Pertambangan emas Freeport Indonesia di Papua sedang menjadi perbincangan hangat. Setelah sepakat untuk membangun pabrik peleburan atau smelter di Indonesia dan bekerjasama dengan Tsingshan Steel, kini Freeport Indonesia menjadi isu besar bagi bos besar BKPM.
Adalah Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, yang mengungkapkan kondisi tambang emas Freeport Indonesia yang berlokasi di Papua tersebut. Mulanya, Bahlil menjelaskan bahwa pertambangan menjadi isu yang begitu besar. Pasalnya, kekayaan Indonesia yang melimpah dikatakannya memiliki kekurangan dalam ketersediaan data.
Menurutnya, dirinya harus menyampaikan kondisi objektif Indonesia saat ini. “Indonesia sebenarnya kaya dengan sumber daya alam, namun kita sendiri tidak memiliki data secara total, secara penuh tentang kekayaan kita itu seperti apa cadangannya,” paparnya.
Bahlil berpendapat bahwa tambang emas Freeport Indonesia sebenarnya hampir layu. Oleh karena itu, Indonesia kini mulai beralih ke sumber daya alam lainnya, salah satunya adalah nikel.
Berdasarkan data BKPM, Bahlil memaparkan bahwa 25% dari total cadangan nikel dunia ada di Indonesia. Nikel berpotensi menjadi komoditas yang akan turut menyokong roda perekonomian Indonesia. Melalui nikel, pemerintah sedang mengembangkan hilirisasi dengan membangun industri baterai kendaraan listrik atau lithium-ion.
"Nah kita lagi dorong sekarang adalah bagaimana melakukan hilirisasi secara menyeluruh untuk pembangunan baterai mobil di Indonesia," tutupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H