Hari kamis tanggal 12 Januari 2017. Merupakan langkah awal kami dalam menjalani kegiatan yang positif di sebuah sekolah kader intelektual IAIN Jember. Ini merupakan sekolah khusus yang dibina langsung oleh wakil rektor I IAIN Jember yakni bapak H. Nur Sholikin, M.H., beliau sudah akrab di panggil dengan sebutan ayah oleh kami dan beberapa dosen pembimbing yang pastinya memiliki banyak pengalaman. Pagi hari itu pada jam 09.00 wib kami yang beranggotakan 25 orang dan 6 dosen pembimbing berkumpul di gazebo kampus. Bus kampus sudah menanti kami dan siap untuk berangkat ke SMK Plus Nurul Ulum.
Tepat jam 10.00 kami sudah menginjakkan kaki di halaman SMK Plus Nurul Ulum, yang terletak di Desa Kemuningsari Kecamatan Panti, Jember. Sekolah ini juga berada dibawah naungan pondok pesantren yang di asuh oleh KH. Hanif Abdur Rozak. Letak sekolanya  menjadi satu dalam lingkungan pondok pesantren tersebut. Tidak cukup besar, semuanya terlihat sederhana dan tempatnya pun masih dikelilingi dengan persawahan. Saat saya memasuki halaman sekolah tersebut, mata saya  tertuju pada sebuah ruangan yang penuh dengan mesin jahit manual. Sebuah ruangan yang memiliki dinding pembatas dari kayu dan kawat, sederhana dan unik. Ini merupakan sosialisasi pertama sekolah kader intelektual. Setelah masuk dan bertemu dengan siswa-siswi disana cukup menyenangkan. Kami semua disambut dengan hangat oleh mereka.
Dengan kondisi yang sangat sederhana namun semangat mereka tidak sesederhana itu, terlihat dari wajah mereka. Mereka memiliki semangat yang tinggi, tidak kalah semangatnya lagi kepala sekolah mereka yakni bapak Mahrus Shodiqin S.Pd.I., beliau mungkin satu-satunya kepala sekolah termuda yang saya tau. Hal itu menghilangkan opini bahwa seorang kepala sekolah itu tua, gemuk, berkumis dan sudah beristri. Dengan umur yang masih muda membuat beliau memiliki semangat tinggi untuk memberikan yang terbaik bagi siswanya. Apalagi hanya dengan jumlah siswa 41 orang, itu merupakan jumlah keseluruhan siswa di sekolah ini.Â
Dengan tiga kelas dan memiliki satu jurusan saja yakni tata busana. Yaah, tata busana itu alasan dari keberadaan ruangan yang penuh mesin jahit tadi. Saya cukup terkejut mendengarnya bahwa sekolah ini hanya memiliki satu jurusan, tapi itu menjadikan saya dan teman-teman saya sadar bahwa dalam kondisi apapun kita harus memiliki semangat dalam mencapai apa yang kita inginkan.
Sekolah SMK Plus Nurul Ulum ini sudah terbentuk sejak tahun 2003. Dengan memiliki banyak sekali kesulitan dalam merintis sekolah tersebut, tidak menjadikan kepala sekolah menyerah. Justru beliau memiliki banyak inovasi dan mengikuti even-even tertentu yang dapat memperkenalkan SMK Nurul Ulum supaya di lirik masyarakat.
Ada suatu pengembangan karakter terhadap siswa-siswi SMK Plus Nurul Ulum yang di sampaikan oleh bapak H. Nur Solikin, M.H., dalam sarahsehan yang bertema Character Building. Banyak hal yang disampaikan, terutama mengenai anak muda zaman sekarang. Di era globalisasi dan modernisasi sekarang ini, banyak sekali budaya-budaya yang masuk di Indonesia. Apalagi budaya Barat, Â pergeseran-pergeseran budaya sudah mulai terlihat jelas di kalangan anak muda. Sekarang ini anak muda tidak lagi mengidolakan para pahlawan. Jangankan mengidolakan, terkadang mereka tidak mengenal para pahlawan negara mereka sendiri. Mereka akan lebih mengenal artis-artis yang sebenarnya tidak memiliki pengaruh apapun dalam kehidupan mereka. Namun kenyataannya zaman sudah mulai berubah, pahlawan sudah mulai di hiraukan. Hanya artis-artis masa kini yang jadi contoh anak muda. Umat islam pun yang jadi bagian tak terpisahkan dalam bangsa Indonesia sudah kehilangan karakter bangsa. Seorang mahasiswapun sudah kehilangan karakternya.
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan melimpah, tapi masih merasa kekurangan banyak sekali. Terutama kekurangan dalam pangan, justru Indonesia memilih import pangan dari luar negeri. Melimpahnya kekayaan Indonesia terutama dalam kebutuhan pangan membuat Indonesia masih merasa kurang cukup jika tidak memiliki transportasi yang baik. Oleh karena itu Indonesia menukarkan bahan-bahan pangan dengan pesawat-pesawat.
Indonesia juga merupakan negara hukum tetapi nyatanya hukum di Indonesia lancip di bawah tumpul di atas. Kaum kapitalis dapat dengan mudah mempermainkan hukum hanya dengan lembaran-lembaran rupiah. Sedangkan mereka yang miskin apabila di hadapkan dengan hukum, justru di beratkan meski kesalahannya bisa di bilang sangat ringan. Dimana keadilan berada ? saya rasa keadilan sudah sirna di makan zaman dan kalah dengan jumlah rupiah.
Mungkin itu sekilas yang di sampaikan bapak H. Nur Solikin, M.H., dalam sarahsehan di SMK Plus Nurul Ulum. Hal itu penting di smpaikan supaya penerus bangsa tidak kehilangan karakter bangsa yang seutuhnya.
Tidak hanya bersosialisasi saja, untuk mempererat rasa solidaritas sesama kader dan pembimbing kita berencana untuk pergi ke Teluk Love. Teluk Love merupakan pantai yang sangat cantik  membentuk love jika kalian melihatnya di atas bukit domba. Jangan di bayangkan bukitnya berbentuk menyerupai domba yaa.. ternyata dikatakan sebagai bukit domba karena di sana banyak sekali domba-domba masyarakat yang berkeliaran di area bukit. Sangat terjangkau untuk bisa masuk dan naik ke atas bukit domba, kalian cukup mengeluarkan uang 5.000 rupiah saja.
Tepat pukul 14.30 wib kami bergegas meninggalkan SMK Plus Nurul Ulum, seperti yang saya katakan tadi rencana kita akan segera terlaksana. Sebelum meninggalkan panti ada satu ritual yang mungkin sudah menjadi kewajiban yakni foto. Foto salah satu kegiatan yang paling di sukai oleh semua kalangan, karena dengan berfoto kita dapat meninggalkan kenangan. Usai berfoto kita semua melanjutkan lagi ke rencana selanjutnya, ke teluk love.
Di tengah-tengah perjalanan menuju ke teluk love hujan telah mengguyur kita. Bukan kita sih yang diguyur hujan tapi busnya yang di maksud. Beruntung hujan tidak sampai mengguyur daerah yang kita tuju. Justru disana udara dan cuacanya sangat baik. Pertama menginjakkan kaki di tempat tujuan yang pertama kali terlihat di mata yakni domba-domba yang tersebar. Benar saja bukitnya dinamakan bukit domba. Canda tawa selalu menjadi pengiring dalam setiap momen yang terjadi. Semua terlihat begitu ceria entah anggota kader intelektual maupun para dosen pembimbing. Meskipun ini merupakan yang pertama kalinya kami piknik bersama, namun kita bisa saling tolong menolong, saling peduli satu sama lain. Terlihat sekali ketika kita saling membantu membawakan nasi. Kami semua baru saling mengenal, baru saling bertatap muka, tapi rasa kekeluargaan sudah muncul begitu cepat.
Sebelum mulai menaiki bukit, alangkah baiknya kita semua menunaikan sholat terlebih dahulu. Setelah selesai sholat asyar, kami semua siap untuk menaiki bukit domba. Satu per satu anak tangga kami pijaki. Baru beberapa anak tangga yang kami naiki, kami sudah di manjakan dengan keindahan alam yang begitu luar biasa. Disitu pulalah kami berhenti sejenak untuk berselfi. Wajah-wajah ceria itu semakin terlihat. Seusai berselfi saya memilih untuk berhenti sejenak di pondok kecil yang ada. Sedangkan teman-teman kader lainnya melanjutkan perjalanan. Ketika salah satu sahabatku mengajakku melanjutkan perjalanan, tiba-tiba saja kepalaku pusing, semua yang terlihat menjadi buram. Dia pun khawatir, dan beberapa teman lainnya. Kemudian salah satu dosen pembimbing telah baik hati menyuruh sahabatku melanjutkan perjalanan. Saya sudah menyerah lama-kelamaan pengelihatanku gelap dan aku sudah tidak sadarkan diri.
Adegan pingsan saya memang sudah membuat beberapa orang khawatir dan bingung, karena kata mereka saya pingsan cukup lama. Saya sih gak sadar apa-apa, tiba-tiba aja bangun karena penciuman saya terganggu oleh bau yang tak sedap. Ini pengalaman terburuk, karana sudah mencium tumbuhan yang baunya masyaallah gak enak. Tapi, cukup ampuh membangunkan orang pingsan.
Dengan berat hati saya pun tidak dapat melanjutkan perjalanan menaiki bukit domba itu. Saya kembali turun dan beristirahat. Terpaksa saya tidak bisa melihat keindahan teluk love dari puncak bukit domba. Teman-teman hanya membawakan bekal cerita dari atas.
Usai sudah acara menaiki bukit domba dan melihat keindahan teluk love, meskipun saya tidak merasakannya. Akhirnya kami pun kembali naik bus, dan harus kembali pulang di tempat persinggahan. Karena hari sudah mulai petang. Canda tawa masih tersisa di sepanjang perjalanan pulang, meski lelah telah menggelayuti kami. Tepat pukul 19.30 wib kami sampai di kampus tercinta IAIN Jember. Dengan wajah yang sudah mulai layu, dan tubuh yang terasa pegal. Kami turun satu per satu dari bus, kemudian pulang ke tempat singgah masing-masing.
Saya dapat pengalaman baru dari sosialisasi ini dan juga dari teluk love. Terima kasih buat teman-teman kader intelektual dan juga dosen-dosen pembimbing, untuk hari yang begitu mengesankan dan penuh kenangan. Banyak pula pengalaman dan pelajaran yang di dapat, yang terpenting kita tetap menjaga solidaritas supaya terbentuk rasa kekeluargaan yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H