Tuluskah Pesan Luhut Binsar Panjaitan  Terhadap  Prabowo Subianto Agar Selektif Untuk Tidak  Memasukan Orang Toxic Dalam Susunan Kabinet
Saat ini istilah "toxic people" banyak digunakan dalam obrolan sehari-hari. Toxic people (orang-orang beracun) adalah label yang umumnya disematkan pada orang yang kerap menyusahkan dan merugikan orang lain, baik secara fisik maupun emosional.Â
Seseorang yang memiliki sifat toxic selalu merasa mengklaim paling benar sendiri, sebaliknya mudah menyalahkan orang lain atas permasalahan yang terjadi, namun jiwa toxic  akan terus-menerus menciptakan drama ataupun konflik seolah-olah tak kenal kata damai, bisa jadi secara tidak sadar kita pernah berada diligkungan yang penuh dengan toxic people alias teman-teman yang 'beracun'. (CBNC Indonesia),  dan toxic juga selalu dialamatkan  untuk orang yang selalu memberikan dampak buruk  terhadap orang lain karena itu orang yang bersifat  toxic ini tentu harus dihindari karena dapat mengganggu kenyamanan, cenderung merusak tim  membuat kita dijauhi banyak orang, hingga membuat kita sulit untuk memiliki hubungan sosial yang baik pada akhirnya akan menciptakan suasana konflik berdarah-darah di internal tim. Â
Jika demikian maka bagi orang yang memiliki sikap toxic akan selalu menggangu ritme kerja-kerja tim sehingga sulit untuk mencapai hasil akhir karena ada noise (kebisingan) dari orang yang memiliki sikap toxic yang sulit untuk diajak  kerjasama dalam sebuah tim.
Jika pemahaman ini yang dimaksudkan dari toxic sebagaimana pesan yang disampaikan  Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang mengungkapkan pesannya kepada Prabowo Subianto selaku presiden terpilih periode 2024--2029, untuk tidak membawa orang "toxic" atau orang bermasalah ke dalam susunan kabinet karena hanya akan membawa racun bagi tim kabinet dan menjadi hambatan  dalam mencapai tujuan sebaliknya akan mendatangkan kerugian bagi kita," kata LBP dalam acara 'Jakarta Future Forum: Blue Horizons, Green Growth' di Jakarta (news.detik.com, Jumat 3/5/2024).
Namun ada secuil  pertanyaan yang amat sangat menggelitik terhadap pernyataan LBP  menyampaikan pesan soal toxic adalah dengan menyebutkan  berdasarkan pembelajaran atas pengalaman LBP selama bergabung 10 tahun di Kabinet Presiden Joko Widodo adakah dalam susunan kabinet Jokowi seorang menteri yang terindikasi memiliki sikap toxic?  sehingga LBP harus mewanti-wanti terhadap Prabowo agar selektif dalam menarik orang untuk bergabung dalam kabinet supaya tidak terjebak menarik orang yang terindikasi memiliki sikap toxic hanya LBP yang bisa menjawab secara  pasti apakah pernyataan soal toxic berdasarkan pengalaman selama dikabinet Jokowi atau sekedar mengingatkan saja sebagai kawan seperjuangan tetapi apapun jawabannya yang pasti kita sepakat bahwa orang yang memiliki sikap toxic sangat berbahaya bagi sebuah tim terlebih dalam susunan Kabinet periode 2024-2029 yang tantangannya jauh lebih berat
Salah satu noise (kebisingan) yang terjadi menurut LBP dalam pemerintahan Indonesia adalah persoalan regulasi-regulasi yang dibuat oleh pemerintah yang bertentangan dengan kepentingan nasional alias tidak mengacu terhadap kepentingan nasional.
Pada akhirnya saya harus memperbaiki permasaahan itu dari pernyataan ini seolah LBP ingin  menunjukkan bahwa dirinya sebagai salah satu Menteri yang menyelesaikan persoalan yang membelit akibat tidak sinkronnya regulasi dengan kepentingan Nasional.