Mohon tunggu...
Indah Kania
Indah Kania Mohon Tunggu... -

my previous account http://www.kompasiana.com/indah_ainia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dahsyatnya Status Seorang Guru di Mata Siswa

11 Februari 2016   14:54 Diperbarui: 11 Februari 2016   20:38 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan sangat menarik ketika menyadari bahwa sedikit banyak apa yang seorang guru bicarakan maupun apa yang akan mereka lakukan akan menjadi sebuah sugesti bagi para siswa, walaupun tak jarang ada siswa yang tak menghiraukan atau bahkan menyangkal apa yang disampaikan oleh guru.

Tapi terlepas dari itu semua, memiliki status sebagai orang tua secara formal disekolah merupakan poin plus bagi seorang guru sekolah.. Mereka bukan hanya bisa menginternalisasi ilmu yang telah terkonstruksi sebelumnya dalam RPP ataupun silabus, tetapi juga dapat memanfaatkan situasi untuk membangun karakter siswa..

Walaupun saya masih berstatus sebagai calon pendidik profesional, saya bersyukur berkesempatan untuk dapat menjadi seorang guru les/bimbel. Dengan demikian, secara tidak langsung saya juga berkesempatan mensugesti mereka untuk memperhatikan hal kecil yang diharapkan berkontribusi bagi pengembangan karakter mereka.

Misalnya saja saya selalu menekankan ke 20 siswa bimbel saya untuk datang tepat waktu. Bukan suatu pemaksaan, melainkan ingin menumbuhkan kesadaran bagi mereka untuk menghargai waktu dan juga menghargai orang lain.. Walaupun bimbel bukanlah lembaga formal, tapi sikap dan perilaku harus tetap dijaga.. Jangan sampai karakter umum orang Indonesia yang gemar ngaret menjadi panutan bagi generasi muda termasuk siswa-siswa les saya ini..

Tak sampai disitu, saya juga sangat menekankan bagi siswa2 saya untuk tidak berbicara kotor ataupun mengejek temannya.. Ketika siswa satu telah akrab dengan siswa lainnya, maka mereka tak akan sungkan untuk meluapkan kata-kata yang kurang bersahabat ditelinga.. Sontak, saya tidak akan tinggal diam ketika mereka berdalih keceplosan untuk mengucapkan kata2 yang tak diharapkan itu..

Saya secara konsisten mengingatkan mereka untuk tak mengulangi perbuatannya.. Dengan begini, lambat laun, tak hanya saat les saja mereka dapat menjaga perkataannya, melainkan akan terbiasa untuk tidak melakukannya ditempat lain..

Sugesti lain yang saya tanamkan ke 20 murid saya yakni seputar kecintaan akan kebersihan..

Akan sangat risih ketika menjumpai sampah berserakan hasil jajan mereka saat istirahat, ataupun sampah kertas dan juga hasil ongotan pensil; Alhasil saya selalu mendorong mereka untuk membuang sampah pada tempatnya, walaupun sekecil apapun sampah itu..

Alhamdulillah,  walaupun hanya berstatus sebagai guru bimbel, setidaknya saya dapat mensugesti mereka untuk melakukan hal-hal kecil yang akan berdampak besar bagi karakter mereka insya Alloh...

Namun saya harus gigit jari ketika status saya yang hanya sebagai guru bimbel tidak dapat disejajarkan dengan kepercayaan siswa terhadap guru sekolah mereka dalam hal penyampaian pengetahuan..

Misalnya saja, seorang siswa bimbel saya yang sedang duduk dikelas 1 SD menemukan perbedaan akan konsep pelajaran yang saya jelaskan dengan yang dia dapatkan disekolah.. Bukan bermaksud menyalahkan konsep sang guru sekolah, namun saya hanya ingin meluruskan menjadi pemahaman yang lebih tepat.. Toh guru sekolah juga manusia biasa, tak lepas dari status khilaf he he he..

Saya sudah mencoba memberi alternatif kepada siswa saya tersebut untuk menanyakan dan mengkonfirmasi kembali kepada gurunya di keesokan harinya, namun dia menolak dan tetap bersikukuh.. Namanya juga anak-anak , ngomongnya ceplas ceplos dan spontan; maka siswa bimbel saya ini tak segan berkata " kakak lho bukan guru, ini lho jawaban dari guru disekolahku; ya pasti betul.. "

Bukan malah sakit hati mendengar perkataan muridku yang begitu straihtforward itu, aku malah tersadarkan bahwa betapa ajaibnya status guru profesional yang dapat mensugesti siswa sedemikian rupa.. Aku mah apa atuh cuma seorang guru bimbel... 🎵 hehehe

Satu lagi cerita muncul dari siswa bimbelku yang berstatus sebagai siswa kelas 7 SMP.. Kala itu aku menjumpai suatu yang berbeda di buku catatan bahasa Inggrisnya.. Aku menemukan kesalahan ejaan (spelling) dalam vocabulary yang seharusnya command namun tertulis commond..

Naluri saya sebagai mahasiswa jurusan bahasa Inggrispun  tak dapat dielakkan, sontak saya mengkonfirmasi ke siswa saya barangkali dia salah dalam menulis.. Namun ternyata itulah yang diajarkan oleh gurunya..

Sudah jelas kalau materi yang dimaksud adalah membuat suatu kalimat berisi perintah (baca: command), namun siswa saya tetap bersikukuh percaya pada gurunya bahwa ejaan yang benar ialah commond..

Step pertama untuk menyadarkan siswa saya yakni menginstruksikan dia untuk membuka kamusnya dan memastikan apakah ada vocabulary yang bereja commond.. Hasilnya nihil. Adanya malah common yang berarti umum dan juga command yang berarti perintah..

Sama seperti siswaku yang kelas 1 SD tadi, siswaku yang satu ini tetap percaya bahwa ejaan yg benar itu commond..

Lagi dan lagi, bahkan kamus sekelas oxford dan cambridge pun tak mampu mengalihkan dunia siswaku, apalagi saya yang hanya berstatus mahasiswa jurusan bahasa Inggris hehehe..

Padahal siswa smp saya ini sebelumnya pernah bilang jika guru bahasa Inggrisnya itu bukanlah sosok berpredikat sebagai sarjana pendidikan bahasa Inggris melainkan gelar sarjana lainnya..

Tapi tetaplah saja, guru sekolah menempati rangking teratas di mata siswa terlepas dari bagaimanapun latar belakang dan pengalaman mereka..

Selamat untuk Bapak dan Ibu guru disekolah tercinta..

Mohon manfaatkan sebaik-baiknya kepercayaan yang telah ditangguhkan oleh siswa-siswa tercinta kita..

Salam cinta dari saya calon guru :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun