Mari kita bandingkan dengan Singapura, negara yang berada di posisi kedua dalam survei kemampuan pelajar oleh PISA. Di Singapura, guru sangat dihormati dan dihargai. Profesi guru di sana bergaji tinggi, dan persyaratan untuk menjadi guru juga tidak sembarangan. Guru yang berkualitas akan dapat mendidik dan menghasilkan siswa yang berkualitas pula.
Selain kesejahteraan dalam urusan keuangan, pemerintah Indonesia mungkin perlu memikirkan kesejahteraan guru dan murid secara mental. Banyak siswa yang mengalami perundungan di sekolah, namun tidak dibantu dan ditanggapi dengan baik oleh guru bimbingan konseling (BK). Guru BK juga harus ditingkatkan lagi kualitasnya, dan yang bisa menjadi guru BK haruslah seseorang yang benar-benar profesional dalam tugasnya.
Selain guru BK untuk murid, mungkin sekolah juga bisa menyediakan seorang psikolog sebagai fasilitas untuk para guru, karena pasti menjadi guru itu berat. Seorang guru dituntut untuk mendidik para murid yang sedang berada di masa pubertas, masa di mana para remaja tersebut sering mengalami pergolakan dalam dirinya sehingga juga berpengaruh pada orang-orang di sekitarnya. Beban tanggung jawab dalam membimbing para murid mungkin memicu stress pada guru, dan dengan disediakannya psikolog di sekolah-sekolah, masalah ini mungkin bisa teratasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H