Mohon tunggu...
Inayat
Inayat Mohon Tunggu... Swasta - Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Renggangnya Hubungan Megawati dan Jokowi Apakah Ini sebagai Pertanda Sayonara Antara PDIP dan Jokowi

22 Mei 2024   06:25 Diperbarui: 22 Mei 2024   06:48 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Renggangnya Hubungan Megawati dan Jokowi Apakah Ini Sebagai Pertanda Sayonara Antara PDIP dan Jokowi

Dengan tidak diundangnya Joko Widodo di Rakernas V yang akan digelar di Ancol pada 24-26 Mei padahal Jokowi masih merupakan kader PDIP apakah ini pertanda bahwa hubungan Ketua Umum Partai Demoraksi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Sukarnoputri dengan Presiden Joko Widodo retak alias mengalami situasi  panas dingin.

Walau Mega tidak pernah menyampaikan secara gamblang (vulgar) tetapi mudah diterka keretakan hubungan mereka dengan melihat kondisi ini, dan biasanya sulit untuk kembali untuk kembali bermesraan. 

Soalnya selama ini sikap Megawati selalu konsisten diterapkan sekali sudah sampaikan cut off pantang baginya menjilat air ludah sendiri untuk menganulir kembali karena  biasanya sulit ditawar-tawar lagi tetapi yang perlu diingat renggangnya hubungan tidak sampai bermusuhan hanya  untuk kembali rujuk nampaknya sangat sulit, namun  kita tidak bisa  mendahului hasil keputusan resmi dari PDIP di rakernas nanti bagaimana dalam menyikapi situasi kekinian   

Dok. Viva
Dok. Viva

Dok. Rakyat Merdeka
Dok. Rakyat Merdeka

Namun apapun alasan yang dikemukakan elit PDIP jelas sekali nampak tanda-tanda hubungan mesra antara Jokowi dan PDIP  mulai terganggu sejak Pilpres 2024 karena perbedaan sikap dalam menentukan pilihan hal ini memunculkan anggapan bahwa ini sebagai pertanda bahwa hubungan Joko Widodo dan PDIP sudah diambang perspisahan akibat perbedaan pandangan politik  dimana publik pada saat itu dengan mudah menduga kemana arah keberpihakan Jokowi dalam pemilu 2024 secara psikologis tidak bisa memungkiri arah kecenderunga Jokowi berpihak kepada siapa? 

Banyak indikasi yang mengarah kepada salah satu calon namun dalam alam demokrasi itu tidak dipersalahkan, perbedaan pilihan sesuatu yang sangat jamak terjadi untuk  menentukan pilihan yang diyakini terbaik bukankah itu dilindungi undang-undang hanya saja pilihan Jokowi berbeda dengan induk semangnya yang lebih menjagokan  pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfudz MD tapi memang sejak mencuat soal kandidat capres aroma amisnya sudah mulai tercium memanas  yang pada akhirnya ada nuansa kurang nyaman  harus tetap berada dalam satu keluarga besar jika hati sudah tidak merasa tenang, nyaman,  maka pilihan terbaiknya adalah berpisah sebagai salah satu tanda perpisahannya adalah dengan tidak diundangnya Jokowi di acara penting PDIP

Kalau soal mengembalikan KTA sebagaimana lazimnya saat kita mengundurkan diri dari angota partai politik  mungkin bukan sesuatu yang sulit  tetapi yang paling berat adalah suasana hati dan pikiran yang sulit untuk disatukan dari sejak pemiliu Presiden 2024.

Keretakan itu sebenarnya mudah dibaca public  apapun alasan yang dikemukakan para elit  PDIP dengan tidak mengundang Jokowi sebagaimana yang disampaikan  Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat mengatakan bahwa rakernas ini merupakan agenda internal partai sehingga PDIP  tidak perlu mengundang Jokowi. Bukankah beliau-beliau  sangat sibuk dan menyibukkan diri Jadi agenda ini hanya internal PDIP otomatis pesertanya internal PDIP juga. Namun pertanyaan genit berikutnya adalah bukankah  Jokowi masih sebagai anggota PDIP? Terlebih posisi Joko Widodo  masih sebagai Presiden RI biasanya rakernas partai politik manapun yang dihadiri oleh Presiden atau Wakil Presiden itu merupakan suatu kehormatan yang luar biasa, memiliki makna tersendiri   bagi yang  bisa menghadirkan pimpinan nasional itu merupakan prestasi. Namun rupanya ini tidak berlaku bagi PDIP dengan suara bulat tidak mengundang Jokowi  sebagai Presiden maupun sebagai kader dari partai PDIP dalam acara rakernas lebih karena disebabkan perbedaan pandangan politik saat pemilu beberapa bulan yang lalu dimana Jokowi lebih berpihak  terhadap pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dibanding calon yang diusung PDIP ganjar Pranowo dan Mahfud MD.

Alhasil sebagaimana kita ketahui pasangan Prabowo Gibran memenangkan pilpres 2024 pasca  diumumkan  secara resmi oleh KPU dari sini sebenarnya publik sudah sangat mafhum tumbuhnya benih-benih keretakan  hubungan Jokowi dan PDIP semakin merenggang.

Terbukti sejak Iedul Fitri sampai sekarang belum ada komunikasi atau pertemuan khusus antara Megawati Soekarno Putri dan Jokowi sebagaimana biasanya pasca lebaran selalu ada kunjungan silaturahmi dan ditambah tidak diundangnya Jokowi pada acara rakernas PDIP semakin memperkuat anggapan publik  bahwa PDIP sudah tidak mau lagi berhubungan dengan Jokowi. Padahal, jika kita mau berpikir jernih bahwa perbedaan politik adalah sesuatu yang sangat wajar dalam alam demokrasi setiap orang memiliki hak untuk memilih pemimpin yang mereka yakini terbaik, dan  seharusnya perbedaan pilihan  tidak boleh dijadikan alasan untuk menutup kran komunikasi.

Perbedaan pilihan tidak boleh menjadi penghalang  untuk saling menghargai dan menghormati. Bukankah yang seharusnya dikedepankan adalah tetap menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan, nilai-nilai kebersamaan, dan kesatuan ini yang harus tertanam dalam hati kita.

Hindari  perbedaan pilihan politik yang menimbulkan gesekan dan konflik di antara masyarakat terlebih sebagai putra terbaik bangsa  yang rekam jejak bisa menjadi catatan bagi generasi mendatang  

Dok. Kontan
Dok. Kontan

Dok. rmoljabar
Dok. rmoljabar

Maka jalan yang terbaik adalah  tetap membuka kran komunikasi sebagai salah satu kunci  untuk mengatasi perbedaan, bagaimanapun  kita sangat memerlukan ruang aman di mana kita dapat berbicara dengan jujur tanpa mengembangkan prasangka buruk, bahkan sebaliknya semakin membuka kran komunikasi otomatis akan terbangun bisa saling memahami, saling menghargai  inilah pentingnya untuk  memisahkan perbedaan pandangan politik dengan nilai-nilai kemanusiaan yang yang hakiki,  dengan begitu pandangan politik mungkin berbeda tetapi kita tetap dapat bersatu, tidak ada alasan sebagai pembenar untuk saling bermusuhan terlebih merawat dendam.  

Dok. Alinea.ID
Dok. Alinea.ID

Berikut adalah beberapa tips untuk menyikapi perbedaan pilihan politik dengan bijak:

  • Pahami perbedaan pilihan politik orang lain cobalah untuk memulai  saling memahami alasan orang lain memilih pemimpin yang berbeda dengan  pilihan kita

  • Hindari untuk selalu menghakimi orang lain berdasarkan pilihan politik yang berbeda bukankah  setiap  orang memiliki hak untuk memilih pemimpin yang mereka yakini terbaik.

  • Hormati perbedaan pilihan politik orang lain, meskipun tidak setuju dengan pilihannya . tetapi kita  harus tetap menghormati atas keputusan pilihannya.

  • Fokus pada hal-hal yang menyatukan bukan memperlebar perbedaan yang bisa memisahkan. Semoga Bermanfaat

Selamat, dan Sukses  bagi PDIP dalam acara Rakernas ke V, dan sekaligus kita doakan  semoga Jokowi bisa mengakhiri kepamimpinanya dengan baik.....

 

Rabu, 22 Mei 2024

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun