Mohon tunggu...
Inayah Nurul
Inayah Nurul Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - learner

After difficulty there is definitely ease

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berproses di Pesantren

16 Oktober 2021   19:41 Diperbarui: 16 Oktober 2021   19:48 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan remaja identik dengan euforia kenakalan, kesenangan dan  eksplor banyak hal baru yang belum mereka ketahui. Dimana pengawasan dan peran orang tua dalam upaya menjaga pergaulan putra-putrinya sangat penting untuk diperhatikan. 

Sebagian dari orang tua bahkan sudah mempunyai rencana untuk memasukkan putra-putri nya di pesantren, hal ini dilakukan semata-mata agar pergaulan dan lingkungan putra putri mereka cukup terjaga serta mendapat penanaman pelajaran agama dan akhlak secara mendalam meskipun mereka harus merelakan putra-putri nya merantau jauh dari rumah. 

D isini saya akan berbagi cerita tentang kehidupan remaja saya di pesantren selama 6 tahun. Menghabiskan masa remaja di lingkungan pesantren tidaklah se-menyeramkan seperti yang  orang-orang kira, tumbuh dan berkembang bersama dengan teman-teman dari berbagai daerah begitupun dengan kultur budaya dan bahasa yang berbeda-beda membuat saya harus menyesuaikan diri dengan baik.

Mendengar kata pesantren mungkin muncul di benak kita bahwa akan ada banyak peraturan yang ketat untuk para santrinya, peraturan-peraturan ini identik dengan tidak boleh berpacaran, tidak boleh membawa hp hingga barang elektronik lainnya, harus berpakaian sopan dan rapi serta tertutup, tidak boleh keluar pesantren tanpa izin pengasuh atau pembina dan lain sebagainya dimana peraturan-peraturan ini yang harus ditaati dan apabila melanggar akan mendapat sanksi yang setimpal dengan peraturan yang dilanggar, kami-para santri  menyebutnya dengan "takzir". 

Bila dibayangkan  peraturan yang telah diatur tersebut memang berat, tetapi tenang saja, insya-allah nantinya kita akan terbiasa dengan segala peraturan yang telah dibuat tersebut.

Selain peraturan-peraturan diatas yang membuat para santri berat hati ialah ketika harus menahan rindu dengan orang tua kita di rumah. Membayangkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di rumah bersama orang tua membuat kita demam rindu. 

Jadi, saat libur tiba kami sangat excited bahkan mempersiapkan kepulangan dan barang apa saja yang dibawa pulang dari jauh-jauh hari hingga membuat list kegiatan apa saja yang akan dilakukan  selama di rumah nanti.  

Kalau diatas saya selalu menceritakan hal-hal sedih kini tiba saatnya saya menceritakan berbagai pengalaman menyenangkan saya selama di pesantren dan semua hal-hal baru yang saya dapatkan ketika di pesantren. 

Menuntut ilmu di pesantren mulai dari SMP hingga SMA membuat saya terbiasa hidup mandiri, mengatur waktu dengan baik disamping padatnya kegiatan di sekolah formal maupun kegiatan keagamaan di asrama. 

Tapi kegiatan-kegiatan padat tersebut terasa menyenangkan apabila kita melakukannya bersama-sama dengan teman kita bahkan satu angkatan rasanya seperti keluarga kedua saya di sini. Berbagi keluh kesah dan kebahagiaan bersama mereka, merupakan salah satu hal yang saya rindukan hingga saat ini saya sudah lulus.

Menjadi santri bukan berarti kita tidak gaul lho, kita sebagai santri juga mempunyai banyak rasa ingin tahu yang ingin di eksplor. Saat saya SMA, sekolah saya selalu mengadakan event terbesar sekolah yaitu olimpiade sains dan sosial tingkat nasional, keren kan! event tersebut bernama "The National Science and Social Olympiads" acara ini rutin digelar setiap tahun dan panitianya dari kami sendiri para siswa SMA. Alhamdulillah saya dapat berkesempatan menjadi panitia pada gelaran ini. Saya berkesempatan menjadi sie. Konsumsi dan juga pernah menjadi sie. Pendanaan. Dari sini tentunya saya mendapat ilmu dan pengalaman yang sangat berharga bagi saya di kemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun