Mohon tunggu...
Indah Nurat
Indah Nurat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Perawat

Ora Et Labora

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Faktor Risiko Penyebab dan Pencegahan Kanker

11 Juni 2024   10:00 Diperbarui: 11 Juni 2024   11:35 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Faktor lainnya yaitu hormon, merupakan protein yang berperan dalam perkembangan dan fungsi berbagai organ. Pada saat yang sama, hormon juga berpeluang menjadi faktor risiko kanker baik endogen maupun eksogen. Hormon estrogen dikaitkan dengan risiko kanker payudara, kanker endometrium, kanker tiroid, dan kanker testis (kanker intrauterin). 

Hormon progesteron untuk kanker ovarium dan payudara Hormon FSH pada kanker ovarium Hormon dihidrotestosteron pada kanker prosta serta hormon TSH pada kanker tiroid (Henderson & Feigelson, 2000). Konsumsi hormon steroid, terapi hormone replacement dan kontrasepsi oral yang terdiri dari estrohen murni, dapat memengaruhi proliferasi sel sehingga meningkatkan risiko kanker berbasis hormon (Chen, 2008).

Faktor Risiko Kanker yang Dapat Dihindari terdiri dari Infeksi, Diit, Obesitas, rokok, alkohol, Zat kimia dan polusi (Noorwati, 2022). Faktor infeksi memainkan peran utama dalam perkembangan kanker. Kanker yang berhubungan dengan penyakit menular tiga kali lebih umum terjadi di negara-negara berkembang dibandingkan di negara-negara maju, dan kematian akibat kanker yang berhubungan dengan infeksi dilaporkan sebesar 15-20% (Anand P, dkk 2008). 

Lebih dari 95% kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV), dalam hal ini, yaitu HPV 16 dan 18 (WHO, 2022). Sebanyak 56% kasus kanker hati di dunia disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B dan 20% lainnya disebabkan virus hepatitis C (Maucort, dkk. 2018). 

Baik HPV dan virus hepatitis B memiliki vaksin yang efektif mencegah infeksi. Untuk mengembangkan kebiasaan gaya hidup sehat, penting juga bagi masyarakat untuk memberikan edukasi mengenai penularan virus pada manusia, misalnya dengan berganti pasangan. 

Selain itu, para peneliti telah lama  menduga bahwa pola makan mempunyai dampak signifikan terhadap pertumbuhan kanker. Kematian kanker akibat pola makan dilaporkan sebesar 30-35% terjadi secara global dan diestimasikan seharusnya dapat dicegah dengan pola makan yang tepat, aktivitas fisik, serta berat badan yang cukup (Donaldson, 2004). 

Berbagai jenis makanan dan  pengolahannya ditemukan berhubungan dengan perkembangan kanker, termasuk konsumsi daging merah, daging olahan, makanan yang diawetkan, makanan yang dimasak dengan suhu tinggi, dan konsumsi alkohol menjadi perhatian. Pola makan yang tidak seimbang pada akhirnya dapat memicu terjadinya obesitas. 

Menurut IARC, terdapat bukti ilmiah yang meyakinkan bahwa obesitas dikaitkan dengan peningkatan risiko  13 jenis kanker. Pada orang yang kelebihan berat badan atau obesitas, peningkatan BMI sebesar 5 kg/m2  meningkatkan risiko kanker kolorektal sebesar 5%  dan  kanker endometrium hingga 50% (Lauby, 2016). Lemak visceral secara terus-menerus mensekresi asam lemak bebas / free fatty acid, molekul proinflamasi, faktor pertumbuhan, estrogen, hormon dan adipokin yang berkontribusi terhadap perkembangan penyakit, termasuk kanker. 

Rokok meningkatkan risiko mencakup hingga 16 jenis kanker (Cogliano, 2011). Negara kita saat ini merupakan salah satu negara dengan jumlah perokok aktif tertinggi di dunia, dimana jumlah perokok aktif mencapai 28,96% dari penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas. 

Menurut data WHO dari Indonesia, 22,5% kematian akibat kanker disebabkan oleh konsumsi rokok (WHO, 2022). Hal ini sesuai dengan penelitian yang menunjukkan kematian kanker di dunia akibat rokok sebesar 25-30%. Berdasarkan sebuah meta-analisis, perokok berisiko hampir 9 kali lipat lebih tinggi menderita kanker paru, yaitu kanker dengan mortalitas tertinggi (Gandini, 2008). 

Rokok mengandung lebih dari 5.300 bahan, lebih dari 70 di antaranya bersifat karsinogeni. Rokok menyebabkan perubahan besar pada jaringan sel pulmoner yang menginduksi karsinogenesis, memicu kadar spesies oksigen reaktif yang tinggi dan menyebabkan gangguan dalam fungsi sel epitel dan endotel serta inflamasi (Walser, dkk. 2008). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun