Mental Generasi Z Lemah, Benarkah ?
Generasi Z atau Gen Z adalah mereka yang lahir pada tahun 1996-2012, sebagai generasi yang lahir pada tahun 90 an terakhir dan 2000 an  kerap dianggap memiliki mental yang lemah atau orang menyebutnya dengan mental strawberry. Layaknya strawberry yang memiliki tampilan menarik tapi  mudah rapuh dan lembek. Banyak ide-ide yang muncul dari kepala mereka, tetapi ketika diberi umpan balik, dihadapkan dengan masalah, atau bahkan sekedar diberikan tugas, muncul perilaku mudah mengeluh, sedikit-sedikit perlu refreshing, healing, bahkan self reward.
Berdasarkan data survei Mckinsey Health Institute, sebanyak 18% Gen Z yang lahir tahun 1996-2012 di seluruh dunia mengalami kesehatan mental yang buruk. Di Indonesia sendiri, berdasarkan Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) (2022) menyebutkan, satu dari tiga remaja memiliki masalah kesehatan mental dalam kurun waktu 12 bulan.
Namun apakah benar mental Gen Z seperti itu semua ? kenalin nih aku seorang Gen Z kelahiran 2003 yang sedang berkuliah sambil bekerja, organisasi, lomba, bisnis kecil-kecilan, dan magang secara wfh ( work from home).Saat ini aku sedang berkuliah di Universitas Trunojoyo Madura Progam Studi Sosiologi, tak hanya sebagai mahasiswi aku juga bekerja parttime di Teh Solo Indonesia Telang, Kamal, Bangkalan selain itu aku juga ikut beberapa organisasi internal dan eksternal kampus yaitu IMB ( Ikatan Mahasiswa Bidikmisi ) UTM, UKMF Riset FISIB UTM, Community Of Bojonegoro Student UTM, dan Youth Ranger Bagian Jawa Timur. Aku juga senang menulis dan mengikuti lomba. saat ini sedang menjalani magang secara Work From Home di Firli.id sebagai VA Sosmed dan menjalani bisnis kecil-kecilan ku yaitu jualan pulsa, meski kecil tapi aku adalah Ownernya.
 Bagaimana caraku bisa mengatur itu semua ? so tidak perlu khawatir saat ini sudah banyak sekali tools yang membantu kegiatan kita sehari- hari dan ini 5 tips dari aku sebagai Gen Z untuk mengelola waktu dan tetap work life balance antara kesehatan mental dan kuliah serta berbagai kegiatan yang aku jalani.
1. Punya PrioritasÂ
Ketika kamu berani mengambil peran multitasking maka kamu juga harus punya prioritas yang harus disesuaikan dengan kebutuhan, bukan lagi tentang mana yang lebih penting tapi bagaimana kamu bisa mengatur waktu untuk semua kegiatan yang diikuti. Kalau aku semisal salah satu dari kegiatan itu bentrok dan barengan maka hal yang dilakukan adalah minta izin untuk tidak mengikuti dan menggantinya dihari atau jam yang lain. Contohnya jam kerja bareng dengan mata kuliah pengganti, salah satu strategi yang aku gunakan adalah meminta izin untuk tidak bekerja dan mengikuti perkuliahan serta mengganti jam kerja tersebut setelah mata kuliah selesai dengan menambah jam kerja. kalau ditanya apakah capek ? pasti. Apakah tidak ada evaluasi atau masalah di dunia kerja dan kuliah? pasti ada.
2. Membuat Jadwal Kegiatan
Karena aku adalah orang yang gemar menulis, maka aku jadwalkan setiap hari kegiatan dan rutinitasku. Seperti journaling ya itulah temanku, yang membantuku dan mengingatkan semua jadwalku. Biasanya aku menggunakan excel utuk habit tracker atau google calendar untuk menulis semua jadwalku, semuanya free alias gratis. So, manfaatkan tools / perangkat di hp / laptop kalian dengan berguna. Mulai bangun dan catat semua aktivitasmu, karena impactnya luar biasa dan pasti sangat bermanfaat.
3. Ketika Beraktivitas Tidak Mudah Terdistrack Dengan Notifikasi Sosial Media
Tidak mudah terdistrack dengan notifikasi sosial media menjadi salah satu poin penting yang harus dilakukan, mengapa ? karena ini melatih fokus kita terhadap satu pekerjaan yang kita lakukan, contohnya ketika aku mengerjakan tugas pra magang dari firli.id yaitu sebagai VA Sosmed aku fokus pada jobdesk yang diberikan dan tidak terdistrack dengan notif yang muncul di sosial media karena itu justru akan memperlambat pekerjaan kita dan hilang konsentrasi.
4. Tak Perlu Hebat Untuk Memulai, Mulailah Untuk Menjadi Hebat
Kalimat yang menjadi motivasi aku sebelum memulai sesuatu, karena kita tak akan hebat sebelum memulai oleh karena itu mulailah untuk menjadi hebat. Tak perlu ragu untuk mencoba daftar kerja ataupun organisasi, magang dan lain-lain. Karena lebih baik gagal daripada tidak pernah mencoba sama sekali, salah satu kunci yang harus  diterapkan adalah daftar lalu lupakan karena perihal diterima tau tidaknya itu bukan urusan kita, tugas kita hanya berusaha, mencoba, gagal, lalu bangkit lagi terakhir jangan lupa sertakan tuhan dan restu orang tua disetiap usahamu.
5. Jangan Hanya Prestasi yang di Puji, Gagal Juga Butuh di Apresiasi
Jangan hanya fokus pada keberhasilan tapi juga pada proses yang telah kamu lalui, kegagalan juga butuh diapresiasi sebagai bentuk kamu pernah mencoba. Bukan kalah hanya saja belum saatnya kamu menang, yakinlah jika usaha dan doa mu sudah maksimal kelak hasilnya juga akan seperti yang diharapkan di waktu yang tidak pernah kamu tentukan tapi yang pasti yang sudah ada dalam ketentuan-nya.
Kita semua memiliki waktu yang sama yaitu 24 jam yang membedakan hanyalah penggunaan setiap orangnya yang berbeda, dan in my opinion, Gen Z lemah atau tidak  itu semua ada di mindset masing-masing personal dari generasi itu sih, karena setiap generasi pasti punya tantangan tersendiri dan berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.
Biodata Penulis  :
Nama          : Ina Yatun Khoiriyah
Status          : Mahasiswi Sosiologi
Institusi        : Universitas Trunojoyo Madura