Mohon tunggu...
Indah Febriyanti
Indah Febriyanti Mohon Tunggu... Guru - Sarjan Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia

Indah Febriyanti lahir di Demak, dan memiliki minat mendalam di bidang pendidikan, terutama dalam pemahaman latar belakang peserta didik dan pengembangan metode pengajaran. Saat ini, Indah aktif mengikuti program Pendidikan Profesi Guru (PPG) sebagai calon guru. Saya juga telah membuat buku berjudul Buku Pengayaan Teks Eksposisi untuk peserta didik kelas X. Informasi lebih lanjut, dapat mengunjungi Instagram: @Indahfebriyant_.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kebijakan Zonasi dan Implikasinya pada Keragaman Siswa serta Pencapaian Kurikulum Pendidikan

1 November 2024   22:40 Diperbarui: 1 November 2024   22:43 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kebijakan zonasi diterapkan secara nasional sejak tahun 2017 dengan tujuan meratakan akses pendidikan. Meskipun demikian, pelaksanaan kebijakan ini memunculkan tantangan, terutama bagi siswa berkemampuan tinggi yang ditempatkan di lingkungan belajar yang kurang mendukung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kebijakan zonasi terhadap pengembangan potensi siswa berprestasi, dengan fokus pada bagaimana kebijakan ini mempengaruhi motivasi belajar dan pencapaian akademik siswa. Berdasarkan teori Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development) yang dikemukakan oleh Vygotsky (1978) dan pendapat Schunk & Pajares (2005), siswa berprestasi tinggi menunjukkan motivasi yang lebih tinggi ketika lingkungan belajar mereka menantang dan mendukung kompetensinya. Ketiadaan dukungan ini dapat menyebabkan penurunan motivasi dan prestasi akademik mereka.

Tantangan Siswa Berprestasi dalam Sistem Zonasi

Dalam wawancara mendalam dengan siswa SMA kelas X di Semarang yang terpaksa mendaftar di sekolah non-favorit akibat sistem zonasi, tiga dari empat siswa berprestasi tinggi merasa tidak mendapatkan lingkungan belajar yang memadai. Sebagian siswa menyebutkan bahwa rekan sekelas mereka hanya "sekadar datang dan pulang tanpa motivasi belajar," yang menunjukkan lemahnya motivasi internal siswa lain. Menurut Affan, salah satu siswa, suasana kelas menjadi kurang kondusif karena mayoritas siswa tidak memiliki dorongan belajar yang serius. Fenomena ini menjadi tantangan tersendiri bagi siswa yang termotivasi untuk mencapai potensi akademik penuh di tengah situasi yang tidak mendukung.

Junaedy et al. (2021) menyoroti bahwa sebagian besar sekolah di wilayah pinggiran atau non-favorit menghadapi keterbatasan sumber daya dan fasilitas pembelajaran yang optimal. Fasilitas sekolah, seperti pendingin udara (AC), menjadi faktor yang mempengaruhi kenyamanan siswa dalam belajar. Menurut Affan dan Rachel, ruangan kelas yang panas membuat mereka sulit berkonsentrasi.

Persepsi Orang Tua Terhadap Keadilan Kebijakan Zonasi dan Dampaknya pada Motivasi Siswa Berprestasi

Hasil forum diskusi online dan wawancara dengan orang tua menunjukkan kebijakan zonasi menimbulkan beragam persepsi terkait keadilan. Banyak orang tua merasa kebijakan ini tidak adil karena anak-anak mereka, yang memiliki prestasi dan motivasi tinggi, tidak dapat diterima di sekolah yang mereka anggap lebih mendukung potensi akademik anak-anaknya. Hal ini sejalan dengan Teori Keadilan (Equity Theory) yang dikemukakan oleh Smith dan Johnson (2023), di mana individu merasa termotivasi ketika hasil yang diperoleh sesuai dengan usaha mereka. Orang tua dan siswa berprestasi tinggi sering merasa bahwa kebijakan zonasi mengabaikan upaya akademik mereka, sehingga kesempatan bersekolah di lingkungan yang mendukung tidak diraih secara proporsional.

Penelitian Aditomo dan Faridz (2019) menemukan bahwa persepsi terhadap kebijakan zonasi sering kali dipengaruhi oleh latar belakang ekonomi dan sosial. Orang tua dari kalangan menengah ke bawah lebih menerima kebijakan ini sebagai bentuk pemerataan, sedangkan orang tua siswa berprestasi tinggi menganggapnya kurang mengakomodasi kebutuhan akademik anak mereka.

Dalam kebijakan zonasi, Teori Harapan (Expectancy Theory) yang dikemukakan oleh Vroom (1964) menjelaskan bagaimana siswa berprestasi tinggi kehilangan motivasi ketika merasa bahwa usaha mereka tidak menghasilkan manfaat seperti yang diharapkan, misalnya kesempatan belajar di sekolah favorit. Teori Atribusi yang dikemukakan oleh Weiner (1985) juga menjelaskan bahwa siswa yang merasa kurang didukung cenderung menganggap kegagalan mereka sebagai akibat dari faktor eksternal, seperti ketidakadilan dalam sistem zonasi. Siswa yang tidak mendapatkan dukungan yang memadai cenderung merasa frustrasi, yang dapat mengurangi semangat belajar mereka dan menghambat mereka dalam mencapai target kurikulum yang telah ditetapkan.

Salah satu siswa yang diwawancarai menyatakan bahwa ketidakmampuan untuk masuk ke sekolah yang diinginkan menyebabkan mereka menyalahkan sistem zonasi, yang pada akhirnya menurunkan motivasi belajar. Fajar Sidik (2024) dalam studinya menemukan bahwa 75% siswa berprestasi tinggi yang merasa tidak ditantang secara akademis menunjukkan penurunan motivasi setelah ditempatkan di lingkungan yang kurang mendukung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan zonasi, meskipun bertujuan baik, memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap motivasi belajar siswa berprestasi. Faktor-faktor seperti lingkungan sekolah yang kurang mendukung, pengaruh teman sebaya, keterbatasan fasilitas, dan metode pengajaran yang kurang sesuai dengan kebutuhan siswa berprestasi turut memperparah situasi (Murni & Haritani, 2024). Kebijakan ini membatasi pilihan siswa, sehingga mereka tidak dapat memilih sekolah yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Akibatnya, siswa merasa kurang termotivasi dan mengalami penurunan prestasi akademik. Selain itu, fokus kebijakan zonasi yang lebih pada pemerataan akses daripada peningkatan kualitas juga berpotensi menurunkan standar pendidikan secara keseluruhan (Murni & Haritani, 2024). Hal ini menggarisbawahi pentingnya menciptakan lingkungan akademik yang mampu memelihara motivasi siswa berprestasi tinggi.

Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Rekomendasi Kebijakan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun