Mohon tunggu...
Dien Tamella
Dien Tamella Mohon Tunggu... -

Panggil saya dien

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senyumku adalah Kebahagiaan Tertunda Milik Dien

19 Februari 2013   03:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:04 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senyumku, adalah kebahagiaan tertunda milik Dien.

Pagi menjelang siang.

Dien bersimbah air mata, dalam sujudnya di waktu duha ia teringat dengan sesosok lelaki yang ia cintai sejak beberapa tahun lalu. Tepatnya sudah 5 tahun ia tidak lagi bertemu dengan lelaki yang biasa ia sapa Senyumku itu, setelah ia memutuskan untuk tak lagi menjalani hubangan dengannya. Dalam do’anya ia mememinta pada Tuhan agar tetap selalu melindungi Senyumnya dan selalu menyampaikan kerinduannya pada sosok lelaki yang selalu berlari bebas di alam fikiran dan mimpinya.

“Allah, jagalah senyumku disetiap langkah kakinya agar dia terus dalam lindunganmu. Amiin” ungkapnya sambil sekali bersujud lalu ia sudahi pertemuan dengan Tuhannya di pagi yang begitu syahdu. Setelah itu ia mulai bersiap-siap untuk menjalankan aktivitasnya sebagai seorang guru sukarelawan di desa cikokol. Sudah 3 tahun Dien tinggal di desa cikokol yang berada di daerah puncak. Keputusannya mengajari anak-anak para petani yang kurang mampu adalah bagian dari cita-cita yang sudah ia impikan semenjak ia duduk di bangku sekolah dasar.

Kini di desa cikokol, Dien mengajar anak-anak para petani teh yang kurang mampu. Hatinya senang bukan main karena cita-citanya menjadi seorang manusia yang dapat berguna bagi orang lain mulai terwujud. Setidaknya untuk hal ini Dien benar-benar dibutuhkan para muridnya untuk belajar. Di sekolah sederhana yang terletak di pinggiran kebun teh. Dien telah berhasil mengumpulkan sekitar 25 siswa yang begitu menyenangkan dan mampu membuat hari-harinya semakin indah. Dien banyak menaru harapan kepada ke 25 anak didiknya itu, dirinya berharap suatu saat nanti salah satu dari murid-murid tercintanya itu mampu memajukan Indonesia menjadi lebih baik. Dalam mengajar Dien sangat mengutamakan kejujuran dan keadilan. Tidak sekalipun Dien pernah berbohong pada muridnya karena ia mau muridnya dapat mencontoh semua kebaikan yang ia berikan dan Dien juga selalu bersikap adil terhadap semua murid karena menurutnya mengadili seseorang sama saja mengharagi orang tersebut.

Kehidupan Dien di desa kecil yang sangat sederhana itu mampu membuatnya merasa nyaman. Tak pernah terlintas sedikitpun dalam fikirannya kalau ia akan pergi dan meninggalkan desa yang memberikan banyak  senyuman  dalam kehidupannya itu dalam waktu yang lama. walaupun setiap harinya Dien mengajar hanya sendiri. Tapi, ia tak pernah sekalipun mengeluh dalam mendidik calon-calon penerus bangsa. Semua itu ia jalani dengan suka cita dan penuh keikhlasan. Maka, karena sifatnya yang selalu ikhlas dalam memberikan ilmu pada anak-anak para petani tersebut membuat dirinya banyak disukai oleh penduduk desa di sana. Bahkan tak jarang para petani-petani yang tak mampu menulis dan membaca juga minta diajari olehnya. Dien memang benar-benar menikmati hari-harinya di sana. Untuk menghidupi kehidupan sehari-harinya Dien bekerja sebagai wartawan lepas dan penulis buku. Menurutnya penghasilan sebagi wartawan dan penulis buku sudah mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

*                       *                       *                       *                       *

Malam yang dingin, menemani malamnya dengan kesendirian. Di hadapan leptop kecilnya seharusnya ia menulis berita tentang liputan sebuah perusahaan besar di tengah-tengah desa cikokol yang begitu sukses memberikan banyak lapangan pekerjaan untuk penduduk di desa ini bahkan penduduk dari desa lainpun ikut merasakan kebaikan yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Perusahaan Teh Asli Indonesia, itu namanya. Perusahaan ini adalah salah satu perusahaan teh terbesar dari 5 perusahaan teh besar yang ada di Indonesia. Bahkan perusahaan ini menduduki peringkat pertama dalam menghasilkan teh terbanyak dan mengekspor teh terbanyak ke seluruh Asia Tenggara. Maka itu Dien tertarik meliput tentang Perusahaan ini. Tapi, sayangnya ia belum menemukan banyak informasi tentang perusahaan tersebut.

Tiba-tiba saja suasana hatinya terasa begitu nelangsa. Hal ini memang kerap terjadi setelah ia memutuskan untuk tidak lagi bersama-sama dengan senyumnya. Dalam waktu yang singkat air matanya yang meleleh kedasar pipi dan hal yang ia bisa lakukan untuk mengobati kerinduaan terhadap senyumnya adalah berdo’a kepada tuhan untuk terus menyampaikan kerinduan itu ke dalam hati senyumnya.

“Allah, sampaikanlah kerinduaanku ini di hati senyumku” ucapnya lirih sambil terus memandangi foto senyumnya yang sengaja ia ambil ketika ia masih berteman dalam akun facebook.

Dien tak ingin meneruskan kesedihannya terlalu lama. dengan cepat ia langsung bergegas mengambil air wudhu untuk shalat Isya dan kemudian mengistirahatkan tubuhnya kedalam mimpi sambil sesekali berharap bertemu dengan senyumnya di dalam bunga tidurnya.

“ itu sudah cukup membuatku bahagia ” ucapnya sambil tersenyum.

Deruan hati tak pernah berhenti memanggil nama mu SENYUMKU

Ku tau masih ada cinta dalam hatiku

Mungkin aku memang tak pernah tau di mana raga mu kini. Tapi, ku yakin tuhan pasti selalu sampaikan salam rinduku di hati mu

Ku mau SENYUMKU, TUHAN pertemukan kita lagi nanti

Di altar kebahagiaan yang mungkin tak seorangpun tau.

Ku harap kau masih tetap menjaga hati mu untuk wanita munafik yang tak berani ungkapkan cinta terhadap senyumnya.

Setelah menoreh sidikit puisi di dalam notenya. Dien pun tertidur lelap sambil terus berharap senyumnya menemui di mimpinya malam ini.

Hanya Tuhan tempatnya mengadu selama ia tinggal di desa ini. Di desa ini, begitu banyak orang yang menyayangi Dien. Bahkan mereka mengetahui Dien yang masih sendiri mencoba beberapa kali untuk mengenali Dien dengan anak-anak petinggi di desa tersebut. Tapi, dengan halus Dien menolak, tak seorangpun yang tau kalau Dien masih sangat menyayangi kekasihnya yang sudah 5 tahun berpisah.

*                       *                       *                       *                       *

Hari ini Dien tak mengajar. Karena hari ini adalah hari libur nasional. Biasanya setiap libur-libur nasional Dien memang meliburkan segala bentuk kegiatan persekolah. Dien memang sengaja untuk menyamakan semua aktivitas persekolahannya dengan sekolah-sekolah resmi pada umumnya. Di hatinya Dien berharap sekali kalau ia mampu mengantarkan anak-anak tersebut kesekolah-sekolah formal yang ada. Namun, Karena keterbatasan biaya darinya ia hanya mampu memberikan ilmu-ilmu yang ia miliki selama ia menjalankan pendidikan sarjana di Univerista TELADAN di jurusan Pendidikan bahasa dan sastra Indoneisia. Dien memang sangat mencintai seni. Seni sastra dan seni musik lah yang paling ia sukai. Maka, tak heran kalau Dien banyak mengajarkan tentang seni sastra dengan membaca puisi, bermain teater, prouloge, drama dan musikalisasi puisi di alam terbuka. Sampai akhirnya seluruh muridnya pun terasa tertular untuk mencintai sebuah kesenian. Dalam mengajarnya Dien kerap sekali bercerita tentang keinginanya bermain musik jimbe. Awalnya semua muridnya heran tentang alat musik itu karena tak seorangpun dari mereka yang pernah melihat atau mendengar alat musik tersebut. Tapi, setelah ia memperlihatkan jimbe kesayangannya yang ia beli saat ia masih duduk di bangku kuliah semester 6 akhirnya murid-muridnya pun tau alat musik itu. Tapi, sayangnya Dien hanya mampu memperkenalkan alat musik itu kepada seluruh muridnya tanpa dapat mengajari bagaimana bermain jimbe itu sebenarnya karena dien tak mampu memainkan alat musik tersebut. Jadi, muridnya hanya bisa memukul-mukul alat musik tersebut tanpa menjadi alunan nada yang indah.

“suatu saat kakak pasti bawa guru jimbe untuk kalian” janjinya pada seluruh muridnya tanpa ia tau kapan akan memenuhi janji tersebut.

Tepat pukul 09.00 Dien memutuskan untuk mencari banyak berita lagi untuk pekerjaannya meliput perusahaan teh yang berada tidak jauh dari tempat ia tinggal. Dengan semangat yang tinggi Dien pun meninggalkan rumahnya untuk kemudian keperusahaan teh tersebut dan mencoba mencari beberapa orang yang mampu melengkapi informasi yang ia butuhhkan. Karena perusahaan teh tersebut letaknya tidak terlalu jauh dari rumahnya, Dien pun memtuskan untuk berjalan kaki kesana sambil menikmati sejuknya alam desa ini.

Sekitar 10 menit Dien menempuh perjalan ke sana. Dari kejauhan tampak begitu terlihat bangunan megah milik “TEH ASLI INDONESIA”. Sesampainya di sana, Dien langsung menghampiri petugas keamaan yang berjaga di pintu masuk untuk menanyakan siapa kiranya karyawan dari perusahaan ini yang dapat dimintai keterangannya untuk menambahkan informasi tentang berita yang ingin ia buat. Tanpa banyak buang waktu satpam yang bernama Bpk. Dadang itu langsung mengantarnya kesebuah ruangan coordinator lapangan yang memang banyak mengurusi segala sesuatu perusahaan ini.

“ terimakasih “ ucapnya sambil memberikan senyum

Sesampainya di dalam ruangan yang cukup megah itu, Dien mencoba memasuki perlahan karena ternyata orang yang ia ingin temui sedang duduk membelakanginya. Ia tak tau apa yang sedang dilakukan oleh orang tersebut. Dengan langkah kaki yang perlahan ia coba mendekat.

“permisi” ujarnya sedikit ragu. Mendengar ada suara seseorang, lelaki tersebut yang ia ketahui sebagai petinggi perusahaan di sana langsung membalikan badannya dan ternyata ketika lelaki itu berhadapan dengan Dien keduanya sama-sama terdiam dan tak mampu berkata apa-apa. Keduanya sama-sama terkejut, seperti melihat seseorang yang sudah lama mereka tak jumpai.

Setelah 10 menit pertemuan mereka akhirnya mereka pun mampu menguasai dirinya masing-masing. Sambil bersamaan mereka mengucapkan sesuatu

“ hai !!! “ ucap keduanya. Keduanya terlihat salah tingngkah, beruntung lelaki tersebut mampu meredakan semua kekakuan yang ada di antara mereka.

“ Le…viii” ujar Dien ragu…

Ternyata lelaki itu adalah senyumnya yang selalu ia rindukan, senyumnya yang tiba-tiba membuat hatinya begitu nelangsa jika mengingatnya, senyumnya yang setiap do’anya selalu ingin disampaikan kerinduannya di setiap permintaannya pada tuhan, senyumnya yang berharap dipertemukan kembali di altar kebahagiaan yang mungkin tak seorang pun tau. Ia, Levi lah senyumnya Dien yang biasa di sapa SENYUMKU oleh dien.

Keduanya sama-sama tak menyangka akan dipertemukan kembali setalah 5 tahun yang lalu mereka berdua sepakat untuk tidak lagi menjalani hubungan mereka. Semua itu memang membuat hati Dien begitu terpuruk, bagaimana tidak dia harus benar-benar mengikhlaskan orang yang ia sayangi untuk berpisah demi kebahagiaan orang lain dan karena sebuah keadaan yang memang sulit untuk menyatukan mereka. Dien dan Levi awalnya adalah sepasang kekasih. Tapi, hubungan mereka berdiri di atas norma yang sudah membentuk sebuah kesalahan. Levi adalah sepupu mantan kekasihnya yang bernama Veno. Veno dan Dien cukup lama menjalin kasih hingga akhirnya hubungan mereka harus berakhir. Keluarga Veno yang mengetahui hubungan mereka menentang keras semua ini. Levi tak banyak berbuat apa-apa meskipun Dien berharap Levi mau memperjuangkan hubungan ini di hadapan keluarganya. Dien awalnya sangat yakin kalau hubungan mereka itu tidak salah karena mereka sama-sama menjalani hubungan ini setelah dirinya putus dengan Veno. Tapi, Levi punya alasan lain untuk tidak menyutujui alasan Dien karena ia merasa tidak enak telah menjalani hubungan secara sembunyi-sembunyi di belakang Veno. Levi memang sangat menghargai sepupunya, dia benar-benar tidak ingin membuat sebuah masalah antara Veno dan dirinya karena ia sangat tau kalau hal ini akan membuat hubungan dengan sodara-sodaranya yang lain menjadi kurang baik. Dien pun mengerti mengapa Levi tak begitu menginginkan untuk mempertahankan hubungan mereka meskipun dia sangat yakin Levi juga menyayanginya. Akhirnya hubungan mereka pun harus berakhir dengan sendirinya.

Hati Dien.

Sejujurnya setelah ia bertemu Levi kembali, Dien merasa Levi adalah sesosok lelaki yang memang ia butuhkan. Karena setalah beberapa kali ia mengalami putus nyambung dengan Veno, Dien tidak dengan mudah memutuskan lelaki lain untuk ia sayangi. Terlebih setelah Dien dan Levi semakin dekat. Meskipun kisah cinta mereka harus dijalani secara sembunyi-sembunyi. Tapi, itu sama sekali tidak mengurangi sisi kebahagiaannya dekat dengan Levi. Levi banyak menunjukan sikapnya yang membuat Dien merasa begitu disayang oleh orang yang ia juga sayang. Dien merasa Levi telah banyak berubah jika dibandingkan Levi yang pada awalnya ia kenal, yang semakin membuatnya bahagia bersanding denga Levi adalah karena Levi mengajarinya untuk mampu bersikap sopan meski hanya pada dirinya dan Levipun mengajarkan bagaimana ia harus selalu bertanggung jawab oleh semua bentuk kegiatannya. Saat itu Dien begitu merasa dihargai, selama ini Dien memang membutuhkan orang yang sangat memperhatikannya dan ternyata semua itu ada di Levi. Dien selalu ingat betapa bahagianya awal ia bertemu dengan Levi, bagimana Levi menciumnya, bagaimana Levi memeluknya. Semua itu memang singkat. Tapi, hari-hari yang singkat itu justru mampu mebuat Dien merasa menemukan kebahagiaannya lagi yang dulu pernah ia rasakan dan kemudian berubah menjadi tak hangat. Dien benar-benar tak menyangka kalau kebahagiaan berasama Levi hanya dapat berlangsung sebentar dan masalahpun terasa semakin rumit setelah banyak kelurga Levi yang mengetahui hubungan ini, keduanya harus sama-sama berbesar hati untuk melpaskan satu sama lain dan setelah itu hubungan mereka benar-benar terpisah. Tak ada lagi deringan telvon disetiap tengah malam karena memang disaat seperti itu waktu yang tepat untuk Levi berbicara banyak dengan Dien. Setelah Veno terlelap tidur atau setelah Levi tak lagi bermain bersama Veno. Pertemuan mereka pun tak bisa dilakukan sesering sepasang kekasih pada umumnya. 2 minggu sekali mereka bisa bertemu atau malah sebulan sekali tapi semuanya tetap berjalan dengan membahagiakan. Meskipun hubungan mereka singkat. Tapi, tidak lantas membuat perasaan Dien berakhir dengan singkat pula terhadap Levi justru setelah 5 tahun tak bertemu Dien tetap bertahan dengan perasaannya dan ia tidak pernah tau sampai kapan perasaan ini terus ada dalam hatinya.

Tanpa Levi, Dien tetap mejalani aktivitasnya dan selama itu pula Dien tetap berdo’a agar Tuhan selalu menyampaikan kerinduaan yang ia rasakan pada senyumnya dan Dien pun begitu yakin Tuhan pasti menyampaikan salamnya itu. Bahkan hampir di setiap malamnya selama lima tahun ini Dien selalu memimpikan seyumnya dan selalu bermain-main mesra dengan senyumnya di alam mimpi yang  semakin membuatnya yakin kalau Levi tak benar-benar meninggalkannya.

*                       *                                   *                                   *

Setelah pertemuaannya dengan Levi seketika Dien melupakan tujuannya datang kesana untuk mencari informasi buat bahan beritanya. Justru Levi membawanya kesebuah kebun teh yang terletak di atas bukit paling tinggi. Levi memang sangat hafal letak-letak kebun teh yang berada dalam lingkungan perusahaannya. Tugasnya sebagai coordinator lapangan memang mengharuskan dirinya untuk hafal semua letak-letak kebun teh yang tersebar luas di daerah desa cikokol.

Sambil duduk di pinggiran bukit kebun teh dan memandang luas hamparan kebun-kebun teh yang begitu tampak hijau dan syahdu serta ditiupkan angin sejuk yang telah membuat tubuhnya terasa terbang tertiup angin. Dien begitu tampak bahagia, senyumnya itu ada didekatnya. Selama di perjalanan menuju tempat ini mereka banyak cerita tentang keseharian mereka setelah tidak bersama. 2 tahun setelah tidak lagi bersama. Levi memutuskan untuk pindah dari kota Bogor kemudian ia kembali ke daerah Tanah Abang yang terletak di Jakarta-Pusat dan meneruskan hobinya bermain musik. Levi tak lagi belajar jimbe bersama Veno karena saat itu Veno sedang berada di puncak kariernya bersam bandnya yang bernama “dulusekarang”. Levi memulai lagi hidup di tempatnya yang sempat ia tinggalkan untuk belajar jimbe. Di sana Levi asik mengajarkan teman-temannya bermain jimbe. Ia merasa beruntung belajar jimbe bersama Veno karena kalo ia tak pernah belajar bermain jimbe ia tidak mampu mengajarkan teman-temannya yang ingin menguasai alat musik ini. Ia pun juga bangga karena gurunya yang tidak lain sepupunya sendiri kini juga telah berhasil di dunia musik. Levi tak sama sekali cemburu dengan kesuksesan sepupunya itu justru ia selalu membanggakan kebintangan saudaranya. Karena dirinya yakin kalau sebuah keberhasilan itu sudah di atur oleh Tuhan dan ia yakin kali ini saatnya untuk Veno yang meraih keberhasilannya dan ia pun begitu yakin kalau suatu saat nanti ia juga mampu meraih keberhasilanya itu. Tiba-tiba saja ketika ia sedang berlatih jimbe Levi dihubungi oleh saudara dari mamahnya yang baru datang dari Banyuwangi dan ia ditawarkan untuk berkerja sebagai coordinator lapangan di perusahaan yang dikeloloh keluarganya di Banyuwangi. Levipun menerima dengan senang hati. Akhirnya ia tinggal di Banyuwangi dan menjalani pekerjaannya sebagai coordinator lapangan di perusahaan tekstil milik keluaraganya. Selama di Banyuwangi, Levi sempat menjalani kedekatan dengan seorang wanita. Tapi, semuanya tidak berlangsung lama karena wanita yang diketahui bernama Dina Mariana itu harus meneruskan sekolahnya ke Brazil. Setelah tahun ke dua ia bekerja di Banyuwangi saudara yang dulu mengajaknya untuk berkerja di Banyuwangi tiba-tiba menawarkan apakah dirinya bersedia untuk dipindahkan ke perusahaan teh miliknya yang kini sedang mengalami pemasokan teh yang melimpah. Levi merasa tertantang dengan tawaran yang diberikan oleh saudaranya itu, akhirnya Levi pun dipindahkan ke desa cikokol setahun yang lalu. Ternyata levi memang sudah cukup lama berada di desa cikokol. Tapi, anehnya mereka tak sama sekali pernah bertemu. Selama berada di sini Levi memang sempat mendengar jika ada seorang guru relawan yang begitu baik mengajar di lingkungan ini. Namun, Levi tidak sama sekali mengira kalau guru tersebut bernama Dien Tamella kekasihnya yang sudah 5 tahun tak pernah ia temui.

Dien mendengarkan cerita senyumnya itu dengan serius sambil sesekali tersenyum kearahnya. Setelah Levi selesai bercerita, kini giliran Dien yang menceritakan kesehariannya selama ini. Saat Dien banyak menceritakan kesehariannya setelah berpisah dengan Levi, Senyumnya itu terus memandang wajahnya dengan penuh tatapan tajam sehingga sikapnya membuat Dien sedikit salah tingkah. Tapi, beruntungnya Levi tak menyadari kalau Dien sedang salah tingkah saat Levi terus memandang wajahnya. Singkat cerita Dien benar-benar merasa bahagia karena setelah ia menuntaskan pendidikan sarjana strata 1 nya ia dapat bekerja sebagai seorang guru untuk anak-anak kurang beruntung di desa ini dan menjadi seorang penulis serta wartawan lepas. Dien juga mengutarakan tujuan awalnya tadi mendatangi perusahaan tempat Levi bekerja.

“oh. Jadi kamu mau memuat perusahaan ini sebagai berita kamu ? memang Koran mana yang meminta? “

“ bukan Koran tapi majalah bisnis Indonesia “ ungkapnya semangat.

Waktu sudah menunjukan pukul 14.00 wib. Levipun mengajak Dien untuk melaksanakan shalat dzuhur dan kemudian Levi mengantar Dien untuk pulang. Dalam perjalanan levi berjanji pada Dien bersedia membantu dalam pencarian berita untuk liputan yang akan ia buat dan tentunya untuk mengajari murid-muridnya bermain jimbe.

“ makasih ya Lev sudah mau membantuku. “ ungkapnya bahagia dan setelah itu meninggalkan Levi kedalam rumah.

*                       *                       *                       *                       *

Sudah 1 bulan Levi dan Dien dipertemukan kembali. Selama sebulan ini setelah keduanya menjalankan aktivitas masing-masing mereka selalu bertemu dan menghabiskan sisa-sisa hari ini dengan kebersamaan. Levi juga menepati janjinya untuk membantu Dien dalam memberikan informasi lengkap tentang perusahaan tempat ia bekerja.

Hari-hari Dien di desa cikokol yang sedari awal memang sudah terasa membahagiakannya kini begitu tampak terasa semakin indah. Karena siapa lagi kalau bukan karena senyumnya yang telah kembali lagi dihari-harinya.

“Ternyata do’anya benar-benar di dengar Allah.” Ujarnya dalam hati

Dien memiliki kebiasaan baru setelah bertemu Levi, yaitu nongkrong di sebuah warung kopi yang sangat digemari Levi semenjak awal ia berada di desa ini. Levi yang suka minum kopi merasa ada teman yang menemaninya minum kopi setiap hari dan itu dien.

“ kamu tau gak Dien, kenapa aku selalu inget kamu? “ matanya menatap wajah Dien dalam-dalam ketika mulutnya berkata seperti itu, Dien hanya menggeleng tanda ia tak tahu.

“ karena rasa-rasanya setiap malam ada yang membisikan sesuatu di dalam tidurku kalau kamu menitipkan salam rindu pada tuhan untuk ku. Terkadang di mimpi itu aku berinteraksi dengan burung dan dia berkata kalau kamu rindu aku atau malah pernah tiba-tiba seorang kakek berkata dalam mimpiku kalau ada gadis yang merindukan ku “ ujarnya seraya merasa percaya tidak percaya dengan kenyataan yang memang ia alami. Dien hanya tersenyum dan ia teringat oleh semua do’a-doanya yang selalu ia ucapkan pada tuhan setiap hatinya nelangsa mengingat Levi.

“ternyata Allah benar-benar menyampaikan salamnya kepada Levi. Terimakasi Allah “ syukurnya dalam hati.

“ Allah tau Lev kalo aku masih kangen kamu. Hehe” ujarnya sambil tertawa kecil dan dari canda kecil itu Levipun mencium keningnya untuk pertama kali setelah ia bertemu lagi.

“aku sayaaaaaang kamu Dien Tamella. “ Dien pun tersenyum lembut untuk menutupi rasa senangnya setelah dicium oleh Levi.

“ Lev, lusa ada apresiasi sastra di sekolah ku. Kamu datang yah sambil tunjukin permainan jimbe mu kemereka. Pasti mereka seneng banget “ Levipun mengangguk sambil tersenyum dan kemudian mereka kembali pulang.

*                       *                       *                       *                       *

Malam yang begitu indah

Dengan tarian-tarian bintang di atas sana.

Dalam sujud ku yang berderai begitu banyak air mata

Aku ucapkan terimakasih karena telah tampakan senyumku itu dalam hari-hariku

(sungguh ini yang ku mau dan ku nanti selama ini)

Tuhan, ternyata kau memang dapat dipercaya

Karena kau selalu sampaikan salamku pada senyumku

Aku bahagia tuhan

Bahkan tak satu pesanpun luput dari mu

Senyum itu kini telah hiasai hari-hariku

Senyum itu menambahkan kesempurnaan dalam kebahagiaanku

Tak ada alasan untuk aku tidak bahagia lagi kini.

Lagi-lagi ia sempatkan menorah sedikit makna dalam notenya sebelum ia tertidur pulas setela menerima pesan singkat dari Levi

Ternyata kita dipertemukan lagi. Bersyukur yah !

Selamat tidur sayang J

*                       *                       *                       *                       *

Malam ini adalah malam dimana ke 25 anak kebanggan Dien menunjukan apresiasinya terhadap sastra di depan ratusan pasang mata yang melihatnya. Terlihat jelas ketegangan dari raut-raut muka lugu mereka sesaat sebelum mereka tampil. Tapi, bukan Dien namanya kalau tidak mampu membuat mereka kembali percaya diri, ditambah lagi Levi turut membantu dalam menghilangkan ketegangan mereka dengan sedikit mengajarinya bermain jimbe.

Acara pun segera dimulai. Tami, murid Dien yang pandai berceloteh didaulat sebagai pembawa acara bersama Danu malam ini. Acaranya begitu meriah. Ditambah bagaimana histerisnya pak. Dadang yang tau Tami anaknya pandai menjadi seorang pembawa acara, begitu juga dengan kakak dari Danu yang sampai meneteskan air mata ketika ia tau Danu adiknya yang selama ini selalu merasa minder karena tidak bersekolah mampu berbicara dengan percaya dirinya  di depan orang banyak. Pertunjukan pertama pun di tampilakan oleh Wawan yang pandai bermain proluge dengan pikiran-pikiran hebatnya tentang Bangsa Indonesia. Wawan memang selama ini dikenal sebagai murid yang kritis. Banyak hal yang ia keritisi bahkan sampai-sampai Dien kewalahan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diutarakan padanya. Wawan begitu memperhatikan Indonesia, dia cukup mengetahui tentang sejarah-sejarah di Indonesia dari buku-buku yang selama ini dia baca, Wawan pun sangat mengagumi proklamator kita Ir. Soekarno dan aktivis kemahasiswaan yang pada jamanya begitu keras menyuarkan keadilan yang pada akhirnya ia pun gugur di atas gunung saat pendakiannya ketika umurnya27 tahun dan dialah Soehok Gie. Wawan begitu lantang berdialouge yang memang ia ciptakan secara sepontan saat penampilannya berjalan. pikirannya tentang sebuah bangsa bernama Indonesia yang begitu kaya tapi begitu tidak adilnya terhadap bangsanya sendiri dan sindiran-sindiran tajam terhadap para politikus-politikus negeri ini yang silau dengan materi dan jabatan. Aksi Wawan begitu menarik perhatiaan banyak pasang mata yang menyaksikan pertunjukan itu. Mereka tak menyangka ada anak bangsa dari desa yang begitu banyak penduduk kurang mampu tapi memilik kepandaian seperti Wawan. Ayah dan Ibunya begitu bangga pada anak semata wayangnya yang kritis itu. Beberapa kali kedua orang tua itu berpelukan melihat anaknya yang luar bisa hebatnya. Tokoh Wawan sebagai orang gila bersama beberapa temannya seperti Ratih dan Kiki bocah kecil yang berperan sebagi figuran penghias alam semakin menambah kedahsyatan apresiasi yang mereka tampilkan. Ratih dan Kiki adalah murid Dien yang masih berusia 5 tahun, meskipun mereka hanya berperan sebagai pohon tapi kedua orang tua dari mereka tampak bangga melihat anak kecilnya berani tampil di depan orang banyak. Setelah pertunjukan dari Wawan selesai, pembawa acara pun langsung meneriakan pertunjukan selanjutnya pertunjukan yang akan dilakoni oleh semua anak didik Dien, yaitu pertunjukan drama musical yang berjudul “bawang putih bawang merah”. Drama ini disajikan dengan begitu menarik. Semua dialog yang di ucapkan dilantunkan dengan alunan nada dengan alat musik seadaanya. Benar-benar terkesan begitu meriah. Dien benar-benar merasa bangga dengan anak didiknya yang hebat-hebat itu. Ia yakin suatu saat salah satu dari mereka ada yang akan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.

“amiin” ucapnya lirih dalam hati.

Selama pertunjukan berlangsung Levi memang selalu ada di samping Dien. Menemani Dien menghibur sebagian muridnya yang masih harap-harap cemas karena belum kedapatan untuk tampil dan menemani Dien mengucapkan kebanggaannya terhadapa beberapa muridnya yang sudah berhasil tampil dengan sukses.

“kamu hebat Dien. Bisa menampilkan pertunjukan ini”  bangga Levi terhadap kekasihnya yang malam ini terlihat lebih cantik dengan rambut panjangnya yang dengan sengaja dibiarkan terurai dengan penghias bandana cokelat di kepalanya.

Malam semakin larut, acara demi acara pun telah berlalu dan hanya tersisa apresiasi yang akan di tampilkan oleh Dien dan Levi. Seruan meriah menyambut awal penampilan mereka. Semenjak mereka bertemu lagi para penduduk desa cikokol tau kalau Levi dan Dien adalah sepasang kekasih yang begitu kompak, serasi dan mesra. Hampir seluruh warga di sana mendo’akan kalau akhir dari hubungan cinta mereka berakhir di sebuah pelaminan.

“amiin” Dien dan Levi hanya mengamini setiap warga berkata seperti itu dihadapnya.

Dien dan levi menunjukan sebuah pertunjukan musikalisasi puisi. Dien yang membacakan puisi sedangkan Levi bermain jimbe. Penampilan ini adalah penampilan pertama Levi bermain jimbe di desa ini. Tak banyak orang tau kalau Levi begitu pandai memainkan alat musik untuk musiknya lagu reggae itu.

Dengan seruan para penonton yang begitu ramai Levi mampu membuat seluruh penonton terpukau dengan permainan jimbenya. Ia pukul secara berturut-turut alat musik itu sampai akhirnya menghasilkan sebuah nada yang begitu memukau. Perlahan pukulan jimbe itu mengecil dan hanya terdengar begitu pelan dan halus serta hanya terdengar suara lantang dan penuh penghayatan dalam pebacaan puisi yang  dibacakan oleh dien.

AKU KALAH DENGAN KEADAAN

Ketika aku mulai tersenyum

Merasa hati ini menemukan perasaan baru

Pada sesosok lelaki yang ku rasa tak jauh berbeda dari lelakiku sebelumnya.

Hanya saja aku menemukan setitik hal baik dalam hidupnya.

Baru mulai akan melangkah, tiba-tiba saja batu besar langsung menjadi penghalang jalan kami.

Alam mulai tunjukan keengganannya menerima hubungan ini.

Awalnya kami paksakan berjalan meski tampak ragu-ragu dan terbata-bata.

Aku tak menyangka ternyata hatiku dalam sekejap mulai merasa jatuh cinta entah untuk keberapa kalinya.

Mulanya aku anggap ini sebagai cinta sederhana karena aku tak ingin kecewa lagi khususnya pada dia yang beberapa tahun lalu pernah membuat ku sedikit sakit hati.

Tulisan ini sengaja ku buat untukmu

Mungkin aku salah mencintai kamu. Karena kamu adalah saudara sepupunya

Mungkin orang-orang menganggapku begitu murah karena mencintai mu

Mungkin pasang mata mereka melihatku begitu rendah karena aku terima cintamu

Aku hanya ingin mencari yang lebih baik

Dan harapan itu aku sematkan pada mu senyumku.

Awalnya aku siap untuk acuhkan pendapat-pendapat mereka yang begitu menyedihkan

Tapi, lama-lama aku rapuh karena kamu tak lagi genggam tanganku untuk melangkah bersama.

Kini tinggal aku sendiri mencoba menerangkan arti demi arti yang terbaca dalam jalinan cinta ini.

Berharap kamu SENYUMKU kembali yakin kalau kita bisa diterima oleh keadaan.

Tapi, ternyata kamupun pergi.

Iiya, aku mengerti mungkin kamu begitu menghargai persaudaraanmu

Akupun rela terabaikan untuk ini.

TENANG SAYANG KITA TAK AKAN KEHILANGAN APA-APA

KARENA KITA TAK PERNAH BERBUAT APA-APA

HANYA MUNGKIN AKU AKAN RINDUKAN SENYUMMU DAN PELUKANMU YANG MEMBUATKU BEGITU NYAMAN.

Sekarang aku ikrarkan kalau aku kalah di medan ini

Aku ingin sudahi perjuangan singkat ini.

Demi semuanya kembali bahagia.

Puisi yang dibacakan Dien begitu mengharukan. Sebuah puisi yang memang diciptakan ketika hatinya harus kalah dengan keadaan saat menjalankan hubungannya dengan Levi. Awalnya Levi tak tau puisi apa yang akan dibacakan oleh Dien karena sebelum tampil Dien hanya memberikan isyarat untuk mengawali penampilanya ini dengan sebuah pukulan jimbe yang mampu mebuat para penonton terkesima dan setelah itu menjadi perlahan dan menjadi bingkai-bingkai kata demi kata yang dibacakan olehnya. Saat Dien membacakan bait demi bait puisinya, Levi begitu serius memainkan jimbenya sambil terus mencoba memaknai sendiri maksud dari puisi yang dibacakan oleh orang yang ia sayangi itu sampai akhirnya ada beberapa bait yang membuatnya yakin kalau puisi ini menceritakan tentang hubungan mereka

Dan inilah bait tersebut.

Dan harapan itu aku sematkan pada mu senyumku.

Awalnya aku siap untuk acuhkan pendapat-pendapat mereka yang begitu menyedihkan

Tapi, lama-lama aku rapuh karena kamu tak lagi genggam tanganku untuk melangkah bersama.

Kini tinggal aku sendiri mencoba menerangkan arti demi arti yang terbaca dalam jalinan cinta ini.

Berharap kamu SENYUMKU kembali yakin kalau kita bisa diterima oleh keadaan.

Tapi, ternyata kamupun pergi.

Iiya, aku mengerti mungkin kamu begitu menghargai persaudaraanmu

Akupun rela terabaikan untuk ini.

dengan seketika Levi sadar akan kesalahannya terhadap Dien yang telah mengabaikan perasaannya yang ternyata dalam dan tidak main-main. Pada awalnya di 5 tahun yang lalu Levi hanya mengira kalau perasaan Dien terhadapnya tidak pernah melebihi rasa sayangnya dulu terhadap Veno. Levi tak mudah percaya kalau perasaan Dien terhadap Veno selama 4 tahun itu dapat tergantikan hanya karena kehadirannya yang baru saja 2 bulan masuk dalam kehidupannya. Sebenarnya saat itu Levi bisa saja berjuang mati-matian untuk mepertahankan hubungannya dengan Dien karena sebenarnya ia juga sangat mencintai Dien. Tapi, keraguaannya mengurungkan semuanya. Levi lebih memilih Veno dan tidak mencoba mengetahui perasaan Dien lebih dalam lagi. Seketika Levi benar-benar merasa bersalah sama keegoisannya dulu.

“sedalam itu kah Dien sayang gue?” ungkapnya dalam hati sambil terus  bermain jimbe. Sesekali ia salah dalam bermain jimbe sehingga membuat musiknya sedikit kabur. Tapi, beruntungnya tidak ada yang tahu kalau ia melakukan kesalahan,

Dien masih terus membacakan bait demi bait puisinya. Sampai tak sadar kalau air matanya meleleh dari kelopak-kelopak matanya yang begitu indah. Dien benar-benar menghayati pembacaan puisi tersbuat, hal ini bukan saja karena dalam setiap membaca puisi memang dibutuhkan penghayatan melainkan begitu eratnya ia dengan makna demi makna dalam puisi yang ia bacakan.

Banyak pasang mata yang juga meneteskan air mata seakaan mereka juga ikut merasakan apa yang penulis buat dalam bait bait puisinya. Di belakang sana Levi benar-benar semakin hanyut dalam rasa bersalahnya terhadap Dien. Tapi, dengan cepat ia mengultimatum hatinya untuk tak boleh kalah dengan keadaan lagi.

“aku tidak akan kalah dengan keadaan lagi Dien. Itu janjiku” ucapnya yakin sambi mengakhiri apresiasinya berasama kekasihnya.

Apresiasi pun ditutup dengan pertunjukan yang mengharukan yang di tampilkan oleh Dien dan Levi. Seluruh penduduk desa cikokol semakin bangga saja dengan kedua anak manusia ini. Bagaimana tidak keduanya dianggap sebagai jantung kebahagiaan untuk kehidupan warga desa cikokol. Karena mereka mampu meberikan semangat baru kepada warga-warga disana untuk tetap yakin sama kebahagiaan hidup yang warga sana fikir kalau kehidupan yang bahagia itu hanya dengan berlimpahnya materi. Tapi, melalui pikiran-pikarannya mereka mampu mengajak seluruh warga cikokol untuk selalu bersyukur dengan apa yang dimilikinya selama ini. Khususnya bagi anak-anak yang sebelumnya minder untuk bergaul karena tidak bersekolah.

“ kamu hebat sayang. Puisinya bagus “ puji Levi pada penampilannya tadi sebelum ia melepas Dien untuk beristirahat di rumahnya.

“makasih. Kamu juga bagus tadi “ gantian Dien yang memuji kekasihnya sambil mendaratkan ciuman mesra di pipi kanan Levi dan kemudian meninggalkan Levi yang sedang terperanjat oleh kecupan mesra darinya.

Kecupan mu manis sayang meski aku tak mencoba memcicipnya seperti sebuah cokelat

Rasanya begitu membuat jatungku ingin jatuh dan berhenti berdetak.

Aku seperti baru jatuh cinta.

Ungkap Levi mencoba berpuitis

*                       *                       *                       *                       *

Sebelum memutuskan untuk tidur. Levi membiarkan fikirannya untuk terus memuji kehebatan yang telah dilakukan oleh Dien dan terus mencoba untuk memutar otak hal apa yang akan ia lakukan untuk menebus kesalahanya terhadap Dien karena telah menyiayiakan hubungan mereka 5 tahun yang lalu. Tiba-tiba ia mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi saudaranya yang berada di Banyuwangi untuk mencoba meminta bantuan kepadanya. Tak lama di sebrang telvon terdengar suara lantang dari saudaranya tersebut.

“ ada opo toh, lev ? “ sautnya dalam bahasa jawa

“ gini loh mas … “ levipun langsung menceritakan tentang begitu banyak anak-anak yang berprestasi di daerah desa cikokol tempat perusahaanya bermukim namun sedihnya anak-anak tersebut tidak mampu untuk bersekolah formal dan harus diajar oleh seorang guru yang begitu ikhlas memberikan mereka ilmu di pinggiran kebun teh. Dengan bercerita seperti itu Levi mengutarakan niatnya agar perusahaan mau membantu ke 25 anak berprestasi itu untuk bersekolah bahkan untuk lebih meyakinkan Levi memberitahukan kalau semua keluarga dari 25 anak-anak tersebut sudah lama mengabdi untuk perusahaan TEH ASLI INDONESIA miliknya.

“ iya saya setuju lev. Beritahukan kepada mereka kalau mereka akan kami sekolahkan sampai lulus SMU dan beritahukan juga kepada guru yang baik itu kalau perusahaan akan memberikan sebuah rumah di daerah cikokol. “ Levi begitu bahagia mendengar ucapan dari saudaranya yang begitu darmawan. Berkali-kali ia ucapkan terimakasi terhadap saudaranya karena telah bersedia untuk membantuk ke 25 murid-murid Dien dan yang semakin membuatnya bahagia Dien juga diberi sebuah rumah sebagai tanda terimakasih telah dengan ikhlas mengajar anak-anak petani yang kurang mampu itu.

Setelah selesai berbicara di telvon dengan saudaranya itu ia pun segera terlelap tidur dan ingin cepat-cepat menemui Dien esok hari untuk memberitahukan berita bahagia ini. Ia yakin Dien pasti sangat bahagia mendengar berita ini.

*                       *                       *                       *                       *

Hari ini, setelah ba’da asar ia telah membuat janji seperti biasanya untuk bertemu Dien di tempat minum kopi yang biasa ia kunjungi untuk bertukar cerita setelah seharian menjalankan aktivitas yang membuat mereka merasa lelah. Tapi, anehnya setelah bertemu satu sama lain mereka kembali bersemangat untuk menjalankan hari-hari berikutnya. Sepasang kekasih ini memang begitu terlihat bahagia. Semenjak pertemuannya kembali tidak pernah terlihat ada satu keributan baik kecil atau pun besar yang meliputi hubungan mereka. Sepertinya tak satu pun dari mereka yang mau menyianyiakan pertemuan mereka yang kedua kalinya ini dengan hal-hal yang tidak penting. Yang selalu mereka perlihatkan kebahagia-kebahagiaan yang tertunda karena 5 tahun yang lalu mereka harus terpisahkan dengan keadaan. Rasa- rasanya waktu memang benar-benar membuktikan kalau tak ada seorangpun yang tahu tentang rencana-rencana yang telah disusun Tuhan dengan sangat indah. Salah satunya dipertemukan kembali Dien dan Levi di suatu tempat yang tidak pernah ia kira sebelumnya. Di desa cikokol lah, tanpa satupun keluarga besar dari mereka yang mengetahui kalau mereka telah menemukan kebahagiaannya yang sempat tertunda demi memberikan kebahagiaan terhadap orang lain dan ternyata Tuhan membalas kebahagiaan yang berlipat ganda untuk mereka.

“ terimakasih Allah “ ucap kedua anak manusia ini dalam setiap sujudnya.

Levipun sudah tidak lagi memperdulikan Veno karena sudah memacari mantan kekasihnya itu. Levi yakin kali ini Veno tak akan mempermasalhkan hubungan mereka, begitu juga dengan keluarga mereka. Karena sekarang ini Veno telah memiliki kekasih seorang model yang bernama Endita. Tiba-tiba saja ketika Levi baru saja selesai melaksanakan shalat zuhurnya Levi dikabarkan oleh Wawan kalo Dien jatuh pingsan di sekolah setelah berwudu untuk melaksanakan shalat zuhur. Tanpa buang waktu Levi pun langsung berlari ketempat di mana Dien dikabarkan jatuh pingsan. Dalam perjalanan ia terus berdo’a agar tidak terjadi apa-apa dengan kekasihnya itu.  Sesampainya di sekolah Levi begitu terkejut melihat keadaan Dien yang terlihat begitu pucat. Tanpa buang waktu Levi langsung membawa Dien kerumah sakit yang berada di daerah puncak. Selama perjalanan mengantar Dien ia terus memanjatkan do’a agar tidak terjadi apa-apa pada Dien. Ia benar-benar tak menyangka kalau Dien akan mengalami hal ini karena selama ia menganal Dien, dia tak pernah melihat Dien jatuh pingsan atau mengetahui Dien memiliki sebuah penyakit yang serius. Kalaupun Dien sakit itu hanya sebatas sakit flu atau batuk karena ia terlalu lelah menjalankan pekerjaannya.

*                       *                       *                       *                       *

Sesampainya di rumah sakit, Dien langsung ditangani oleh tim dokter. Ia ditangani dengan begitu serius karena sudah hampir dua jam semenjak ia jatuh pingsan ia belum juga sadarkan diri. Levi menangis tersedu-sedu di depan ruang Dien yang sedang ditangani oleh dokter. Ia benar-benar tidak ingin terjadi sesuatu yang mengerikan terhadap kekasihnya. Otot-otot kakinya terasa lemas selama ia berharap-harap cemas menunggu kabar dari dokter tentang keadaan orang yang ia sayangi itu, sampai-sampai ia tak sadar kalau selama ini ia duduk di atas lantai dengan kedua kaki yang dilipat, kepalanya terus menunduk, air matanya tak ada habisnya keluar dan hatinya tak berhenti berdo’a agar allah memberikan pertolongan pada Dien untuk cepat tersadar dari pingsannya. Bahkan begitu terlarutnya Levi oleh kesedihan ia sampai tak sadar kalau disekelilingnya sudah ada beberapa warga desa cikokol dan beberapa anak-anak kebanggaan Dien, bahkan Levi pun tak sadar kalau di sana sudah ada ayah,ibu dan kakak lelaki Dien. Sampai akhirnya kakak laki-laki Dien menghampiri Levi yang sedang terlarut dalam kesedihannya itu. Selama ia dekat dengan Dien, Levi memang belum begitu kenal akrab dengan keluarganya alasanya karena tempat tinggalnya jauh dari tempat ia tinggal sekarang. Levi hanya mengenal keluarga Dien dari cerita-cerita Dien selama ini. Itupun juga tidak banyak yang ia ceritakan karena Dien tidak terlalu sering menceritakan tentang keluarganya.

“ kamu siapanya Dien?” Tanya kakaknya itu terhadap Levi yang masih meneteskan air mata

“saya Levi mas, pacarnya Dien. “ ucapnya lirih. Tanpa banyak Tanya kakak dien langsung memeluk erat Levi

“do’akan Dien yah !” pintanya haru.

Hampir 3 jam Dien ditangani oleh tim dokter, sampai akhirnya seorang dokter keluar dalam ruangan tersebut dengan mimik muka yang begitu menyedihkan.

“ pasien bernama Dien Tamella kami nyatakan koma. Ia terkena serangan jantung dan kini harus di rawat di ruang iccu“ seketika setelah seorang dokter memberitahukan keadaan Dien semua orang-orang yang begitu menyayanginya sepontan menangis histeris. Mereka tak menyangka seorang Dien yang selama ini dikenal sebagai wanita yang begitu enerjik, selalu tampak sehat dan selalu bersemangat itu harus mendadak tumbang dan kini harus bertarung melawan maut di sebuah ruangan yang bernama iccu. Terlebih Levi, ia terlihat begitu sangat terpukul mendengar keadaan Dien sekarang. Rasa-rasanya ia baru sebentar merasakan sebuah kebahagiaan yang selama ini tertunda bersama Dien dan tiba-tiba kini ia harus menerima kalau Dien tengah dalam keadaan bertarung melawan maut. Ia sama sekali tidak ingin memikirkan kalau ia akan berpisah lagi dengan orang yang sangat ia sayangi itu terlebih untuk selama-lamanya. Tanpa diketahui oleh orang-orang disekelilingnya Levi langsung pergi ke musolah karena menurutnya berdo’a kepada Allah lah satu-satunya cara untuk mengembalikan Dien seperti dulu karena ia yakin hanya Allah lah yang  dapat menyembuhkan Dien. Setelah ia selesai shalat, ia langusung mengutarakan semua do’a-doa’nya untuk dien

“ Allah hanya engkaulah yang mampu memberikan kesembuhan terhadap Dien. Hamba mohon Allah kembailkan lagi senyum-senyum keceriaan Dien di hari-hari ku, kami masih memeliki banyak mimpi untuk melanjutkan kebahagiaan yang baru engkau berikan pada kami, Dien pun masih memiliki banyak harapan yang harus dia raih di dunia. Sembuhkan Dien Allah “ teriaknya sambil sesakili terisak tangis.

*                       *                       *                       *                       *

Sudah hampir 4 hari Dien tak sadarkan diri. Levi benar-benar tidak tega melihat Dien terus melawan maut seorang diri untuk tetap hidup. Hari itu, tanpa diduga Veno datang ke rumah sakit tempat Dien di rawat. Levi tak begitu terkejut melihat kedatangan Veno saat itu karena semenjak beberapa saat Dien dinyatakan koma oleh dokter Levi langsung menghubungi orang tuanya dan menceritakan semua cerita hubungannya bersama Dien yang kembali terajut di desa cikokol samapi akhirnya Dien dinyatakan koma karena serangan jantung. Tak ada satu komentar keluar dari mulut keluarganya, Levi sangat tahu kalau mereka begitu terkejut mendengar bahwa Levi dan Dien  kembali dipertemukan. Tapi, kali ini tak ada salah satu dari keluarganya yang menentang hubungan mereka bahkan Bimo kakak Veno yang selama ini menentang keras hubungan mereka pun tidak ikut berkomentar padahal ia tau betul ketika ia sedang menyampaikan berita itu Bimo ada di tengah-tengah keluarganya. Maka, tak heran kalau Levi yakin betul kalau Veno mengetahui kabar Dien koma dari keluarganya.

Sesampainya di rumah sakit, Veno yang begitu mengenal ayah, ibu dan kakak laki-lakinya Dien langsung menghampiri mereka tanpa sedikitpun ia menyadari keberadaan Levi di tengah-tengah mereka. Levi tak menyangka kalau Veno akan bersikap dingin terhadapnya samapi-sampai ia tak mau menyapa Levi yang juga berada disitu. Veno terus berbicara dengan keluarga Dien, dari matanya ia melihat keluarga Dien begitu dekat dengan Veno. Levi yang merasa terasingkan semenjak kedatangan Veno langsung memisahkan diri dari mereka. Levi lebih memilih menemui Dien yang sedang terbaring tak sadarkan diri di dalam iccu. Setiap Levi melihat Dien, air matanya tak dapat ia sembunyikan sekali lagi ia benar-benar tak menyangka kalau ia akan melihat Dien dalam keadaan seperti ini. Tiba-tiba saja Levi teringat dengan kabar bahagia tentang beasiswa yang akan diberikan pada anak-anak murid Dien untuk melanjutkan sekolah kesekolah formal dan hadiah rumah yang akan diberikan perusahaan tempat ia bekerja untuk Dien karena telah dengan ikhlas mengajar anak-anak petani yang kurang mampu di desa cikokol.

“sayaaang, ayo buka mata mu aku punya kabar gembira untuk kemajuaan anak-anak murid kebangaanmu” ucapnya lirih berkali-kali dengan harapan Dien mau membuka matanya dan memberikan senyuman indah yang ia rindukan sejak Dien dinyatakan koma. Tapi, sayang Dien tak sama sekali menuruti permintaanya. Namun, tiba-tiba saja Veno datang menemui Levi yang sedang tertidur di samping tubuh Dien yang terbaring lemas di atas tempat tidur dengan alat-alat kedokteran yang membuatnya tetap bernafas. Veno perlahan menggoyakan tubuh Levi yang terlelap tidur dan mengajaknya untuk berbicara serius di kantin rumah sakit. Levipun langsung mengkuti langkah Veno kearah kantin yang berada di bagian belakang rumah sakit. Kantin tersebut masih terlihat sepi, karena waktu masih menunjukan pukul 07.30 wib jadi belum banyak orang yang datang. Setelah memesan 2 cangkir teh hangat Veno mengajak Levi untuk duduk disebuah bangku yang telah ia tentukan.

“ kenapa lu gak cerita tentang hubungan lu selama ini sama Dien ?” Tanya Veno dengan penuh kehati-hatian

“ karena gue mau lu sama gue tetap baik-baik aja ” jelaskan Levi singkat. Tampaknya Levi tak begitu bersemangat untuk memberikan alasan-alasan pada Veno tentang hubungan mereka. Yang ada dalam fikirannya bagaimana ia terus memohon pada Allah agar ia mau menyembuhkan Dien. Namun, tampaknya Veno tak mengerti tentang keengganannya untuk berbicara banyak padanya.

“Lev, Dien emang mantan gue. Dia pernah sama-sama gue selama 4 tahun tapi bukan berarti setelah itu gue tetep memiliki hak untuk mengatur siapa aja lelaki yang boleh dia sayangin. Dia berhak menentukan pilihan hidupnya sama siapapun termasuk lu Lev sepupu gue sendiri. Justru gue bersyukur kalau Dien sama lu karena gue begitu kenal sama orang yang ia sayangin sekarang. Gue gak perlu khawatir kalau dia akan disakitin sama pacarnya karena gue yakin lu gak akan nyakitin dia. “ begitu bijaksana Veno menjelaskan itu. Tapi, lagi-lagi Levi tak begitu memperdulikan pembicaraan itu. Karena menurutnya hal seperti ini tidak lagi ia butuhkan. Sekalipun saat ini Veno tidak menyukai hubungan mereka, Levi tetap berjalan dengan keputusannya menyayangi Dien terlebih ada kejadian seperti ini tak ada sedikitpun niatan untuk meninggalkan Dien meskipun hanya untuk ketempat ia bekerja. Tapi, Levi tetap menghargai penjelasanya itu.

Tiba-tiba saja kakak laki-laki Dien berlari ke arah mereka dan memberitahukan kalau Dien telah tersadar dari komanya dan berulang kali memanggil nama Levi. Tanpa buang waktu Levi langsung berlari keruangan dimana Dien di rawat. Sampainya di sana ia langsung memegang erat tangan Dien sambil terus terisak tangis. Levipun melihat butiran-butiran air mata keluar di ujung-ujung matanya. Perlahan ia menghapus air mata Dien yang membasahi seluruh pipinya.

