Mohon tunggu...
Indah Dwi Rahayu
Indah Dwi Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Semesta Membaca Tinta yang Tertoreh

If I might share my opinion, this world is hell, and our task is to create our own heaven - Eka Kurniawan, Beauty Is a Wound.

Selanjutnya

Tutup

Money

Potensi Indonesia: Setelah Emas Freeport, Nikel pun Jadi

14 Desember 2020   16:35 Diperbarui: 14 Desember 2020   16:44 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.dw.com/

Pertambangan emas Freeport Indonesia di Papua sedang menjadi perbincangan hangat. Setelah sepakat untuk membangun pabrik peleburan atau smelter di Indonesia dan bekerjasama dengan Tsingshan Steel, kini Freeport Indonesia menjadi isu besar bagi bos besar BKPM. 

Adalah Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, yang mengungkapkan kondisi tambang emas Freeport Indonesia yang berlokasi di Papua tersebut. Mulanya, Bahlil menjelaskan bahwa pertambangan menjadi isu yang begitu besar. Pasalnya, kekayaan Indonesia yang melimpah dikatakannya memiliki kekurangan dalam ketersediaan data. 

Menurutnya, dirinya harus menyampaikan kondisi objektif Indonesia saat ini. “Indonesia sebenarnya kaya dengan sumber daya alam, namun kita sendiri tidak memiliki data secara total, secara penuh tentang kekayaan kita itu seperti apa cadangannya,” paparnya. 

Bahlil berpendapat bahwa tambang emas Freeport Indonesia sebenarnya hampir layu. Oleh karena itu, Indonesia kini mulai beralih ke sumber daya alam lainnya, salah satunya adalah nikel

Berdasarkan data BKPM, Bahlil memaparkan bahwa 25% dari total cadangan nikel dunia ada di Indonesia. Nikel berpotensi menjadi komoditas yang akan turut menyokong roda perekonomian Indonesia. Melalui nikel, pemerintah sedang mengembangkan hilirisasi dengan membangun industri baterai kendaraan listrik atau lithium-ion. 

"Nah kita lagi dorong sekarang adalah bagaimana melakukan hilirisasi secara menyeluruh untuk pembangunan baterai mobil di Indonesia," tutupnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun