Mohon tunggu...
Indah Amalia
Indah Amalia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tertarik mengulas permasalahan terkait dengan ilmu-ilmu psikologi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kisah Inspiratif Para Tokoh Islam Sebagai Intervensi Anak Dengan Disabilitas Intelektual atau Tunagrahita

30 Desember 2024   13:05 Diperbarui: 30 Desember 2024   13:05 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah Insiratif. Setiap anak terlahir dengan potensi luar biasa, meskipun cara mereka belajar, berkembang, dan berinteraksi dengan dunia berbeda-beda. Anak dengan tunagrahita, atau disabilitas intelektual, adalah bukti nyata bahwa setiap individu memiliki keistimewaan unik. Meskipun mereka mungkin tidak menunjukkan kemajuan yang cepat seperti anak pada umumnya, dengan pendekatan yang tepat, potensi mereka dapat digali dan dikembangkan secara optimal.

Anak  disabilitas intelektual atau tunagrahita adalah kondisi di mana seseorang mengalami keterbatasan dalam fungsi intelektual dan adaptif. Di Indonesia, sekitar 1-3% dari populasi atau sekitar 6,6 juta orang mengalami disabilitas intelektual. Mayoritas (85%) berada dalam kategori ringan, sementara sisanya tersebar di kategori sedang, berat, dan sangat berat. Anak laki-laki cenderung lebih banyak mengalami tunagrahita dibandingkan anak perempuan, dengan tingkat penyebaran 0,78% pada laki-laki dan 0,63% pada perempuan. Anak tunagrahita kategori ringan memiliki tingkat kecerdasan berkisar 50-70, yang ditandai dengan kemampuan untuk melakukan penyesuaian sosial secara luas, namun dalam proses penyesuaian sosial anak mengalami keterlambatan dalam bidang keterampilan sosial, yang menyebabkan anak mengalami ketidakmampuan untuk mengelola emosi dengan baik.  

Ada beberapa keterampilan sosial yang menjadi tolak ukur yang dimiliki oleh seorang anak, yaitu kemampuan saling memberi dan saling menerima, keinginan untuk membina hubungan dengan orang lain, merasa tenang dan nyaman ketika berada dalam interaksi sosial, memiliki harapan positif mengenai interaksi sosial. Sehingga  salah satu strategi yang bisa digunakan untuk membantu mengembangkan keterampilan sosial adalah dengan diberikannya layanan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan dan karaktersitik anak. Salah satu cara kreatif dan bermakna untuk meningkatkan potensi keterampilan sosial mereka adalah melalui pembelajaran yang terinspirasi dari perjuangan para tokoh Islam.

Kisah tokoh-tokoh Islam seperti Nabi Muhammad SAW, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, dan lainnya mengandung nilai-nilai universal, seperti kejujuran, kesabaran, tanggung jawab, dan empati. Nilai-nilai ini dapat dijadikan contoh konkret untuk anak-anak dengan tunagrahita ringan karena:

  • Sederhana dan mudah dipahami: Cerita-cerita ini dapat disederhanakan agar sesuai dengan kemampuan anak.
  • Inspiratif: Anak dapat belajar bagaimana tokoh-tokoh ini mengatasi tantangan dengan cara yang positif.
  • Mengajarkan interaksi sosial: Banyak cerita yang berisi contoh interaksi yang menunjukkan penghormatan, kerja sama, dan cinta kasih kepada sesama.

Dalam meningkatkan keterampilan sosial anak dengan disabilitas ini adalah dibutuhkan sebuah metode pembelajaran seperti;

  • Storytelling (Mendongeng)
    Guru atau orang tua dapat menceritakan kisah tokoh Islam menggunakan media visual atau audio. Misalnya, kisah Nabi Muhammad SAW yang membantu seorang nenek tua membawa barang-barangnya mengajarkan tentang empati dan kepedulian.
  • Role Play (Bermain Peran)
    Anak-anak dapat diajak memerankan tokoh-tokoh dalam cerita. Contohnya, mereka bisa mempraktikkan bagaimana Umar bin Khattab memberikan keadilan kepada rakyatnya. Kegiatan ini membantu anak memahami interaksi sosial secara langsung.
  • Kegiatan Kelompok
    Dalam kelompok kecil, anak-anak bisa diajarkan untuk bekerja sama melalui permainan yang terinspirasi dari nilai-nilai Islam, seperti membantu teman dalam kesulitan, seperti yang diajarkan dalam kisah persaudaraan kaum Muhajirin dan Anshar.
  • Media Visual dan Audio
    Video animasi atau gambar-gambar tokoh Islam bisa digunakan untuk memperjelas cerita. Media ini membantu anak tunagrahita ringan yang lebih mudah memahami informasi melalui gambar dan suara.

Tentu saja kisah-kisah para tokoh islam mampu memberikan manfaat dalam meningkatkan keterampilan sosial anak disabilitas intelektual atau tunagrahita ini terutama dalam hal:

  • Komunikasi: Anak belajar menyapa, berbicara sopan, dan memahami aturan berbicara bergantian.
  • Kerja sama: Anak diajarkan pentingnya saling membantu dan bekerja dalam tim.
  • Mengelola emosi: Anak dapat memahami pentingnya sabar dan pengendalian diri dalam situasi tertentu.
  • Kemandirian: Inspirasi dari tokoh-tokoh Islam juga mendorong anak untuk lebih percaya diri dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Kesimpulan

Melalui kisah perjuangan para tokoh Islam, anak-anak dengan tunagrahita ringan dapat belajar nilai-nilai positif yang secara bertahap meningkatkan keterampilan sosial mereka. Dengan pendekatan yang tepat, mereka tidak hanya mampu beradaptasi dengan lingkungan sosialnya, tetapi juga tumbuh menjadi individu yang mandiri dan penuh empati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun