Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjelaskan bahwa di tahun 2021, pemerintah telah memproyeksikan tambahan empat smelter baru yang beroperasi, sehingga totalnya ada 23 unit smelter. Dan diharapkan, target di tahun 2024 mendatang dimana Indonesia akan memiliki 53 smelter yang sudah beroperasi dapat terwujud. Kedepannya, terdapat 4 smelter tembaga, 30 smelter nikel, 11 smelter bauksit, 4 smelter besi, 2 smelter mangan, dan 2 smelter timbal dan seng.
Bukan berarti dengan berjalannya smelter tersebut perjalanan Indonesia mulus-mulus saja. Batu kerikil yang saat ini dihadapi kita adalah kabar perusahaan otomotif Tesla inc yang sebelumnya digembar-gemborkan akan membangun pabrik baterai EV di Indonesia malah berpindah haluan ke India. Mengapa demikian?
Kepala Center of Industry, Trade, and Investment (INDEF), Andry Satrio Nugroho menjelaskan bahwa melimpahnya bahan baku bukan satu-satunya yang menjadi pertimbangan dalam membuat pabrikan mobil listrik melainkan juga pada lingkungan, sosial, dan tata kelola ESG (environmental, social, and governance) serta kemampuan hilir. Sayangnya, Indonesia dinilai belum siap untuk investasi berkualitas dengan ESG sebagai perhatian utamanya.
Sementara Bangalore, yang disebut sebagai kota paling hijau di India menjadi alasan perusahaan besutan Elon Musk tersebut memilih India untuk membangun pabrik mobil listrik.
Melihat kejadian ini,
kesadaran dalam menjaga lingkungan dari dampak pabrik mobil tersebut tidak boleh di rem. Benar, kan? Kita tidak berharap investor asing asingnya menjadi ragu untuk datang ke Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H