Mohon tunggu...
Ina Yatun Khoiriyah
Ina Yatun Khoiriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ina Yatun Khoiriyah, Gadis asal Bojonegoro yang saat ini sedang menempuh Pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Trunojoyo Madura. "Menulis Kehidupan ialah merekam satu persatu kenangan, mengabadikan rindu, dan membuatnya candu" Ikrom Mustofa

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Representasi Gender dalam Pemberdayaan Perempuan dalam Film Gadis Kretek "Sebuah Diskriminasi Berbalut Romansa Berlatar Budaya"

24 Februari 2024   10:43 Diperbarui: 24 Februari 2024   10:46 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Representasi Gender Dalam Pemberdayaan Perempuan Dalam Film Gadis Kretek  "Sebuah Diskriminasi Berbalut Romansa Berlatar Budaya

Film Gadis Kretek mengangkat kisah lika- liku keluarga Soeraja, pemilik bisnis rokok kretek merek Djagad Raja yang sudah berdiri sejak zaman pasca penjajahan Belanda. Di usianya yang semakin tua, Soeraja berjuang melawan penyakitnya kanker dan mendambakan ingin bertemu Jeng Yah sebelum ia meninggalkan dunia. Atas permintaan sang ayah, Lebas  pun pergi mengembara mencari wanita bernama Jeng Yah. Pencarian Lebas membawanya sampai ke Jawa dan bertemu dengan Arum. Ternyata  keluarga Lebas dan keluarga Arum memiliki satu ikatan sehingga mereka memutuskan bekerja sama mengungkap hubungan Soeraja dengan Jeng Yah.

Kemudian perlahan terungkap kalau Jeng Yah atau Dasiyah sempat mempunyai hubungan dengan Soeraja di masa lalu, tepatnya di pabrik kretek. Dasiyah diketahui memiliki bakat unik dalam meracik saus kretek yang tepat untuk dicampurkan ke dalam tembakau. Lebas dan Arum pun berusaha mencari tahu kisah Dasiyah dan Soeraja di masa lalu. Serial film Gadis Kretek menyoroti kehidupan Jeng Yah (Dasiyah) yang merupakan anak perempuan pertama dari Idrus Muria, pebisnis kretek terbesar di kotanya. Meski sukses, Idrus Muria tidak dikaruniai anak laki-laki sehingga Jeng Yah ditunjuk menjadi mandor di pabrik kretek miliknya. Akan tetapi, status "perempuan" yang disandang Jeng Yah membuatnya mendapatkan diskriminasi di pabrik kretek. Jeng Yah tak diizinkan berkontribusi dalam peracikan saus kretek karena stigma yang keliru tentang perempuan. Sebagai wanita berhati tangguh, Jeng Yah pun berusaha mendobrak batasan yang diberikan padanya.

Dari kejadian ini film tersebut sudah menggambarkan adanya potret diskriminasi, tak hanya itu serial ini juga menyoroti stigma-stigma keliru yang disematkan kepada perempuan. Stigma yang disoroti adalah kedudukan perempuan di tatanan sosial dan rumah tangga, serta perihal pernikahan.  Jeng Yah yang dipercaya untuk mengurus bisnis kretek pun tenggelam dalam pekerjaannya sampai pada usia yang cukup ia belum menikah, Alhasil, Jeng yah dianggap prawan tua oleh orang-orang di lingkup sosial dan akhirnya selalu digunjingkan. Orang tuanya juga menaruh harapan agar Jeng Yah segera menemukan pujaan hati.

Jeng Yah sebenarnya jatuh cinta pada seorang lak-laki yang tidak sengaja ditemuinya di pasar, yaitu Soeraja. Setelah Idrus Muria mengajak Soeraja untuk bekerja di pabrik, Jeng Yah semakin jatuh hati pada pria itu. Perjalanan cinta mereka pun dimulai di pabrik kretek. Soeraja jatuh hati karena ketangguhan Jeng Yah terhadap mimpinya yang ingin menjadi peracik saus kretek terbaik. Sementara cinta Jeng Yah bertumbuh karena Soeraja berusaha membantunya mendobrak diskriminasi di pabrik kretek. Soeraja tak hanya memahami Jeng Yah dengan baik, tapi juga berperan dalam bisnis kreteknya. Namun, hubungan asmara Jeng Yah dan Soeraja terhalang oleh perbedaan status sosial.

Konflik asmara yang disuguhkan memang cukup klasik, tapi latar sosial budaya tentang perbedaan status sosial dalam pernikahan menjadi percikan daya tarik bagi serial ini. Baik di era 60-an maupun sekarang, status sosial pasangan kerap menjadi penghalang sehingga penonton dapat relate dengan kisah ini.

Analisis Teori : Relasi Kuasa Disiplin Tubuh Perempuan Dalam Film Gadis Kretek Berdasarkan Teori Michel Foucault

 Menurut Foucault (2017), kekuasaan mengandung kekuatan-kekuatan di atas semuanya yang membuat fakta sederhana jika kekuasaan mampu menuntun orang untuk mematuhinya. Kekuasaan mulai mendekatkan dirinya melalui bagaimana cara menggapai pelayanan produktif  dari beberapa individu yang terdapat dalam hidup mereka, yang mana kekuasaan memperoleh kontrol pada tubuh individual, tindakan, dan sikap dalam tingkah laku sehari-hari. Kekuasaan tidak selalu dimiliki oleh satu orang saja, namun kekuasaan diibaratkan seperti sebuah ruangan di mana beberapa orang terjebak didalamnya, karena sebenarnya kekuasaan dimiliki oleh sekumpulan kelas sosial. Pada posisi tertentu itulah mampu menyebabkan kekuasaan itu ada dan berusaha untuk menguasai.

Kekuasaan memiliki kemampuan dalam menggerakkan dan memperkuat sehingga dapat semakin berkembang kekuatan-kekuatannya dan membentuk bagian sesuai konsep yang diinginkannya. Pada relasi kuasa atas tubuh, Foucault membaginya melalui dua aspek yang berbeda, yaitu sosial dan seksual. Tubuh dapat menjadi tempat konflik yang berawal dari adanya kekuasaan, akan tetapi objektifitas dari kekuasaan kepada tubuh itu sendiri berbeda tergantung cara dalam menguasai. Tubuh sosial terdapat kaitannya dengan simbol yang mengacu pada masyarakat politik atau industri. Bagaimana aparat politik atau industri memiliki derajat yang memisahkannya dengan masyarakat biasa sehingga kekuasaan dapat terjadi menggunakan strategi-strategi yang kemungkinan dilakukan.

1. Relasi Kuasa Atas Tubuh

Dari hasil menonton film Gadis Kretek dapat ditemukan bentuk dari relasi kuasa atas tubuh menggunakan teori Michel Foucault dan terbagi menjadi dua aspek, yakni atas tubuh sosial dan tubuh seksual. Pada tubuh sosial, media yang dapat menjadi penyebar kuasa adalah politik ruang dan peraturan. Berbeda dengan tubuh sosial, media pada tubuh seksual yang dapat menjadi penyebar kuasa adalah gender dan sensasi tubuh.

Contohnya :

"Keduanya sama-sama bodoh, tak pernah menyentuh lawan jenis sebelumnya. Meski awalnya malu-malu, tetapi kemudian mereka saling mempelajari peta tubuh lawannya." (Kumala, 2012:75).

Data di atas merupakan wujud sensasi tubuh yang dihasilkan karena adanya kesepakatan di antara keduanya dalam bercinta. Hal ini terasuk ke dalam bentuk melalui manipulasi.

2. Relasi Kuasa Atas Pemikiran

Dari hasil menonton film Gadis Kretek, terdapat tiga media penyebar kuasa yang tercakup dalam konsep relasi kuasa atas pemikiran menggunakan teori Michel Foucault. Tiga media penyebar kuasa tersebut adalah politik-ideologi, budaya, dan lembaga.Foucault mengatakan (Jones, 2016:177) bahwa pikiran manusia bekerja dengan cara yang sama, apapun perbedaan bahasa yang nampak, semua bahasa diorganisir menurut prinsip yang sama. Sebagai akibatnya, menurut Levi Strauss, pikiran manusia menstrukturkan dunia bahasa dan kelakuan (organisasi sosial) dengan cara yang sama. Kebudayaan, seperti bahasa, adalah suatu sistem tanda dan simbol yang organisasinya mencerminkan bekerjanya pikiran manusia.

Contohnya :

" Pemilik toko obat itu bilang bahwa pelanggannya yang datang dan membeli kretek klobot masih percaya dengan faedah kretek yang konon bisa menyembuhkan asma. Ya, kretek memang awalnya dikenal sebagai obat asma, dengan adanya cengkeh yang terkandung di dalamnya." (Kumala, 2012:63).

Dari data di atas, masyarakat sekitar nampaknya percaya jika kretek mampu menyembuhkan penyakit asma. Jika terdapat seseorang yang mengalami asma, orang-orang berbondong untuk pergi ke apotek demi membeli kretek, obat asma. Perilaku masyarakat tersebut menggambarkan bentuk kontrol diri, yaitu jika mengalami asma, maka cepatlah datang ke apotek untuk membeli kretek sebagai obatnya.

3. Wujud Resistensi Terhadap Kuasa

Kekuasaan dapat terjadi dika terdapat adanya unsur kedudukan yang lebih tinggi mendominasi yang lain. Akan tetapi, adanya kekuasaan tidak selalu menghasilkan makna yang negatif, terkadang pula ditemukan kekuasaan mengandung makna yang positif.

 Meski begitu, di mana tidak dengan Roemaisa. Hal tersebut lantaran bapak-bapak kampung yang saling berkumpul dirumahnya hingga membuat Roemaisa tidak nyaman, seperti suara yang mengganggu waktu istirahatnya dengan bayinya, asap rokok mengepul memenuhi ruang dalam rumahnya, dan sikap bapak-bapak yang seolah-olah tidak memperhatikan keberadaan Roemaisa. Roemaisa pun akhirnya mengusir bapak-bapak tersebut, meskipun masih ada beberapa malam kedepan yang belum genap tujuh malam. Tidak selamanya budaya seperti ini menciptakan suasana yang aman dan tenang, akan tetapi juga mampu menciptakan suasana yang membuat orang lain merasa risih. Padahal, ia tahu betul persaingan antara pengusaha kretek pribumi dan China lumayan ketat. Bahkan ia ingat dulu Pak Trisno, orang yang pertama kali memperkenalkan Idroes Moeria pada kretek, pernah cerita bahwa di tahun 1918 di Kudus sempat terjadi kerusuhan antara pengusaha kretek pribumi dengan pengusaha kretek China. "Saya tidak peduli kamu Jawa atau China, yang pasti kalau saya bisa dapat untung di situ, kenapa ndak," ujarnya. Jelas bagi Idroes Moeria berarti lelaki itu mengharapkan keuntungan. (Kumala, 2012:145).

Data di atas merupakan salah satu perbincangan yang dilakukan antara Idroes Moeria dengan pemodalnya yang merupakan seorang keturunan China. Biasanya, persaingan antara pengusaha kretek Jawa dengan pengusaha kretek China berlangsung secara ketat. Kemungkinan kecil terjadi jika orang China mau menanamkan modalnya pada usaha yang dikelola oleh orang Jawa atau pribumi. Lain halnya dengan kakak ipar Pak Joko, orang China tersebut mau bekerjasama dengan Idroes Moeria dengan memberi modal untuk usahanya. Tindakan dan ucapan yang dilakukan oleh kakak ipar Pak Joko tersebut yang mampu mematahkan stigma yang berkembang dalam masyarakat.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat pula dipetik kesimpulan yang mencakup seperti berikut:

1. Konsep relasi kuasa yang ditemukan pada film Gadis Kretek karya Ratih Kumala terdapat dua, yakni relasi kuasa atas tubuh dan relasi kuasa atas pemikiran.

a. Pada relasi kuasa atas tubuh terbagi ke dalam dua aspek, yaitu sosial dan seksual. Media penyebar kuasa yang banyak terjadi pada tubuh sosial adalah politik ruang dan peraturan, sedangkan media penyebar kuasa yang banyak terjadi pada tubuh seksual adalah gender dan sensasi tubuh. Pada relasi kuasa atas pemikiran, media penyebar kuasa yang banyak terjadi adalah politik-ideologi, budaya, dan negara.

2.  Terdapat beberapa bentuk kekuasaan, yakni melalui manipulasi, kontrol, objektivikasi, maupun stigmatisasi yang tersebar pada media penyebar kuasa.

3. Adanya wujud resistensi terhadap kuasa pada film Gadis Kretek karya Ratih Kumala. Hal tersebut ditemukan dalam tindakan tokoh dalam novel, seperti perlawanan terhadap budaya yang biasa dilakukan oleh masyarakat dan perlawanan terhadap stigma yang berkembang dalam bermasyarakat .terdapat saran yang dapat dikemukakan setelah menjabarkan hasil kesimpulan yaitu penggunaan teori relasi kuasa oleh Michel Foucault pada film  Gadis Kretek. Penelitian ini tidak menutup kemungkinan jika terdapat beberapa kekurangan, terutama dalam penggunaan teori relasi kuasa Michel Foucault. Jika kemudian hari terdapat peluang untuk menganalisis lebih dalam mengenai film ini, maka penelitian ini terbuka untuk dilakukan analisis. Dengan adanya ini, maka pembaca diberi kesempatan untuk dapat menganalisis luas mengenai film Gadis Kretek karya Ratih Kumala beserta teori yang tersedia.

Referensi

Foucault, Michel. 1997. Seks & Kekuasaan. Terjemahan Rahayu S. Hidayat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Foucault, Michel. 2012. Arkeologi Pengetahuan. Terjemahan Inyiak Ridwan Muzir. Yogyakarta: Diva Press.

Foucault, Michel. 2017. Power/Knowledge. Terjemahan Yudi Santosa. Yogyakarta: Narasi-Pustaka Promethea.

Kumala, Ratih. 2012. Gadis Kretek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Penulis : Ina Yatun Khoiriyah / Sosiologi/ Universitas Trunojoyo Madura 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun