa hambar. Objek yang menjadi sasaran dalam mengkaji unsur stilistika ini adalah karya sastra puisi itu sendiri. Salah satu karya sastra puisi karangan W.S Rendra yang bertajuk "Gugur" dapat dikaji untuk menganalisis gaya ataupun keindahan bahasa yang ada dalam puisi. Puisi yang bercerita tentang perjuangan untuk membela kemerdekaan di Ambarawa ini mengandung berbagai keindahan gaya bahasa dan juga pembawaan makna yang elok untuk dipelajari khususnya dalam pembelajaran apresiasi karya sastra puisi. Bait-bait puisi yang dituangkan dalam puisi "Gugur" ini menggambarkan suasana haru seorang pejuang yang rela mati-matian bercuruan darah demi mempertahankan kemerdekaan di Indonesia. Pilihan kata atau diksi yang digunakan dalam puisi ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi pembelajaran apresiasi karya sastra karena secara unsur stilistika, gaya atau penulisan puisi ini cukup unik dan saling terikat satu sama lain sehingga dapat membuat pembaca tertarik akan puisi yang telah dibuat. Contohnya dapat dilihat pada penggalan bait ini :
Kita bukanlah anak jadah
Kerna kita punya bumi kecintaan.
Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya.
W.S Rendra tak ragu untuk memilah dan memilih kata yang memiliki makna kias sehingga hal ini akan membuat pembaca harus memahami secara mendalam makna dari setiap kalmat yang dituliskan dalam mengapresiasi sebuah puisi. Puisi "Gugur" inipun juga menggunakan kata atau kalimat konkret guna menggambarkan kejadian sebenarnya agar pembaca benar-benar hanyut dalam puisinya. Terbukti pada bait :
 Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya
Bait di atas menggambarkan bahwa seorang pejuang yang terus berjuang meskipun sudah tak lagi belia dan banyak luka dibadannya. Hal ini secara nyata menggambarkan kesengsaraan yang dihadapi pejuang dtengah-tengah perang yang berusaha mempertahankan kemerdekaannya. Unsur stilistika yang juga ditemukan dalam puisi ini adalah adanya penggunaan bahasa figuratif seperti pada kalimat "susah payah maut menjeratnya". Hal ini lah yang menjadi pokok penerapan pembelajaran apresiasi karya sastra puisi. Kita tidak hanya menilai dari segi keindahan bahasanya saja tetapi juga dapat dikaji dari segi diksi, jenis kalimat yang digunakan, dan bahasa-bahasa figuratif yang dipakai. Hal ini berguna untuk memudahkan kita berproses untuk mengapresiasi suatu karya sastra terutama puisi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H