“Dien, kamu tau anak-anak kebanggaan mu sekarang dapat bersekolah formal karena perusahaan meberikan beasiswa untuk mereka, bahkan kamu diberikan sebuah rumah di desa cikokol oleh perusahaan “ ungkap Levi yang sejak Dien dinyatakan koma belum sempat memberitahukan kabar gembira ini. Dien yang mendengar itu langsung tersenyum bahagia sambil terus menggenggam tangan Levi seakan tak ingin berpisah. Ia terus tersenyum kearah Levi sambil sesekali Ia melihat orang disekelilingnya. Ia tau disana ada ayah,ibu,kakak, Veno dan beberap murid kebanggaannya. Ia melontarkan senyum kecil kearahnya dan setelah itu kembali dalam menatap kekasihnya.

“aku sayang kamu Levi. Aku yakin Allah akan satukan kita lagi di altar kebahagiaan yang tak seorangpun tau” lirihnya dengan suara yang begitu lemas.

“maksud mu apa Dien?” ujar Levi resah. Semua orang yang ada di ruangan itu langsung bersimbah air mata tak terkecuali Veno karena ia tak menyangka kalau Dien memiliki perasaan yang begitu besar terhadap Levi. Bahkan sampai dalam keadaan melawan maut pun ia tetap berharap kalau tuhan akan menyatukan mereka kembali.

Mendadak nafas Dien terasa begitu sesak, sampai-sampai Levi terus membacakan dua kalimat syahadat di telinga Dien dengan harapan Dien dapat mengikutinya dengan terbata-bata Dien mencoba mengikutinya sampai dikalimat terakhir ia menghembuskan nafas terakhir dan akhirnya Dien pun dinyatakan meninggal dunia oleh dokter.

Seketika hati Levi langsung terasa tak berada di tempatnya, rasanya ia ingin ikut pergi bersama Dien. Di tutup kain kafan dan di kubur dalam-dalam di tanah. Sebagian besar kebahagiaannya terasa hilang begitu cepat. Baru 2 bulan Levi merasakan kedekatan yang benar-benar terasa dekat dengan orang yang selama ini disayanginya. Tinggal berdekatan dengan Dien tanpa ada pertentangan dari keluarganya, itu benar-benar membuatnya terasa bahagia, bercanda, tertawa di warung kopi sambil terus menceritakan hal-hal yang telah dilakukan seharian penuh, berdendang di atas bukit dengan ditemani oleh angin yang membuat tubuh mereka terasa terbang terbawa oleh angin, bagaimana hangatnya kebersamaan mereka, masih sangat hafal levi dengan tawa-tawa yang dikeluarkan oleh Dien, bagaimana senyumnya yang terlihat begitu manis ketika ia kerap mengganggu Levi saat sedang serius bercerita, bagaimana begitu ikhlasnya dia dalam memberikan ilmu-ilmu pada anak-anak kebangaannya. Belum sempat ia melihat anak-anak didiknya itu berhasil meraih kesuksesan, menjadi anak kebanggan bangsa Indonesia. Benar-benar nelangsa hati Levi ketika Dien dinyatakan meninggal dunia bahkan sampai jasad Dien perlahan-lahan di timbun oleh tanah-tanah ia masih belum bisa menerima kepergiaan Dien untuk selamanya.

“aku masih punya banyak mimpi bersama mu Dien, aku tau kamu masih ingin melihat senyum-senyum murid kebangaan mu saat meraih kesuksesannya, Dien aku masih ingin memeluk erat mesra tubuhmu, Dien…..” ucapnya begitu sedih di atas makam Dien. Kini Dien benar-benar telah tiada dan benar-benar tiada. Dien bukan pergi meninggalkannya untuk beberapa jam atau bebera hari tapi justru Dien benar-benar pergi untuk selamanya Dan kemungkinan dalam waktu beberapa tahun pun mereka tak akan pernah dipertemukan lagi. Levipun harus benar-benar ikhlas melepas Dien seperti orang-orang yang menyayangi kekasihnya yang mencoba untuk ikhlas melepasnya.

*                       *                       *                       *                       *                       *

Rumah yang di tempati Dien selama ini masih terlihat sama seperti ketika Dien masih hidup. Hari ini levi memutuskan untuk menempati rumah ini. Ketika ia memasuki kamar Dien, ia melihat sebuah note kecil bersampul cokelat terselip di bawah bantal yang biasa ia gunakan saat tidur. Ia baca lembar demi lembar puisi yang dibuat oleh dien semasa hidupnya. Begitu bagus dan indah. Levi tak menyangka kalau Dien banyak menciptakan puisi untuknya selama ia meninggalkan Dien beberapa tahun lalu. Ternyata malam sebelum ia jatuh pingsan dan koma Dien sempat menulis sebuah puisi, malam itu tepatnya stelah acara apresiasi satra dan tepat setelah dien mencium lembut pipinya. Lagi-lagi hati Levi terasa begitu nelangsa karena terus terbayang dan mengingat wajah Dien.

Senyumku senyumku

Malam ini kau membuatku begitu terkesima oleh kemampuanmu

Aku benar-benar begitu mencintai mu. Tapi, mengapa aku merasa akan kehilangan mu kembali

Tapi, aku percaya Tuhan akan tetap pertemukan kita di alatar kebahagiaan yang mungkin tanpa seorangpun tau. Aku yakin !

Karena aku yakin Tuhan menciptakan kamu untuk aku dan aku untuk kamu

Senyumku senyumku

Kau membuat ku begitu bahagai meskipun sesekali aku nelangsa karena terus mengharapkan kamu kembali kala itu.

Kucium tadi pipinya

Itu rasa yang begitu manis yang ku punya untuk mu

Semoga kau rasakan itu.

Senyumku senyumku

Rasanya aku ingin memeluk mu dan mati mesra dalam genggaman tangan mu.

Lagi-lagi levi harus berderai air mata, ia tak menyangka puisi terakhirnya malam itu menandakan kepergian orang yang sangat ia sayangi itu untuk selamanya. Tak ada satu kata pun yang mampu ia keluarkan sampai akhirnya ia tertidur dan bermimpi bertemu dengan Dien. Di mimpinya Dien tersenyum dan berkali-kali mengatakan

“Allah, akan mempertemukan kita di altar kebahagiaan yang mungkin tak seorangpun tau. Sabar yah levi !!!”.

*                       *                       *                       *                       *

Selesaiiiiiiiii

IIEN DIEN TAMELLA

25 Febuari 2011


  • cerita ini adalah sebuah fiktif belakang. Maka jika ada kesamaan tokoh dan cerita itu bukan unsure dari kesengajaan.
  • Percayalah pada janji-janji tuhan karena dia akan selalu menepati janjinya.
  • Percayalah dengan kekuatan cinta karena tuhan akan terus mendekatkan kita dengan pasangan kita apabila kita benar-benar yakin terhadapnya
  • Dunia bukanlah tempat yang abadi, percayalah jika kamu mencintai seseorang dan tidak dapat memeliki orang tersebut kamu akan dipertemukan kembali dengannya di altar kebahagioan tanpa seorangpun yang tau. Asalkan kamu tetap percaya dan memohon pada tuhanmu.
  • Patah hati bukanlah alasan untuk kamu tidak bahagia dan tidak mengejar mimpi-mimpu mu
  • Janganlah pernah ragu untuk menyampaikan salam rindumu pada orang-orang yang kau kasihi terhadap tuhan karena tuhan akan selalu menyampaikan salam rindu mu itu terhadap orang yang kau rindukan.

Cerita ini kupersembahkan untuk

SENYUMKU yang telah begitu baik menciptakan senyum-senyum kecil di hari-hariku selama beberapa bulan ini. Aku mengalami kejadian yang luar biasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun