Mohon tunggu...
indah saptorini
indah saptorini Mohon Tunggu... -

seorang ibu, alumni FH Undip, bekerja untuk sebuah serikat buruh di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ngga Punya Kartu Kredit!! So What Gitu Lhooo

7 Desember 2009   12:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:02 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

barangkali saya adalah salah satu orang yang langka dalam dunia pemilikan kartu kredit, iya sampai hari ini, saya tidak punya satu kartu kredit pun dari bank manapun...menyedihkan ya. bukan, awalnya bukan karena saya menolak kartu kredit, namun rentetan peristiwa yang kurang mengenakkan menjadikan saya sampai pada satu kesimpulan bahwa saya memang tidak ingin punya kartu kredit sama sekali.

kalo dipikir-pikir mungkin sudah lebih dari 5 kali saya ditawarkan untuk membuat kartu kredit oleh beberapa bank. yang paling sering, petugas bank menelepon dan menawarkan produknya pada saya dengan hanya fotokopi KTP dan slip gaji saya sudah bisa dapatkan kartu kredit. saya pikir-pikir, wah mudah juga, akhirnya saya ikuti saja keinginan sang sales. tiba giliran wawancara via telpon, dan setelah itu saya tidak pernah dihubungi lagi - mungkin inilah penyebab mengapa saya selalu ditolak untuk membuat kartu kredit- ya, saya tidak bisa berbohong dalam proses wawancara. pertama, saya tentu saja tidak bisa berbohong soalapa jenis pekerjaan saya. sebagai pekerja sosial di sebuah serikat buruh tentu terasa "lebih harus diwaspadai" keuangannya ketimbang misalnya saya tercatat sebagai seorang pegawai di perusahaan X yang menerima upah dan tunjangan-tunjangan. Beberapa teman mengatakan dan sales nya juga, bilang bahwa penghasilan nya di gedein aja bu, nanti kalo wawancara ibu bilang gajinya sekian, atau di lain waktu, ada sales yang bilang, nanti kalo ditanya pekerjaan bilang aja ibu kerja di perusahaan X (lah gimana bisa, lha wong saya kerjanya di serikat buruh koq dibilang di perusahaan)

kedua, -kalo alasan yang ini adalah analisa subjektif kawan saya, di KTP saya tertulis, pekerjaan: Advokat" wah..wah officum nobile ini katanya pihak-pihak yang paling diwaspadai dalam kepemilikan kartu kredit, punya kans besar untuk memperkarakan bank dan ngemplang kartu kredit..walah..walah.. sehingga teman saya bilang, elo sih di KTP, advokat...wah

tak kapok gagal, saya pernah nekad coba lagi untuk apply kartu kredit, wah ternyata hasilnya sama, tetap ditolak...kegagalan yang sungguh terlalu... akhirnya saya sampai kesimpulan, saya benar-benar tak ingin punya kartu kredit. sekali waktu, saya pernah mendampingi seseorang di pengadilan pidana, gara-gara ia didakwa membuat KTP Palsu untuk apply kartu kredit, bayangkan, dia mempunyai 13 kartu kredit, dan antara satu kartu dan lainnya digunakan untuk saling menutup utang-utangnya. dia akhirnya di vonis 1 tahun penjara dan harus dipecat dari pekerjaannya...

kadang banyak teman menasihati saya, kartu kredit itu perlu, kalo lagi darurat. cukup punya 1 aja. tapi apa lacur, teman saya awalnya punya 1 kartu, belum ada setahun kartunya sudah jadi 5 dengan pagu kredit yang macam-macam nilainya...

jadi ngga punya kartu kredit, so what gitu lho...

tetap bahagia, walau ngga punya kartu kredit.salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun