Karakteristik kualitatif pelaporan keuangan sebagai studi tanda dalam artikel ini secara metaforis berhubungan dengan bangunan Lawang Sewu sebagai simbol, yang kembali membentuk hubungan dengan objek tanda lain yang melahirkan makna lain. Tanda[1]tanda laporan keuangan dan lawang sewu dicocokkan sehingga penandanya dapat diperbaiki dengan jelas dan tidak kehilangan arti sebenarnya bagi orang-orang yang mengutamakan kepentingannya sendiri dalam menghadapi dunia global.
Karakteristik kualitatif laporan keuangan dalam kerangka konseptual menganut ceteris paribus. Artinya walaupun telah banyak terjadi kegagalan usaha dan kesulitan keuangan asumsi tersebut akan selalu tetap ada, dimana entitas akan selalu melakukan pelaporan keuangan yang baik dan entitas akan selalu mengungkapkan segala bentuk informasi yang akan disampaikan kepada pemangku kepentingan lainnya. Pelaporan keuangan merupakan visi yang akan terus dijalankan oleh suatu entitas sebagai kewajiban untuk menyampaikan informasi tentang kondisi keuangannya. Misi pelaporan keuangan adalah untuk menciptakan standar etika yang sesuai untuk pelaporan berdasarkan kerangka konseptual. Hal ini dimaksudkan agar informasi yang disampaikan tidak menyesatkan para pengguna laporan keuangan pernyataan.
Istilah konotasi digunakan untuk merujuk pada sosial budaya dan asosiasi dengan ideologi tanda. Ini biasanya terkait dengan kelas juru bahasa, jenis kelamin, dan sebagainya. Masuk menurut Barthes lebih banya polemik dalam konotasinya daripada denotasinya Ini adalah definisi kode yang diusulkan Barthes dalam urutan kedua drai makna:
- Kode hermeneutik terdiri dari semua unit yang berfungsi untuk diartikulasikan dalam berbagai cara pertanyaan, tanggapannya, dan ragam peristiwa kebetulan yang dapat merumuskan pertanyaan atau menundanya awaban, atau bahkan, merupakan teka-teki dan mengarah pada solusinya.
- Kode semantik adalah kode konotasi yang menggunakan petunjuk atau kedipan makna yang dihasilkan dari penanda tertentu. Ketiga adalah simbolis kode kode pengelompokan atau konfigurasi yang dapat dikenali diulang secara teratur dalam berbagai mode dan dengan berbagai cara di teks, yang pada akhirnya menghasilkan sosok dominan di karpet.
- Kode lainnya adalah kode naratif/proairetik. Narasi atau proaretik kode adalah kode tindakan yang diturunkan dari konsep proaresis, yaitu kemampuan secara rasional adalah untuk menentukan hasil dari suatu tindakan, dan ini kode juga diwujudkan dalam urutan seperti leksia.
- Kode terakhir yang disebut Barthes sebagai kode budaya, yaitu kode bermanifestasi sebagai gnomik, kolektif, anonim, dan berwibawa suara yang berbicara untuk dan tentang apa yang ingin ditetapkan sebagai pengetahuan atau kebijaksanaan yang diterima.
Terima kasih
Referensi:
Bartens, K. (2000). Pengantar Etika Bisnis. Kanisius, (Yogyakarta).
Barthes R. (2011). Mitologi. Kreasi Wacana, Bantul.
Barthes, R., (1977). Introduction to the structural analysis of narratives, image, music, text, Fontana Press, London, 79-124, translated by Heath, Stephen.
Barthes, Roland. 1970. S/Z. Paris: Editions du Seuil.
Barthes, Roland. 1985. L'Aventure Smiologique. Paris: Editions du Seuil
Bertens, K. 2011. Etika. Jakarta: Gramedia