Mohon tunggu...
Ann Revano
Ann Revano Mohon Tunggu... Human Resources - Melabuh Menembus Imajinasi Dini

Pekerja │ Single Parent │ Perempuan Peka Pecandu Kopi Hitam Tanpa Gula │ Si Kaum Kalajengking Yang Senang Menyendiri dan Bersembuyi Dalam Cangkang Rahasianya │ Penyuka Diskusi Tentang Tuhan dan Kehidupan │ Pemilik Mimpi 'Suatu Hari Menjadi Penulis Novel'

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sepucuk Surat untuk Rein

20 Oktober 2020   11:02 Diperbarui: 20 Oktober 2020   11:13 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tanpa ragu dan mendung yang menggelayuti 

-Nuke - 

Lalu Nuke memanggil seorang pelayan di resto untuk meminta tolong memberikan surat itu pada Rein di balik ruang berkaca sambil menyelipkan selembar uang kepada pelayan tersebut. Nuke sudah berpesan agar pelayan itu tidak memberitahukan keberadaanya di meja itu. 

Nuke bisa melihat dari kejauhan Rein dan orang tuanya tengah berpelukan haru setelah panggilan suara di speaker meminta para penumpang segera masuk ke dalam boarding room. Lalu Nuke pun melangkah berjalan menuju pintu lobby keluar untuk mencari taxi yang mengantarnya pulang tanpa menunggu reaksi Rein setelah menerima suratnya itu.

Sementara Rein yang tengah berdiri di pintu menuju boarding room menerima surat itu dengan rasa heran. Begitu ia membacanya, dengan cepat ia melangkah setengah berlari mencari keberadaan Nuke di luar ruangan berkaca. Lalu dari pintu masuk terlihat seorang wanita muda lari tergopoh gopoh menghampiri Rein yang tengah berdiri mengarahkan pandangannya ke pintu keluar.

"Maaf mas aku terlambat, tadi macet sekali di jalan..bapak ibu di mana.. kamu segera berangkat kan? ini kue kering kesukaan kamu untuk bekal sebulan selama di Amsterdam, aku yang membuatnya sendiri.." ujar wanita itu sambil menyerahkan tas kue yang di tentengnya. Dan Rein pun menerima dengan tatapan kosong.

"Terima kasih Mira.. iya aku segera berangkat..bapak ibu masih di ruang tunggu," lalu Rein pun menggandeng tangan Mira, anak kolega ayahnya yang tiga bulan lalu dijodohkan dengannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun