Mohon tunggu...
Inayat
Inayat Mohon Tunggu... Swasta - Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Ingat empat tempat yang harus senantiasa dicuci

18 Januari 2025   07:40 Diperbarui: 18 Januari 2025   07:30 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ingat empat tempat yang harus senantiasa dicuci


Tentu saja mencuci yang dimaksud ini bukan mencuci sebagaimana lazimnya mencuci pakaian kotor melalui tahapan diirendam menggunakan detergen, dibilas, lalu dikeringkan, digosok baru bisa digunakan kembali, tetapi cuci disini adalah lebih terhadap menaiki tangga-tangga kedewasaan ruhani dengan cara sadar diri teramat  banyak berbuat kesalahan melalui aktifitas indera'   melalui mata, lisan dengan menggibah, memfitnah , dan perkataan yang tidak ada manfaatnya,hati yang terkadang tidak mencerminkan kelembutan basyiroh , malah justru mengeruh  dengan adanya noktah sifat  sombong, angkuh , hasad, iri dan dengki semua ini senantiasa harus dibersihkan setiap hari agar terjaga dari kemurniannya.   Mencuci empat tempat adalah sebuah kutipan pesan pembelajaran baik dari salah satu buku nashaihul ibad karya Syekh Nawawi Al Bantani, dan kutipan ini berisi anjuran untuk selalu membersihkan diri dengan cara cara tertentu, antara lain :


Mencuci Wajah Dengan Air Mata
Mencucui mata dengan memperbanyak tangisan penyesalan dimalam hari saat orang tertidur pulas kalian terbangun, senantiasa bisa mengalahkan dinginnya air di malam hari membasahi wajahnya dengan  setetes air wudhu kemudian menangis di  saat malam-malam yang sangat berharga itulah yang membuatnya  hebat,  bukankah Rasulullah SAW  menuturkan bahwa dua mata yang tidak akan tersentuh oleh api neraka yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang bermalam (begadang) untuk berjaga-jaga (dari serangan musuh) ketika berperang di jalan Allah" (HR. Turmudzi) tangisan yang dilakukan adalah tangisan penyesalan atas kesalahan yang dilakukan, tangisan yang mengalir membasahi pipi sebagai bentuk pengakuan akan kelemahan diri,  atas ketidak sempurnaan sebagai manusia tetapi diatas segala kelemahan, masih ada setitik iman  yang senantiasa siaga untuk memadamkan luapan syahwat kotor yang setiap saat selalu menggoda

Nu
Nu
Online


Mencuci Lisan Dengan Berzikir
Menjaga lisan gampang-gampang susah seringkali lisan teramat  menikmati  kebohongan demi kebohonga, seringkali lisan menikmati saat membicarakan aib orang lain, memfitnah, menggibah, maka cara mengobati nya adalah melalui ringkih basai  lisan dengan  membaca kalimat thayibah seperti tahmid, takbir, tasbih, dan istifghar, bukankah ada dua kalimat yang ringan di lisan tetapi berat dalam timbangan dan dicintai Allah adalah dengan selalu bergumam "Subhanallahu wa bi Hamdihi dan Subhanallahil Adzim" (HR. Bukhari-Muslim). Sejatinya, inilah yang disebut dengan zikir lisan, yakni dengan cara memuji, berzikir mata dengan cara  menangis, zikir tangan melalui cara-cara berbagi menjadi tangan the power of giving (kekuatan memberi), dan peluang zikir telinga dengan mendengarkan kebaikan-kebaikan, Allah SWT telah memberikan pengajarannya sebagaimana dalam ayat "Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya" (QS. al-Ahzab/33: 42).


Mencuci Hati Dengan Rasa Takut 
Mencuci hati adalah proses membersihkan hati dari segala kotoran dan dosa, sehingga hati menjadi bersih dan tulus meminjam istilah sufi melalui melalui tahapan takhalli proses membersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan kotoran hati, tahalli proses mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji, dan tajalli adalah penghayatan rasa kepada Allah SWT, namun demikian dalam Islam, mencuci hati merupakan bagian dari proses taubat dan amalan saleh yang dapat membawa keselamatan di akhirat, menanamkan rasa  kepada Allah, kelak akan mendapatkan tempat yang layak sebagaimana dalam firman-Nya "Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga" (QS. al-Rahman/55: 46). Seorang muslim yang hatinya masih hidup dan ada keimanan maka ia akan sadar dengan kesalahannya walau sedikit, hatinya akan tidak tenang dengan kesalahan yang dilakukan walau sedikit, jiwanya terguncang dengan pandangan yang dilarang walau secuil . Innal mu'mina yaraa dzhunubahu kaannahu qaaeidun tahta jabali yakhaafu an-yaqa' alayhi , wa'innalfajir yaraa dzhunubahu kadzhubabin  marro a'laa 'anfihi "Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan ia duduk di bawah gunung dan khawatir gunung tersebut akan menimpanya. Sedangkan seorang yang fajir (yang gemar maksiat), ia akan melihat dosanya seperti seekor lalat yang lewat begitu saja di hadapan batang hidungnya".  Maka dengan demikian seorang mukmin senantiasa selalu berusaha  menghapus dosanya walaupun sedikit dengan segera, dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi


Mencuci Dosa  Dengan Bertaubat
Manusia tempatnya salah dan lupa" adalah ungkapan bahwa  manusia tidak pernah luput dari kesalahan dan  dosa, atau dalam bahasa Arab lebih dikenal dengan istilah  "al-insn mahlul khatha' wan nisyn",  ini menunjukkan bahwa semua manusia pasti pernah salah, dan tidak ada yang luput dari kesalahan, namun  sebaik-baik manusia adalah yang mengakui segala kesalahan dengan cara  bertaubat, serta berjanji  tidak mengulangi kesalahannya, dalam hadis lain dikatakan bahwa "Kullu bani adam khatta' wakhayru alkhattayiyn alttawwabun" Semua anak Adam melakukan kesalahan dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang bertaubat." (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan ad-Darimi)

Merdeka.com
Merdeka.com

Taubat sesungguhnya sebagai sarana pengakuan atas dosa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh bukan taubat sambel pedas tetapi tidak pernah jera , melainkan tindakan untuk menyesal dan berjanji tidak mengulang perbuatan yang salah, karenanya taubat yang dilakukan harus memiliki empat indikator. Pertama, menyesal sepenuh hati. Kedua, meminta ampun dengan lisan. Ketiga, tak menyisakan (dosa) pada badan. Keempat, berketetapan hati tidak mengulangi. Taubat ini adalah harus  dilakukan dengan penuh kesadaran dan kesungguhan untuk kembali ke jalan yang lurus , betapa bodohnya diri kita  telah melakukan pertaubatan, dan  mendapatkan peta perjalanan hidup dengan rambu  yang  sangat sempurna, lalu masih tetap terjerembab. Wallahu A'lamu


Sabtu, 18 Januari 2025
Kreator Kompasiana : Inay Thea

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun