"Sahabat Anas RA berkata bahwasannya Rasulullah SAW tidak pernah makan sendirian, Rasulullah SAW Â juga pernah bersabda bahwa sebaik-baik makanan adalah yang dimakan banyak tangan" dan "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah makan bersama enam orang sahabatnya, lantas Arab Badui datang lalu memakan makanan beliau dengan dua suapan." (HR. Tirmidzi no. 1858, Abu Daud no. 3767, Ibnu Majah no. 3264. Sanad hadits ini shahih kata Al Hafizh Abu Thohir).
Jangan  Remehkan Kebiasaan Makan Bersama Dalam Satu Nampan
Kebiasaan makan berjamaah alias makan secara bersama-sama adalah sebuah tradisi baik yang ada dimasyarakat sebagaimana sering kita saksikan pemandangan makan bersama  saat  acara pertemuan keluarga, arisan, kerja bhakti, bahkan selesai ta'lim tidak jarang diakhiri dengan makan bersama, adapun cara makan bersama sama beraneka ragam ada cukup menggunakan piring masing-masing, namun banyak yang melakukan makan bersama menggunakan satu tempat dari  daun pelepah pisang, pelepah pinang, ada juga yang menggunakan nampan, atau baki  denga cara membagi kelompok dengan jumlah 2, 3, dan 4  orang berkelompok lalu makan bersama, kebiasaan makan bersama seperti ini masih dilestarikan dalam sebuah kelompok pengajian keliling Tafsir Jalalain  didaerah Cileungsi, Kabupaten Bogor, soal makan berkelompok  dalam satu nampan, namun bagi santri hal ini sudah tidak asing lagi bahkan kebiasaan makan bareng dalam satu nampan  bersama-sama menjadi kenangan yang tak terlupakan, namun perlu diingat konsep makan bersama  bersama dalam satu nampan besar ini tidak hanya ada didunia persantren, atau dalam ta'lim ansich  tetapi  dilingkungan masyarakat Arab makan bersama dalam nampan sudah biasa , bahkan di beberapa restoran Arab selalu menyediakan model hidangan nampan tentu dengan menu khas Arab semisal nasi kebuli kambing , nasi mandhi, tradisi makan bersama dengan banyak tangan dalam satu nampan besar akan terasa lebih nikmat, mengenyangkan  dan membawa keberkahan
Apakah makan bersama merupakan tradisi belaka  ?  tentu saja tidak hanya sekedar tradisi semata , karena makan bersama dengan banyak tangan dalam satu piring besar ini sesungguhnya merupakan ajaran Rasulullah SAW,  sebagaimana dalam sebuah hadits yang datang dari sahabat Wahsyi bin Harb dan diriwayatkan oleh Abu Dawud disebutkan "Bahwasannya para sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "(Mengapa) kita makan tetapi tidak kenyang?" Rasulullah balik bertanya, "Apakah kalian makan sendiri-sendiri?" Mereka menjawab, "Ya (kami makan sendiri-sendiri)". Rasulullah pun menjawab, "Makanlah kalian bersama-sama dan bacalah basmalah, maka Allah akan memberikan berkah kepada kalian semua." (HR. Abu Dawud) Demikianlah anjuran Rasulullah dipegang teguh oleh para sahabat dan keluarganya, hingga para habaib dan para kiyai  di pesantren-pesantren  yang mempertahankan kebiasaan makan bersama dalam satu nampan, bahkan ada yang memahami bahwa makan sendirian sebagai sebuah kerugian,  karena jika makan bersama banyak tangan mendatangkan  keberkahan maka berlepas dari momen itu bagi sebagain orang  jelas akan mendatangkan kerugian.
Pemahaman diatas  menunjukkan betapa keberkahan sebuah makanan sangat berhubungan dengan seberapa banyak orang yang ikut menikmatinya, semakin banyak tangan semakin berkah. Inilah kemudian didunia pesantren dijadikan sebagai kebiasaan baik  selalu makan dengan konsep mayoran  dengan satu nampan banyak tangan merupakan pelajaran yang berharga untuk membangun karakter kebersamaan, sepenanggungan,  satu rasa, tidak ada tirai yang membedakan, melatih menjauh dari sifat kikir dan bakhil, dan cara makan bersama ini  yang kemudian diharapkan menjadi salah satu bahan pengikat kerukunan antar mereka, hatta perbedaan pendapat tidak akan mampu menggoyahkan rasa kekeluargaan antara mereka, kebiasaan makan satu nampan  dengan banyak tangan terlalu kokoh untuk dihancurkan  hanya karena perbedaan yang ada
Kesimpulan :